Sumarno

Sumarno

07
December

 

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi berharap agar Brunei Darussalam dapat segera mempercepat penyelesaian pembahasan mengenai nota kesepahaman antara Indonesia dan Brunei Darussalam tentang tenaga kerja asing, sesuai dengan hasil perjanjian Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) ke-4 yang telah ditandatangani sebelumnya di Jakarta. Hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dan Menteri Luar Negeri dan Perdagangan II Brunei Darussalam Dato Seri Setia Haji Erywan, Kamis, di sela pertemuan BDF ke 11 Bali. Menurut Retno, Brunei Darussalam tetap pada komitmennya untuk mempercepat negosiasi dengan internal pemerintah Brunei Darussalam agar nota kesepahaman tersebut dapat segera ditandatangani dengan Indonesia.

“Dalam pertemuan tadi kita membahas mengenai follow up dari JCBC yang kita lakukan baru2 ini, JCBC yang keempat terutama adalah harapan Indonesia agar MoU mengenai masalah migrant workers dapat segera diselesaikan. Dan menteri luar negeri Brunei Darussalam tadi menyampaikan bahwa komitmen untuk mempercepat negosiasi atau untuk mempercepat penyelesaian negosiasi masih merupakan komitmen beliau dan beliau akan terus melakukan komunikasi dengan menteri yang bertanggung jawab di isu migrant workers.”

Lebih lanjut Retno Marsudi juga menyebut, Indonesia dan Brunei Darussalam bersepakat untuk segera menyelesaikan tiga buah nota kesepahaman yang akan ditandatangani oleh kedua negara. Ketiga nota kesepahaman tersebut adalah dalam bidang kebudayaan, pertanian dan pengiriman barang (shipping). Selain itu kedua menteri tersebut juga membicarakan hal-hal dalam konteks ASEAN. Terkait hal ini, menurut Retno, Indonesia dan Brunei Darussalam bersepakat mengenai keterlibatan Badan Mitigasi Bencana ASEAN (AHA Centre) di Rakhine State. (Ndy)

07
December

 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne disela penyelenggaraan Forum Demokrasi Bali (BDF) ke 11 tahun 2018, Kamis di Nusa Dua, Bali. Usai pertemuan Menteri Retno mengatakan bahwa kedua negara membahas perkembangan konsep indo-pasifik yang diusulkan oleh Indonesia dalam upaya pengembangan kawasan. Selain itu menurutnya, Indonesia juga mengapresiasi dukungan Australia terhadap sentralitas ASEAN dan terhadap Badan Mitigasi Bencana ASEAN (AHA Center) di Jakarta. Menurut Retno, Australia telah setuju untuk terus mendukung AHA Center dan masa depan keterlibatan AHA Center di Rakhine State.

“Diatas semua itu, kami juga mendiskusikan pengembangan konsep indo-pasifik dan Indonesia mengapresiasi dukungan Australia terhadap sentralitas ASEAN. Kami juga mendiskusikan dukungan Australia kepada AHA Center di Jakarta dan setuju untuk terus mengkomunikasikan upaya bersama mendukung AHA Center dan masa depan keterlibatan AHA Center di Rakhine State.”

Lebih lanjut Menteri Retno juga mengapresiasi pernyataan yang disampaikan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne pada diskusi panel tentang Menjadikan Institusi Demokrasi dan Kemakmuran Inklusif Berkelanjutan. Dalam diskusi panel tersebut, Marise Payne menyebut tentang keterlibatan kaum perempuan dalam demokrasi. Menurutnya keterlibatan kaum perempuan dan demokrasi merupakan hal mutlak untuk menjamin terciptanya inklusifitas dan keterwakilan. (Ndy)

06
December

 

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai membuka Forum Demokrasi Bali atau BDF ke-11 tahun 2018, di Nusa Dua, Bali, Kamis  (6/12) mengatakan bahwa pertemuan BDF merupakan forum saling berbagi pengalaman untuk memajukan demokrasi di antara negara-negara demokrasi. Upaya inj dilakukan mengingat tidak adanya negara demokrasi yang tidak rentan terhadap kemunduran. Untuk itu, keberlangsungan demokrasi harus dipertahankan melalui saling belajar dan membangun generasi yang kuat antar sesama negara demokrasi. Menurutnya, kunci kesuksesan demokrasi adalah pada adanya inklusivitas bagi semua.

“Intinya kunci kesuksesan demokrasi adalah inklusivitas, demokrasi yang dapat diakses dan dinikmati oleh semua, tidak ada dimarginalkan, karena kohesi sosial terbentuk untuk mendukung kesejahteraan.”

Lebih lanjut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, selama 10 tahun pertama, BDF telah menciptakan kontribusi Indonesia terhadap pemajuan nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan modernisasi baik di kawasan Asia Pasifik maupun dalam tataran global. Dirinya menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menunjukkan bahwa demokrasi merupakan alat untuk menghilangkan ketimpangan, mereduksi kesenjangan. Selain itu, demokrasi juga dapat memberikan kesempatan untuk kemajuan ekonomi dan politik secara seimbang. (Ndy)

06
December

 

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi secara resmi membuka Forum Demokrasi Bali ke-11 tahun 2018, di Nusa Dua Bali, Kamis (6/12). Tahun ini Forum Demokrasi Bali mengambil tema Democracy for Prosperity.  Menteri Retno menjelaskan, pemilihan tema tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran peluang bagi demokrasi dalam mendorong terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Selain itu, juga diharapkan bahwa pembangunan ekonomi dengan berlandaskan demokrasi tersebut juga dapat dilakukan secara berkelanjutan.

“Dalam rangka memajukan kemakmuran rakyat itulah maka untuk tahun ini kita mengambil tema Democracy for Prosperity. Diskusi dalam dua hari ini akan digunakan untuk melihat bagaimana demokrasi membantu kesejahteraan untuk semua, prosperity for all, dan juga tanpa mengurangi sifat dari suistainability dari pembangunan ekonomi tersebut.”

Forum Demokrasi Bali ke-11 tahun 2018 dihadiri oleh peserta dari 92 negara dan 7 lembaga internasional dengan jumlah peserta mencapai hampir 470 orang. Acara ini dihadiri oleh Presiden Republik Nauru Baron Divavesi Waqa dan sejumlah menteri dari negara sahabat, di antaranya Australia, Brunei Darussalam, Papua New Guinea, Selandia Baru, Suriname, Timor Leste, dan Tuvalu. Selain diskusi panel, rangkaian pertemuan Forum Demokrasi Bali tahun ini juga diisi dengan Konferensi Pelajar Demokrasi Bali dan Forum Media dan Masyarakat Madani Bali. Menurut Retno, hal ini bertujuan agar pembahasan demokrasi dapat dilakukan secara inklusif dan kompherensif dari sudut pandang yang beragam. (Ndy)