Sumber: KBRI Caracas
VOInews, Jakarta: Pusat Bantuan Sosial dan Kemanusiaan Raja Salman (KS Relief) bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih melaksanakan Pelatihan Sukarelawan untuk Pertolongan Pertama Tingkat Lanjutan yang berlangsung dari 27 Maret 2024 hingga 3 Mei 2024 di Auditorium KH Ahmad Dahlan RSIJ Cempaka Putih.
Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal el Amudi menyampaikan bahwa Pelatihan Sukarelawan menunjukkan peran Kerajaan Arab Saudi yang signifikan dalam pemberian bantuan sosial kemanusiaan. "Program ini merefleksikan begitu pentingnya peran Arab Saudi di dunia dalam pemberian bantuan kemanusiaan dan juga bantuan sosial. Ini merupakan kegiatan volunteer kemanusiaan dan juga kerjasama yang dibangun KS Relief dengan Rumah Sakit di Jakarta," Ungkap Dubes Faisal el Amudi pada Kamis (2/5/2024)
Dr. Amer Al Anzi yang bertindak sebagai fasilitor pelatihan menjelaskan bahwa pelatihan sukarelawan mengajarkan peserta teknik penanganan gawat darurat (emergency), pertolongan pertama serangan jantung, hingga beragam penanganan medis lainnya. "Di dalam pelatihan KS Relief diadakan pelatihan untuk detak jantung, IGD emergency, metode penanganan pasien dan mengatasi segala hal terkait kesehatan mental dan medikal, " Kata Dr. Amer Al Anzi.
Pelatihan Sukarelawan untuk Pertolongan Pertama Tingkat Lanjutan di RSIJ merupakan pelatihan keempat yang dilaksanakan KS Relief di Indonesia. Peserta pelatihan tahun ini mencapai 490 orang. "Kita melakukan acara ini sudah empat kali di Indonesia, dan kita ingin melaksanakan acara lain ke depannya. Peserta sudah mencapai 490 trainee untuk acara ini," lanjut Dr. Amer Al Anzi.
Pelatihan Sukarelawan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan teknis medis masyarakat Indonesia. "Ini untuk mendevelop atau memajukan skil-skil kepada tim medis di RS Islam Jakarta dan tukar ilmu antara KS Relief dan rakyat Indonesia yang diwakili RS Islam Jakarta, " Pungkas Dr Amer Al Anzi. (Daniel).
VOInews, Bandung: Rabu, 14 Februari 2024 menjadi momentum pesta demokrasi di Indonesia. Kemeriahan pemilihan pimpinan nasional dan wakil rakyat lima tahunan tersebut berlangsung di berbagai daerah, termasuk Bandung, Jawa Barat.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko sarat dengan nilai romantika historis. Sejumlah fakta mengenai hubungan bilateral kedua negara menarik untuk dikaji. Duta Besar RI di Rabat, Hasrul Azwar pada program Ranah Diplomasi yang tayang pada kanal Youtube Voice of Indonesia pada Senin (29/01) menyampaikan sejumlah catatan penting yang mendasari persahabatan dua negara.
Pertama, Dubes Hasrul Azwar mengatakan, jauh sebelum diresmikannya hubungan diplomatik, Indonesia telah dikenal Maroko pada tahun 1346 M oleh penjelajah besar Maroko yang bernama Ibnu Batutah (w. 1369 M). Rihlah Ibnu Batutah, dalam bukunya yang berjudul Perjalanan Ibnu Batutah, menceritakan perjalanannya dari Maroko ke Mesir, Syria, India, China hingga ia berlabuh di Aceh. Batutah menggambarkan adanya sebuah Kerajaan Islam, yaitu Samudera Pasai, yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan kuburan pelaut muslim termasyhur yang terletak di kota Tangier, sebuah kota di tepi laut yang berlokasi di seberang Spanyol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang Maroko-lah yang pertama kali mengunjungi usantara, Indonesia saat itu.
Kedua, Hasrul Azwar melanjutkan Presiden Soekarno mendapat posisi yang mulia di mata Masyarakat Maroko. Soekarno dianggap sebagai tokoh revolusi dunia yang mampu menghimpun kekuatan Asia-Afrika berjuang melawan kolonialisme, puncaknya pada perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955 di Bandung. Setahun berselang, tepatnya 2 Maret 1956, Maroko berhasil merebut kemerdekaannya dari Prancis. Begitu hebatnya kunjungan Presiden Soekarno, sebagai kepala negara asing pertama yang datang pertama menyambut kemerdekaan Maroko. Raja Maroko mengabadikan kunjungan historis tersebut dengan memakai nama Presiden pertama RI tersebut menjadi nama salah satu jalan utama di kota Rabat, yaitu Syari’ Al-Rais Ahmed Soekarno, sekarang menjadi Rue Soekarno (Jalan Soekarno). Selain itu, Maroko juga mengabadikan kedekatannya dengan Indonesia yang dianggap sebagai saudara kandung melalui penamaan Jalan Indonesia, Jalan Jakarta dan Jalan Bandung.
Ketiga, Hasrul Azwar menambahkan, persahabatan Indonesia dan Maroko juga tampak jelas pada kebijakan konsuler antar kedua negara. Raja Mohammed V memberi oleh-oleh kunjungan Presiden Soekarno berupa pembebasan visa bagi warga Indonesia yang berkunjung ke Maroko. Hebatnya, keistimewaan itu masih berlaku hingga saat ini. Diketahui, warga negara Indonesia dapat berkunjung ke Maroko tanpa visa selama periode waktu tiga bulan atau 90 hari.
Keempat, menurut Hasrul Azwar hubungan bilateral Indonesia dan Maroko ditopang oleh beberapa simpul ikatan budaya dan kerjasama antarbangsa. Di samping mayoritas masyarakat kedua negara yang beragama Islam, umat Islam Indonesia dan Maroko juga sama-sama penganut ahlussunnah wal jama’ah. Baik Indonesia maupun Maroko merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gerakan Non-Blok, Organisasi Kerjasama Islam, dan keduanya aktif dalam Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia Islam (ICESCO), yaitu organisasi semacam UNESCO yang diprakarsai negara-negara Islam.
Kelima, Indonesia dan Maroko telah menaikkan status hubungan bilateral menjadi strategic partnership sejak Desember 2023. Dubes Hasrul Azwar mengatakan Maroko memandang posisi Indonesia yang strategis sebagai salah satu pendiri perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Sejak keketuaan ASEAN pada 2023, Indonesia mendukung penuh Maroko menjadi mitra dialog ASEAN, sebaliknya Maroko menjadi hub penting bagi produk Indonesia dalam upaya penetrasi pasar Afrika dan Eropa.