Tiga pekan sudah sejak pemungutan suara Pemilu serentak 2019 berlangsung di Indonesia. Kebisingan, saling tuding masih dilakukan oleh dua kubu yang paling berkepentingan dengan hasil perhitungan suara pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Isu tentang kecurangan terus dihembuskan kedua kubu. Suara-suara saling tuding dan klaim dipastikan memancing perhatian sebagian publik di berbagai daerah. Ada yang menanggapinya dengan dengan sikap biasa-biasa saja. Namun, tak sedikit juga yang terpancing emosinya. Perilaku emosional yang dipertontonkan, kendati hanya dengan pernyataan yang cenderung provokatif, tak pelak membuat beberapa kalangan cemas atau khawatir.
Di kalangan akar rumput pun sempat tergoda untuk mempertanyakan isu people’s power yang diwacanakan oleh kalangan tertentu untuk memrotes hasil Pemilu . Apakah benar akan terjadi gerakan people’s power untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah gegara Pemilu?
Situasi akhir-akhir ini tentu saja memprihatinkan. Apalagi, itu berkembang ketika ratusan orang petugas yang melayani pemungutan dan perhitungan suara dinyatakan meninggal dunia karena kelelahan dan atau gangguan kesehatan lainnya. Penggalan berita dukacita yang muncul hampir setiap hari itu tak juga mampu mendorong masing-masing kubu untuk sejenak menahan diri. Bahkan tak jarang penggalan berita duka itu terpinggirkan oleh isu-isu baru tentang kecurangan seputar penghitungan suara Pemilu.
Kecenderungan seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan. Berperilaku tidak peduli untuk sekadar memperjuangkan kepentingan politik jangka pendek tidak boleh ditoleransi. Sebab, sekali saja kecenderungan seperti itu mendapatkan toleransi, ini akan diterima sebagai sebuah kebiasaan. Tidak seharusnya kebiasaan yang nyata-nyata destruktif itu diterima untuk dan atas nama alasan apa pun. Keluhuran adab publik yang turun temurun telah melekat pada semua komunitas bangsa dan negara ini harus tetap hidup karena dirawat dan dipelihara oleh warga bangsa.
Terjadinya konflik terkait hasil pemilu bukanlah hal yang luar biasa. Di berbagai negara pertikaian yang timbul dari hasil pemilu juga kerap ditemukan. Sepeti di Venezuela misalnya.
Di Indonesia Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu, adalah dua lembaga yang paling bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan pengawasan pemilu. Keduanya telah menghimbau semua pihak terutama para elit politik dan pendukung kedua calon presiden untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memperkeruh suasana. Serta mempercayakan sepenuhnya hasil pemilu yang jujur dan adil kepada mereka..
Semoga Ramadhan tahun ini dapat mendorong semua warga masyarakat, terutama mereka yang bertikai, untuk melakukan renungan dan intropeksi. Adab publik Indonesia yang luhur tidak boleh rusak atau ditarik mundur.