14 hingga 16 Juni lalu sebuah festival bertajuk “Internasional Nyobeng Dayak Bidayuh 2019” sukses digelar. Acara yang berlangsung di Dusun Sebujit, Desa Hlibue, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat ini menampilkan beragam kegiatan budaya. Salah satunya Nyobeng. Nyobeng merupakan tradisi yang digelar untuk menghormati Roh Leluhur kampung yang menghuni gunung dan hutan. Roh leluhur dianggap telah memberikan rejeki yang melimpah, menjaga penduduk dari ancaman musuh dan penyakit. Selain tradisi budaya, ditampilkan pula kerajinan tangan tradisional masyarakat setempat. Salah satunya base dan raga yang terbuat dari anyaman rotan.
Base merupakan anyaman rotan berbentuk keranjang besar. Sementara itu, raga adalah tas anyaman rotan kecil atau tas belanja. Produk anyaman ini telah dijadikan sebagai oleh-oleh atau souvenir bagi pengunjung Internasional Nyobeng Dayak Bidayuh 2019.Kerajinan ini dapat ditemui tidak jauh dari lokasi Festival Nyobeng. Tepatnya di Desa Jagoi Kindau, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang.
Desa Jagoi Kindau sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkayang sebagai Kampung Kreatif. masyarakat Jagoi rata-rata adalah perajin anyaman rotan. Tradisi membuat kerajinan ini sudah turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Selain Base dan Raga, masyarakat setempat juga membuat produk cincin dan gelang. Semuanya terbuat dari bahan rotan. Produk anyaman rotan desa Jagoi Kindau sangat khas. Semua hasil kerajinannya dilakukan secara manual. Karena mengandalkan tangan, hasil pengerjaannya pun sangat detail. Harganya juga terjangkau, mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu, tergantung jenis produknya. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, mengajak banyak wisatawan untuk berkunjung ke Desa Jagoi Kindai. Di sini, wisatawan bisa belajar membuat barang-barang kerajinan dari anyaman rotan.
Kali ini akan hadirkan untuk anda sebuah lagu keroncongasli berjudul Meraih Rembulan.
Lagu ciptaan Koko Thole ini bercerita tentang keindahan bulan purnama yang terasa dekat seakan mudah digapai, namun sebenarnya jauh tinggi di angkasa. Pancaran sinar bulan sering menjadi simbol keindahan, kedamaian serta harapan.
Lagu ini dinyanyikan oleh Dian Mita Kurniasari seorang wanita muda asal Wonogiri Jawa Tengah yang merasa bangga membawakan lagu-lagu berirama keroncong. Dian telah memiliki dua single lagu bergendre keroncong yaitu Meraih Rembulan dan Nuansa Kebangsaan. inilah Dian Mita Kurniasari dengan lagu keroncong Meraih Rembulan.
Festival Film Internasional di Shanghai (SIFF) 2019 telah memasuki tahun ke-22. Enam film Indonesia memeriahkan festival di kota tersibuk di Cina itu. Film-film tersebut adalah Aruna dan Lidahnya, Generasi Micin, Humba Dreams, Montain Songs, Kafir, dan 27 Steps of May. Enam film itu diputar di beberapa gedung bioskop di Shanghai mulai 15 Juni hingga 17 Juni 2019. Aruna dan Lidahnya yang dibintangi aktor dan aktris terkemuka tanah air seperti Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, dan Oka Antara akan diputar di Palace Cinema L Mall dan menarik minat puluhan warga Shanghai. Makanan khas Pamekasan (Madura) seperi “lorjuk” dan makanan khas Singkawang (Kalimantan Barat) “Pengkang” yang ditampilkan dalam film tersebut sukses mengundang selera penonton yang hadir di gedung bioskop terkenal itu.
Tak ketinggalan Generasi Micin yang dibintangi aktor dan aktris kondang tanah air, seperti Mathias Muchus, Cut Mini, Joshua Herman, dan dua youtubers, Kevin Anggara dan Clairine Clay juga unjuk gigi di gedung bioskop Shagying Bailian Cinema. Selanjutnya, film Kafir: Bersekutu dengan Setan besutan Sutradara Azhar Kinoi Lubis juga ditampilkan. Sujiwo Tejo yang memerankan karakter dukun dengan sangat apik, berhasil membuat para penonton di Sincere Plaza Cinema terkesima. Sutradara terkenal Riri Reza juga menyumbang karya lewat film Humba Dreams yang pernah meraih penghargaan pada Festival Film Internasional di Busan, Korea Selatan. Film ini menawarkan kisah keseharian warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diputar langsung di Festival Film Internasional Shanghai.
Film terakhir yang ditampilkan di SIFF adalah Mountain Songs buatan Yusuf Radjamuda. Film ini berhasil masuk nominasi penulis naskah dan sutradara terbaik pada kategori Asian New Talent. Pemutaran enam film Indonesia ini tidak hanya menyita perhatian warga Shanghai saja, tetapi juga warga negara Indonesia yang berada di sana. Wandi Adriano selaku Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya Konsulat Jenderal RI di Shanghai berharap kerja sama Indonesia dengan otoritas perfilman Kota Shanghai dapat meningkatkan promosi budaya Nusantara di Shanghai.
Hari ini akan memperkenalkan Gereja Tua Immanuel di Maluku. Jadi tetaplah bersama kami hanya di RRI World Service Voice of Indonesia.
Gereja Tua Imanuel merupakan salah satu dari sekian banyak bukti peniggalan sejarah yang berada di Maluku. Gereja ini terletak di Desa Hila, Kecamatan Salahutu Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, yang berjarak sekitar 42 km dari pusat kota Ambon. Dibangun pada tahun 1659 dan merupakan bangunan gereja tertua di Provinsi Maluku.
bangunan ini terlihat sangat sederhana, dindingnya terbuat dari kayu yang di cat putih dengan atap rumbia dan sebuah tiang lonceng yang menghiasi halamannya. Desain dalam gedungnya pun sangat sederhana dengan sebuah mimbar yang menghadap 2 barisan kursi yang berjajar ke belakang dan sebuah ruangan kecil bagi pendeta.
Gereja ini sempat mengalami kerusakan akibat perang saudara yang terjadi di Provinsi Maluku pada tahun 1999. Gereja ini kembali dibangun dengan arsitektur dan bentuk yang sama setelah peperangan mereda.untuk mengunjungi gereja ini Anda tidak dipungut biaya sepeserpun, namun Anda wajib mengisi buku tamu dan sebuah kotak persembahan sebagai bentuk solidaritas untuk membantu perawatan gereja ini.