Sumarno

Sumarno

10
December

 

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno melepas ratusan pekerja konstruksi ke Aljazair, Niger, Taiwan, dan Malaysia, untuk menggarap proyek-proyek konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk di negara-negara tersebut.Rini di Kantor Pusat WIKA, Jakarta, Minggu menyampaikan pesan kepada para pekerja untuk bisa bekerja dengan sebaik mungkin di negara yang mereka tuju.

Sebanyak 180 pekerja akan menggarap proyek perumahan sosial (social housing)  dengan total 5.000 unit di Aljazair, 25 pekerja menggarap proyek renovasi Istana Presiden di Niger, 25 pekerja mengerjakan proyek pembangunan jembatan di Taiwan, dan sisanya menggarap proyek pembangunan jembatan di Malaysia.ant

07
December

 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan kesiapan Indonesia untuk mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi dengan Papua Nugini. Hal itu disampaikannya usai bertemu Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato, Kamis di Nusa Dua Bali. Menurut Retno, Indonesia dan Papua Nugini saling berbatasan satu sama lain sehingga memiliki peluang untuk terus mengembangkan kerjasama baik dalam bentuk kerjasama perbatasam maupun hubungan antar masyarakat.

”dan kami sepakat untuk melanjutkan kerja kami untuk penguatan hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi, karena kita memiliki perbatasan dengan Papua Nugini dan kami sepakat untuk mengembangkan kerjasama perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini, khususnya dalam hubungan ekonomi dan hubungan antar masyarakat.”

Sementata itu Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato menyebut bahwa dirinya menantikan pengembangan kerjasama dengan Indonesia, mengingat adanya peluang pengembangan kerjasama yang menjanjikan di masa depan. Selain itu Rimbink Pato juga menyampaikan duka cita pemerintah dan rakyat Papua Nugini atas tragedi penembakan yang terjadi di Papua. Menurutnya Papua Nugini bersama dengan pemerintah Indonesia dan mendukung upaya penegakan hukum bagi para pelaku penembakan tersebut. (Ndy)

07
December

 

Pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepahaman untuk pelatihan diplomat, Kamis, disela pertemuan BDF ke 11 di Nusa Dua Bali. Nota kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama Menteri Luar Negeri Suriname Yldiz Deborah Pollack-Beighle. Kepada wartawan, Retno Marsudi mengatakan Indonesia menawarkan kerjasama tersebut mengingat Suriname baru memiliki lembaga yang secara khusus ditujukan bagi pelatihan diplomat. Sebelumnya Indonesia juga telah memberikan bantuan pendidikan terkait kurikulum yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga pelatihan diplomat.

“Dengan Suriname, tadi kita menandatangani perjanjian untuk pelatihan diplomat, jadi ini merupakan satu proyek yang sebenarnya kita sudah lakukan cukup lama dalam artian sebelumnya. Suriname belum memiliki lembaga untuk mendidik pada diplomatnya. Oleh karena itu saya mulai bicara dengan menteri luar negerinya yang dulu. Mereka tertarik untuk belajar pengembangan kurikulum dan sebagainya dan kita bantu pengembangan kurikulumnya. Dan oleh karena itu setelah institusi itu berdiri maka mereka minta agar dilakukan kerjasama untuk pelatihan para diplomat dengan pusat pelatihan diplomat yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.”

Lebih lanjut Retno Marsudi menyebut, bahwa dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Suriname dibahas tiga hal lain di luar nota kesepahaman bidang pelatihan diplomat. Ketiga hal tersebut yaitu permintaan Suriname agar Indonesia dapat mengembangkan investasi di bidang minyak kelapa sawit di Suriname. Selain kelapa sawit, Suriname juga berharap agar Indonesia juga dapat menanamkan investasinya di Suriname dalam bidang pembangunan infrastruktur. Kesempatan tersebut juga digunakan oleh Indonesia untuk mendapatkan dukungan dari Suriname untuk menjembatani kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Komunitas Karibia (CARICOM) dimana Suriname menjadi salah satu anggota. (Ndy)

07
December

 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Singapura Tan Wu Meng, Kamis di Nusa Dua Bali. Dalam pertemuan tersebut kedua negara menindaklanjuti hasil keputusan pertemuan Leader Retreat yang dilangsungkan di Bali beberapa waktu yang lalu. Terkait hal ini, menurut Retno, Indonesia dan Singapura membahas upaya penyelesaian pembahasan terkait Traktat Investasi antara kedua negara.

“Dengan Singapura kita bicara mengenai follow up dari leader retreat yang dilakukan di Bali beberapa waktu yang intinya adalah yang pertama kita menyelesaikan mengenai masalah investment treaty antara kedua negara.”

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga melakukan renegosiasi terkait perjanjian penghindaran pajak dan pencegahan pengelakan pajak atas penghasilan. Lebih lanjut pertemuan tersebut juga membahas keberlanjutan hasil keputusan KTT ASEAN diantaranya terkait keterlibatan Badan Mitigasi Bencana ASEAN (AHA Centre) di Rakhine State. Indonesia juga menyampaikan apresiasi terhadap keketuaan Singapura di ASEAN yang akan segera berakhir dan akan digantikan oleh Thailand. (Ndy)