16
May

 

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dibantu Panglima TNI dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) untuk terus menjaga keamanan, mengendalikan keamanan dan mengedepankan semangat persaudaraan dan kerukunan sosial.

“Karena besok kita segera menyongsong pelaksanaan ibadah puasa sehingga kita harapkan umat islam dapat menunaikan ibadah puasanya dengan rasa aman dan penuh kedamaian,” kata Presiden Jokowi dalam pengantarnya pada Sidang Kabinet Paripurna tentang Persiapan Peluncuran Online Single Submission (OSS) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/) siang.

Presiden juga mengingatkan kepada seluruh menteri dan kepala lembaga, bahwa narasi termasuk ke dunia internasional itu penting sekali untuk disampaikan bahwa Indonesia aman, dan semuanya sekarang ini tetap fokus untuk bekerja.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, dalam beberapa hari terakhir aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dibantu dengan TNI telah menghadapi serangan dari kelompok teroris.

Serangan dimulai dari kerusuhan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba Cabang Kelapa Dua yang berhasil dituntaskan Kamis (10/5) pagi, dilanjutkan dengan aksi bom bunuh diri di 3 (tiga) gereja di Surabaya pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5), dan hari Rabu (16/5) ini terjadi serangan di Markas Polda Riau, di Pekanbaru.

Serangan dan aksi bom bunuh diri para teroris itu telah mengakibat puluhan orang meninggal, termasuk para pelaku aksi dan aparat, serta puluhan lainnya luka-luka dan sampai sekarang masih dirawat di sejumlah rumah sakit. (Setkab)

16
May

 

 

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin tidak mempersoalkan penggunaan pakaian model tertentu seperti cadar di tengah masyarakat karena motif penggunanya bisa sangat beragam, bisa fashion, atau lifestyle mode, tapi juga bisa merupakan refleksi wujud dari keyakinan pemahaman keagamaannya.

Menag hanya mengajak masyarakat untuk menghormati mereka yang bercadar, seperti juga menghormati mereka-mereka yang menggunakan atribut lain di muka umum.

“Jadi itu bagian dari hak setiap kita, apalagi kalau itu terkait dengan keyakinan pemahaman pengamalan ajaran agamanya,” kata Menag kepada wartawan usai menghadiri Silaturahmi Kebangsaan, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (16/5) pagi.

Khusus bagi mereka-mereka yang menggunakan cadar itu sendiri, Menag Lukman Hakin Saifuddin mengingatkan, juga harus ada kesadaran yang tinggi bahwa kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

“Oleh karenanya juga harus bisa memberikan rasa aman bagi semua lingkungannya, bahwa ketika interaksi sosial secara langsung, hendaknya bisa membuat lingkungannya merasa nyaman,” tutur Menag.

Karena itulah, lanjut Menag, ada ketentuan di sejumlah lembaga pendidikan atau di tempat-tempat tertentu, agar orang tidak menggunakan cadar.

“Itu juga bagian yang harus dipahami, dimengerti oleh mereka-mereka yang menggunakan cadar tadi. Bahwa lingkungan sosial kita menuntut hal-hal dimana kita diminta untuk bisa berinteraksi secara langsung, secara terbuka dengan tidak menggunakan cadar,” ujar Menag seraya berharap, pemahaman seperti ini kedua belah pihak harus bisa saling membangun kesadaran untuk saling menghormati.(Setkab)

16
May

 

 

Enam tokoh lintas agama, yang mewakili agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu bertemu di Selasar Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (16/5) pagi, guna menghadiri Silaturahmi Kebangsaan dalam rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018.

Keenam tokoh lintas agama yang hadir dalam kesempatan itu adalah: 1. Nasaruddin Umar, mewakili tokoh agama Islam; 2. Pdt. Henriette T. Hutabarat-Lebang, tokoh agama Kristen; 3. Mgr. Iqnatius Suharyo, tokoh agama Katolik; 4. Ida Pengelingsir Agung Patra Sukahef, tokoh agama Hindu; 5. Biksu Pannavaro Mahathera, tokoh agama Budha; dan 6. Chandra Setiawan, tokoh agama Khonghuchu.

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, Silaturahmi Kebangsaan itu adalah kegiatan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang digelar bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag).

“Kita adakan di Masjid Istiqlal ini dengan mengundang semua pimpinan, tokoh-tokoh agama, pimpinan majelis-majelis agama, untuk bagaimana kita bisa saling meneguhkan diri, dan membina umat kita masing-masing, agar kita tetap terus berupaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, yang hakikatnya adalah nilai-nilai agama itu sendiri,” kata Menag.

Menag berharap kegiatan yang digelar dalam rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila ini bisa kembali menghangatkan kesadaran memori kolektif bangsa melalui tokoh-tokoh agama, bahwa pengejawantahan atau pengamalan nilai-nilai Pancasila itu hakikatnya adalah pengamalan dari nilai-nilai agama itu sendiri.

“Seluruh sila yang ada dalam Pancasila kita hakikatnya adalah nilai-nilai agama,” tegas Menag.

Menurut Menag, pihaknya bersama seluruh tokoh-tokoh agama, pimpinan majelis-majelis, ormas-ormas keagamaan ingin mengembalikan agama kepada esensi ajaran yang sesungguhnya, atau moderasi agama.

Moderat dalam artian tidak ekstrem, lanjut Menag Lukman Hakim Saifuddin, karena agama itu hakikatnya adalah moderat. Maka ketika agama dibawa ke salah satu kutub ekstremis tertentu, lanjut Menag, terlalu konservatif atau terlalu liberal, maka menjadi kewajiban semua untuk mengajak kedua kutub ini kembali ke tengah. Dengan cara, tambah Menag, memahami dan mengamalkan ajaran agama yang moderat kepada esensi agama sesungguhnya, yang memanusiakan manusia, bahwa agama hadir melindungi harkat, derajat, martabat kemanusiaan, bukan justru sebaliknya.

“Bukan atau tidak boleh agama diperalat, digunakan dimanipulasi bahkan dieksploitasi untuk hal-hal yang justru menimbulkan sesama kita saling menegasikan, saling merendahkan, bahkan saling meniadakan satu dengan yang lain,” tutur Menag.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan para tokoh agama. (Setkab)

16
May

 

 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara bertemu dengan perwakilan penyelenggara platform internet (aplikasi media sosial, messengerchatting) untuk meningkatkan upaya membasmi konten ujaran kebencian yang dapat mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pertemuan yang dihadiri perwakilan Facebook, Twitter, Youtube, serta Telegram itu digelar di Ruang Rapat Lt. 7 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Jakarta, Selasa (15/5) kemarin.

Menkominfo Rudiantara menegaskan bahwa Pemerintah tidak akan ragu-ragu untuk membasmi konten yang dapat mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Bagi kami tegas, ini urusannya NKRI. Pemerintah tegas tidak ada kompromi untuk konten-konten yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme yang ujung-ujungnya berimbas kepada persatuan NKRI,” kata Rudiantara.

Rudiantara mengimbau masyarakat agar tetap tenang karena selain dengan penyelenggara platform media sosial (medsos), Kementerian Kominfo juga bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI (Polri) untuk menghadang penyebaran paham terorisme dan radikalisme.

“Kami minta masyarakat untuk tenang, tidak usah panik. Dari dunia fisik, dunia nyata, teman-teman BNPT dan Polri bergerak semua. Sedangkan dari dunia maya kami juga bergerak,” jelas Rudiantara. (Setkab)