Andy Romdoni

Andy Romdoni

03
June

 

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan secara virtual pada pertemuan para Menteru Luar Negeri negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, RRT, Afrika Selatan) dengan negara-negara mitra di Cape Town, Afrika Selatan, Jumat (2/6).  

Dalam pernyataannya, Menlu mengajak negara-negara BRICS untuk memperjuangkan hak pembangunan setiap negara dan memperkuat multilateralisme. 

Menlu menyampaikan, saat ini dunia semakin terbelah ke dalam blok-blok yang saling berlawanan. Tatanan dunia yang berdasarkan peraturan kehilangan makna karena setiap negara mengejar kepentingan pribadi masing-masing.  

Selain itu, kerja sama internasional gagal mengatasi tantangan-tantangan global, dan kepercayaan terhadap efektivitas multilateralisme makin surut. 

“Jika tren ini terus berlanjut, negara berkembang yang akan paling dirugikan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki tatanan global yang tidak sehat ini. Dan BRICS berpotensi menjadi kekukatan yang positif untuk itu,” kata Retno. 

Oleh karena itu, dia mendorong BRICS untuk memperjuangkan hak pembangunan setiap negara. 

“Kita semua ingin memberikan kesejahteraan bagi rakyat dan menjadi negara maju. Tapi kita tidak dapat melakukannya jika hak atas pembangunan terus dilanggar,” ujarnya. 

Sejarah mencatat negara berkembang banyak mengalami ketidakadilan ekonomi. Menurutnya, negara-negara Global South berhak untuk menjadi bagian dari rantai pasok global dan bebas dari diskriminasi perdagangan dan perangkap utang. 

Isu ini juga telah diangkat oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuan KTT G7 Outreach di Hiroshima beberapa waktu lalu. 

“Saya harap BRICS dapat ikut mendukung upaya ini dan tidak menjadi bagian dari ketidakadilan ekonomi,” kata Retno. 

Selain itu, Retno Marsudi juga mendorong penguatan multilateralisme. Menurutnya, agar dapat berfungsi dengan baik, multilateralisme harus infklusif dan sesuai denga tujuan. Untuk itu, diperlukan reformasi dan penguatan tata kelola global.

“Reformasi tersebut harus mempertimbangkan suara dan kepentingan negara-negara berkembang. BRICS dapat menjadi katalis untuk reformasi ini,” kata Retno. 

Dia mengapresiasi inisiatif BRICS membentuk Bank Pembangunan Baru yang menghadirkan perspektif segar dalam sistem keuangan global yang sudah kadaluwarsa.   
Sebagai penutup, Retno menegaskan multilateralisme hanya dapat berkembang jika semua pihak menghormati hukum internasional secara konsisten tanpa standar ganda sebagai fondasi tatanan global. 

“Mari bekerja bersama untuk membangun masa depan dunia yang lebih cerah,” pungkasnya.

Pertemuan ini dihadiri oleh anggota BRICS dan 14 negara undangan, yakni Arab Saudi, Argentina, Bangladesh, Burundi, Komoro, Gabon, Guinea-Bissau, Iran, Kazahstan, Kuba, Mesir, Rep. Demokratik Kongo, Uni Emirat Arab, dan Uruguay. Tahun ini Indonesia telah diundang pada sejumlah pertemuan BRICS di bawah keketuaan Afrika Selatan.

29
May

 

 

 

VOInews, Jakarta: Indonesia secara resmi mengirimkan Vaksin Pentavalen untuk Nigeria. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan vaksin yang dikirimkan melalui Bandara Soekarno-Hatta itu merupakan vaksin gelombang pertama yang diharapkan dapat membantu ratusan ribu bayi di Nigeria.

“Pengiriman ini adalah pengiriman pertama. Menurut rencana, dalam waktu dekat akan dilakukan pengiriman kedua vaksin pentavalen. Pengiriman vaksin ini diharapkan akan dapat membantu vaksinasi Vaksin Pentavalen dosis lengkap untuk lebih dari 500 ribu bayi di Nigeria,” kata Menlu dalam pada saat melepas pengiriman Vaksin Pentavalen di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Minggu (28/5/2023).

Menlu Retno mengatakan Nigeria merupakan sahabat dekat bagi Indonesia. Nigeria juga merupakan salah satu negara besar di benua Afrika yang menjadi mitra penting dalam kerja sama ekonomi Indonesia di benua Afrika.

“Indonesia dan negara-negara Afrika sudah berjuang bersama sejak tahun 1955 pada saat Konperensi Asia Afrika diselenggarakan yang hasilkan Spirit Bandung,” katanya.

Ia menjelaskan, sebagai negara sahabat, ekspor Indonesia ke Nigeria merupakan ketiga terbesar di Afrika setelah Afrika Selatan dan Kenya. Selain itu, menurutnya, sebanyak 15 perusahaan Indonesia juga telah beroperasi di Nigeria, mulai dari bisnis makanan, obat-obatan, kosmetik, dan lain sebagainya.

“Pengiriman vaksin pentavalen produksi Biofarma Indonesia ke Nigeria adalah refleksi Spirit Bandung refleksi solidaritas, refleksi kebersamaan antara dua negara Global South,” katanya.

Retno Marsudi juga menyoroti pentingnya penguatan solidaritas dan kerja sama ekonomi antara negara-negara Global South, sangat penting artinya. Bahkan, di saat situasi dunia yang sedang terbelah saat ini, solidaritas tersebut menjadi lebih penting untuk ditingkatkan. 

“Kerja sama di bidang vaksin merupakan salah satu yang patut untuk dikembangkan di masa mendatang,” katanya.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki kapasitas baik untuk mengembangkan kerja sama ini. Menurutnya, kerja sama konkret yang saling menguntungkan akan terus memberi makna dan menghidupkan Spirit Bandung.

“Indonesia beruntung telah memiliki LDKPI atau Indonesia Aid. Indonesia Aid ini sangat penting untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri Indonesia,” katanya.

Dalam pelepasan Vaksin Pentavalen yang juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Duta Besar Nigeria untuk Indonesia Usman Ari Ogah, Menlu Retno menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus memajukan solidaritas dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Afrika.

“Duta Besar Ogah, pemberian vaksin pentavalen dari Indonesia merupakan cerminan kuat dari kami untuk memperkuat persahabatan, solidaritas dan kerja sama. Mari kita terus memberikan arti sebenarnya dari Bandung Spirit dengan memperkuat kerja sama kita,” tutupnya.

 
 
25
May

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut kedua menteri membahas sejumlah hal mulai dari kerja sama bilateral kedua negara, Indonesia dan Uni Eropa hingga isu-isu regional dan global.

“Pertama kami membahas kerja sama ekonomi. Saya menyambut baik pertumbuhan signifikan investasi Luksemburg ke Indonesia yang meningkat 732 persen pada kuartal pertama tahun 2023,” katanya dalam keterangan yang disampaikan usai pertemuan, Kamis (25/5).

Selain peningkatan investasi Luksemburg di Indonesia, menurut Retno, nilai perdagangan kedua negara juga mengalami peningkatan sebesar 15 persen selama 5 tahun terakhir. Untuk meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara, menurut Retno, kedua menteri luar negeri juga membahas kemungkinan pengembangan kerja sama di bidang teknologi informasi dan komunikasi hingga keuangan syariah.

“Kami menjajaki kemungkinan lebih lanjut untuk bekerja sama dengan Luksemburg dalam membangun infrastruktur Tekonologi Informasi dan Komunikasi dan pertukaran keahlian serta berbagi praktik terbaik di bidang keuangan Syariah,” katanya.

Bidang lain yang juga dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn, adalah kerja sama bidang transportasi dan logistik. Menurutnya, Menteri Asselborn akan menandatangani Nota Kesepahaman dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terkait Perjanjian Layanan Udara.

“Kesepakatan ini akan mendorong konektivitas dan memfasilitasi peluang bisnis khususnya di sektor kargo,” katanya.

Di sektor kesehatan, Retno Marsudi menjelaskan kerja sama investasi di bidang kesehatan saat ini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Dirinya menyambut baik investasi Luksemburg untuk membangun fasilitas produksi medical refrigerator di Depok yang telah beroperasi sejak Oktober tahun lalu.

“Kami berharap teknologi ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan fasilitas kesehatan, memperkuat kemampuan produksi vaksin, dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasokan medis global,” katanya.

Terkait kerja sama Indonesia dan Uni Eropa, Menlu Retno mengatakan Indonesia dan Luksemburg memiliki pandangan yang sama tentang pentingnya menyelesaikan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-UE (Indonesia-EU CEPA) sesegera mungkin.

“Diperlukan upaya membangun kepercayaan bagi Indonesia dan Uni Eropa untuk mencapai garis akhir negosiasi,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga menyampaikan keprihatinan atas disahkannya Undang-undang Uni Eropa tentang Deforestasi. Menurutnya, hal ini juga telah ia sampaikan saat menerima Menteri Luar Negeri Slovenia sehari sebelumnya.

“Misi Gabungan Indonesia dan Malaysia akan berkunjung ke Brussel akhir Mei ini untuk membahas situasi ini,” katanya.

Sementara itu terkait isu regional dan global, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambut baik dukungan Luksemburg kepada ASEAN, termasuk Sentralitas ASEAN dan implementasi 5 Poin Konsensus (5PC) untuk mengatasi isu Myanmar.

Ia pun menyampaikan pentingnya seluruh negara menempatkan prioritas dan berkontribusi untuk menjadikan Indo-Pasifik kawasan yang damai dan stabil. Menurutnya, ASEAN Outlook on The Indo-Pacific yang digagas oleh Indonesia, meyakini kerja sama inklusif dan konkret akan berkontribusi untuk mencapai perdamaian dan kemakmuran di kawasan.

25
May

 

 

VOInews, Jakarta: KBRI Bangkok menyelenggarakan malam budaya Indonesia bertajuk “An Evening of Indonesian Music and Dance”, di auditorium Siam Society, Rabu (24/5). Acara tersebut digagas melalui kerja sama Perwakilan Indonesia di Thailand dengan Siam Society, sebuah organisasi budaya Thailand bertaraf internasional yang memiliki tujuan untuk mempromosikan studi atau pengetahuan tentang budaya, sejarah, seni dan konversi warisan budaya Thailand serta negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.

Dalam keterangan resmi KBRI Bangkok yang diterima di Jakarta, Kamis (25/5), Duta Besar untuk Kerajaan Thailand merangkap UNESCAP, Rachmat Budiman dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa melakukan kegiatan promosi seni budaya Indonesia adalah salah satu prioritasnya. Menurutnya, KBRI Bangkok terus berupaya untuk terus meningkatkan pemahaman dan pengertian publik Thailand yang lebih baik tentang Indonesia melalui budaya.

“Pengertian tersebut akan membawa masyarakat dari kedua bangsa untuk dapat berkomunikasi dengan lebih mudah, sehingga pada akhirnya akan memperkuat kerjasama kedua negara tidak hanya di tingkat bilateral melainkan juga di kawasan,” katanya.

Pada gelaran “An Evening of Indonesian Music and Dance”, penonton diajak untuk menikmati sebagian kecil dari ribuan keanekaragaman seni dan budaya Indonesia yang dipersembahkan melalui musik dan tari. Penonton seakan dibawa berkelana dan berimaginasi terbang berkeliling Pulau Aceh, Jawa hingga Bali.

Tari Pendet didaulat sebagai tari pembuka pada malam budaya tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan permainan Gamelan Jawa membawakan lagu dari daerah Jawa Tengah yaitu Ladrang Ayun-ayun, Ayun-ayun Tanjung Gunung, dan Srepegan. Kombinasi permainan saron, bonang, gong, dan kempul serta alat gamelan lain yang apik dan selaras turut menghidupkan suasana malam budaya Indonesia tersebut.

Penampilan selanjutnya adalah tari Merak Subal, yang dilanjutkan dengan tari Kelana Sewandana dan ditutup oleh gerak tari rancak dan dinamis melalui tari Ratoh Jaroe.

“Penonton diajak untuk bersama-sama memainkan angklung sekaligus menikmati permainan alat musik tradisional dari bambu tersebut oleh para siswa-siswi Sekolah Indonesia Bangkok. Lagu dari Indonesia Timur berjudul Rasa Sayange, I Have a Dream, serta lagu bergenre pop dari Thailand berjudul Sabai-sabai menarik antusiasme dan decak kagum penonton hingga berdendang bersama,” tulis KBRI.

Malam budaya Indonesia dihadiri oleh lebih dari 120 orang penonton. Para penonton merupakan pecinta dan pemerhati seni budaya di Thailand, dosen, mahasiswa serta jurnalis.

“Suara riuh tepuk tangan kerap terdengar pada setiap pertunjukkan hingga selesai acara dengan total durasi sekitar 90 menit,” tulis KBRI.

Selain promosi seni dan budaya, KBRI Bangkok juga menyisipkan promosi kuliner tradisional Indonesia berupa penyajian kue Pastel dan Bika Ambon serta pemutaran video destinasi pariwisata prioritas Indonesia. Pertunjukan “An Evening of Indonesian Music and Dance” diharapkan menjadi salah satu media promosi yang efektif bagi masyarakat Thailand untuk dapat merasakan dan menikmati keindahan seni dan budaya Indonesia secara lebih dekat, terutama pasca pandemi Covid-19.