Akbar

Akbar

08
March

 

(voinews.id)- Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyatakan bahwa kebakaran besar di sebuah kamp di Cox's Bazar, Bangladesh, berdampak kepada sekitar 12.000 pengungsi Rohingya. Sekitar 2.000 tempat penampungan hancur akibat kebakaran yang terjadi, sementara banyak pengungsi yang kehilangan semua harta benda mereka juga merasakan ketakutan, keputusasaan, dan kehilangan harapan. “Kami berkoordinasi dengan aktor-aktor kemanusiaan lainnya untuk memastikan mereka yang terdampak mendapatkan kebutuhan mendesak, termasuk kebutuhan makanan, kesehatan, perlindungan, air, sanitasi, dan kebersihan,” kata Fathima Nusrath Ghazzali yang mengepalai IOM di Bangladesh.

"Setelah kebakaran itu, para pengungsi dari kamp-kamp ini ingin pulih dari kehilangan, kerusakan, dan keterkejutan. Kami akan mendukung mereka dengan bantuan perbaikan/pembangunan kembali tempat penampungan dan akses ke fasilitas memasak," tutur Ghazzali pada Senin (6/3).

Sekitar 1,2 juta Muslim Rohingya yang terpaksa mengungsi dari Myanmar, ditempatkan di 33 kamp pengungsi yang padat di Cox's Bazar. Sebagian besar lari menghindari penumpasan brutal oleh militer Myanmar di Negara Bagian Rakhine.

Kebakaran tersebut pertama kali dilaporkan Minggu sore. IOM lantas mengerahkan tim tanggap darurat untuk membantu para pengungsi dan berkoordinasi dengan pihak berwenang setempat serta dinas pemadam kebakaran.

Relawan membangun sekat-sekat pelindung untuk mencegah api menyebar dan mengurangi korban jiwa serta harta benda. Penyebab dan asal api sejauh ini belum diketahui, kata IOM. Sampai detik ini belum ada laporan yang menyebutkan ada korban jiwa di balik peristiwa ini. Segera setelah kejadian tersebut, IOM mengirimkan dua tim medis keliling dengan 14 ambulans untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Kondisi di kamp memang berisiko dilalap kebakaran besar, kata IOM. Pada Maret 2021, kebakaran besar yang terjadi di kamp tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa dan memicu 45.000 pengungsi Rohingya mengungsi, selain menimbulkan kerusakan besar pada kamp pengungsi. Baca juga: UNHCR berharap negara di Asia Pasifik izinkan pendaratan Rohingya.

 

Sumber: Anadolu

 

antara

08
March

(voinews.id)- Tiongkok semakin sering menggunakan litigasi kepentingan umum untuk melindungi lingkungan alam, demikian menurut sebuah laporan kerja Kejaksaan Agung Rakyat China. Selama lima tahun terakhir, otoritas kejaksaan China menangani 395.000 gugatan kepentingan umum terkait perlindungan ekologi dan sumber daya alam, dengan kenaikan tahunan rata-rata 12,5 persen, sebut laporan itu, yang diserahkan pada Selasa (7/3) untuk dibahas dalam sesi tahunan badan legislatif nasional Tiongkok yang sedang berlangsung.

Sebanyak 756.000 kasus litigasi kepentingan umum sipil dan administratif diajukan selama periode tersebut, menandai peningkatan tahunan rata-rata sebesar 14,6 persen, ungkap laporan itu. China mulai mengajukan litigasi kepentingan umum pada 1 Juli 2017.

 

antara

08
March

 

(voinews.id)- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa tidak ada bagian dari Ukraina yang dapat ditinggalkan, mengacu pada keputusan pimpinan militer negara tersebut untuk memperkuat kota Bakhmut di wilayah Donetsk. "Tidak ada bagian dari Ukraina yang dikatakan dapat ditinggalkan. Tidak ada parit di Ukraina di mana ketangguhan dan kepahlawanan prajurit kita akan diabaikan," kata Zelenskyy dalam pidato Senin malam (6/3).

Zelenskyy mengatakan, selama pertemuan Staf Panglima Tertinggi, ia bertanya pada komandannya tentang pandangan mereka tentang upaya pertahanan di Bakhmut dan apakah mereka harus mundur atau memperkuat kota, yang dimana mereka menanggapi untuk melanjutkan upaya penguatan. Memperhatikan bahwa keputusan tersebut diadopsi secara bulat oleh staf, Zelenskyy mengatakan bahwa ia menginstruksikan Panglima Pasukan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi untuk "menemukan pasukan yang tepat untuk membantu orang-orang di Bakhmut."

"Kami bertahan dan akan terus mempertahankan setiap bagian Ukraina. Saat tiba waktunya, kami akan membebaskan semua kota dan desa di negara kami. Dan kami akan meminta pertanggungjawaban penjajah untuk setiap tembakan melawan Ukraina, untuk setiap kekejaman terhadap warga Ukraina," kata Zelenskyy lebih lanjut.

Bakhmut adalah pusat transportasi besar di timur Ukraina di mana pasukan Ukraina di Donbas disuplai dengan senjata, peralatan militer, dan amunisi. Kota tersebut adalah salah satu titik panas utama di garis depan antara Kiev dan Moskow, yang telah berperang selama lebih dari setahun.

 

Sumber: ANADOLU

08
March

 

(voinews.id)- Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menyatakan bahwa negaranya membutuhkan banyak sekali pesawat nirawak (drone), ketika perang yang berkecamuk antara Moskow dengan Kiev memasuki tahun kedua. Menurut Reznikov, ketersediaan drone untuk pengintaian dan penyesuaian, drone kejut dari 3 hingga 1.000 kilometer, serta drone laut akan memengaruhi perubahan yang signifikan dalam perang. “Ini memungkinkan untuk menyerang musuh.

Dan itu membuat militer kita tetap hidup dengan menyediakan peringatan menyangkut situasi," kata dia, dalam sebuah wawancara dengan situs berita lokal, Liga. Reznikov mengatakan kementerian mengadakan pertemuan dengan 80 produsen drone dalam negeri untuk mendapatkan drone yang dibutuhkan dengan anggaran 20 miliar hryvnia Ukraina (sekitar Rp8,4 triliun). Ketika menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan China membantu Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, Reznikov menggarisbawahi bahwa Beijing memiliki kemampuan untuk ikut campur dalam pengoperasian pesawat tak berawak Ukraina. Namun, dia menyatakan tetap optimistis bahwa China tidak akan melibatkan diri dalam konflik.

"Saya menyaksikan pidato para pemimpin China dan India. Mereka memperjelas bahwa hari ini, perang bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah antarnegara. Ada prioritas lain. Ini adalah posisi yang bijaksana dan sadar," kata Reznikov. "Oleh karena itu, saya berharap tidak akan ada bantuan terbuka langsung ke Rusia," ujarnya. Dia juga mencatat fakta bahwa Rusia yang sedang mencari dukungan memberikan sinyal bahwa Moskow berada dalam situasi sulit. "Mereka mencari tempat menjahit rompi anti peluru, tempat memesan peluru.

Mereka mencari kendaraan lapis baja, mencari senjata, mencari peluru," kata dia. Mengenai kebutuhan material Ukraina sendiri, Reznikov mengatakan Kiev bisa mendapatkan semua pasokan yang dibutuhkannya tetapi perhatian utamanya adalah agar pengiriman dilakukan tepat waktu.

Dia lebih jauh mencatat kebutuhan Ukraina untuk memperkuat pertahanan udaranya, termasuk dengan mengakuisisi pesawat. “Oleh karena itu, kita membutuhkan pesawat yang, sebagai elemen pertahanan udara, dapat melihat pesawat musuh di udara dan mengalahkannya, menembak jatuh rudal jelajah atau balistik...," ujar Reznikov. "... dan, jika perlu, menyerang sasaran darat, seperti gudang, pos komando, gudang peralatan. Suku cadang, teknisi, dokumentasi, dan lokasi penyimpanan harus tersedia," katanya, menambahkan.

 

Sumber: Anadolu