Pantai Watotena adalah pantai yang terletak di sebelah tenggara Pulau Adonara. Tepatnya di Desa Nelerereng, Kecamatan Ileboleng, Adonara Timur, Flores Timur. Pantai ini masih belum banyak dikunjungi oleh wisatawan, sehingga tempat ini cocok untuk bersantai dan menikmati pemandangan yang indah.
Selain pasir putih dan laut biru, daya tarik pantai ini adalah batuan hitam atau batu magma dengan aneka bentuk dan formasi yang menghiasi bibir pantai, yang menambah kecantikan pantai Watotena dan membuatnya berbeda dengan pantai-pantai di daratan Flores.
Nama Watotena berarti perahu dari batu, atau batu yang berbentuk perahu. Hal ini bisa anda lihat dari batu magma yang berbentuk seperti perahu. Terdapat banyak batu magma yang muncul di permukaan pasir putih. Keeksotisan pantai ini semakin mempesona dengan pemandangan Gunung Ile Boleng di belakangnya.Banyak yang dapat anda lakukan di sana. Mulai dari menyusuri pantai, bermain pasir atau air hingga mencari spot foto menarik. Khusus bermain air, anda harus berhati-hati karena terkadang ombak di sana cukup besar.
Untuk mencapai Pantai Watotena anda dapat menggunakan perahu motor dari Larantuka dan berlabuh di dermaga Terong atau Pelabuhan Waiwerang di pulau Adonara. Pantai ini berjarak 6 Km dari Pelabuhan Waiwerang dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Waiwerang dan secara keseluruhan membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam dari Pelabuhan Larantuka.
Satu hal yang paling diperhatikan di pantai ini adalah kebersihan. Para wisatawan dilarang keras membuang sampah sembarangan, tidak merokok dan membawa minuman ke area pantai. Hal tersebut tentunya membuat tempat ini sangat bersih dan tidak tercemar.
Hari ini akan mengajak anda berwisata ke kabupaten Kuningan di Provinsi Jawa Barat untuk mencicipi kuliner khas kota kecil yang berbatasan dengan Kota Cirebon ini. Karena letaknya yang berbatasan dengan Cirebon dan Jawa Tengah, maka masyarakatnya pun beragam, baik dari budaya, bahasa , adat dan juga makanannya. Kali ini kami akan memperkenalkan salah satu kuliner yang menjadi unggulan kota Kuningan ini , yaitu Hucap.
Hucap bagi warga Kuningan adalah salah satu menu untuk sarapan. Di Kabupaten Kuningan banyak sekali pedagang Hucap , sehingga anda tidak akan kesulitan ketika mencari Hucap untuk sarapan. Selain dijajakan dengan berkeliling, di dekat pusat keramaian biasanya juga banyak warung Hucap, yang selalu dipadati pembeli, terlebih diwaktu makan pagi. Warung Hucap ini mulai buka pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi. Tetapi sekarang ini Hucap tidak saja untuk menu sarapan tapi kadang juga untuk makan siang bahkan makan malam, dengan begitu warung Hucap banyak juga yang buka mulai dari jam 06.00 pagi sampai dengan jam 03.00 dini hari.
Hucap sendiri adalah singkatan yang berasal dari tahu dan kecap. Sesuai namanya, kuliner ini memang terdiri dari campuran tahu, ketupat dan kecap yang disiram dengan saus kacang yang gurih dan nikmat. Rahasia nikmatnya Hucap ini memang pada saus kacangnya, yang terbuat dari campuran kacang tanah yang digoreng , cabe merah, gula jawa, garam dan penyedap yang dihaluskan hingga bercampur menjadi satu. Ketupat yang terdapat di dalam kuliner Hucap bukanlah ketupat biasa karena dalam pembuatannya, ketupat ini sudah direbus dengan air merang sehingga kulitnya berwarna coklat dan tentu saja cita rasanya pun menjadi lebih nikmat.
Bahan utama Hucap adalah tahu khas Kuningan yang padat dan gurih. Untuk penyajiannya, tahu ini harus digoreng lebih dahulu secara dadakan dan disajikan saat masih panas。
Untuk penyajian sepiring Hucap , pertama-tama ketupat dibuka kulit pembungkusnya dengan cara dibelah dan kemudian dipotong-potong lalu di letakkan di piring. Kemudian tahu goreng dipotong dan diletakkan di atasnya, lalu siramkan saus atau bumbu kacang sesuai kebutuhan dan ditambahkan kecap secukupnya. Setelah itu ditaburi bawang goreng di atasnya. Sebagai tambahan , anda bisa juga menambahkan kerupuk ikan atau bakwan yang biasanya di sediakan di atas meja warung penjual Hucap. Untuk sepiring Hucap dan segelas teh tawar panas anda cukup membayar kira-kira Rp. 12.000 sampai Rp. 15. 000.
bila anda sedang berlibur ke provinsi Jawa Barat, khususnya Cirebon, sempatkanlah untuk mencoba kuliner Hucap ini , selain rasanya yang lezat , bisa membuat anda kenyang hingga makan siang. Selain itu, harganya pun tidak menguras kantong. Kami akhiri Pesona Indonesia hari ini, kita bertemu lagi besok, tentu saja dengan topik yang lebih menarik. Inilah Suara Indonesia, dari Indonesia menuju dunia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki teknologi Biopelet. Biopelet adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Biomaterial LIPI sejak 2016 lalu. Dengan Biopelet, bisa dihasilkan bahan bakar dari limbah biomassa, seperti ampas kopi dan serbuk kayu.
Plt Kepala Pusat Penelitian Biomaterial LIPI Dede Heri Yuli Yanto di laman resmi LIPI menjelaskan, dengan teknologi sederhana, LIPI telah berhasil membuat biopelet dan menghasilkan paten terkait formulasi dan tungku biopelet. Dengan 'kompor' Biopelet, ada berbagai keunggulan yaitu rendah emisi, tinggi, kalori, dan tentunya murah.
Efisiensi dari Biopelet bisa mencapai 40 persen dibandingkan penggunaan bahan bakar gas. Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara mengatakan bahwa Biopelet yang dikembangkan itu sangat cocok untuk dipakai pada usaha kecil dan menengah maupun industri rumahan. Contohnya di pabrik kerupuk, tahu, keripik, sukro, serta beragam tempat pengolahan makanan lainnya.
Di industri kecil itu, penggunaan Biopelet akan sangat bermanfaat. Sebab, selama ini pemilik industri menggunakan bahan bakar dari gas, kayu bakar, tempurung kelapa, hingga batu bara. Bahan bakar jenis itu justru memiliki beragam dampak negatif.
untuk membuat masyarakat, khususnya pelaku industri rumahan dan UKM tertarik, LIPI sering melakukan sosialisasi dan workshop. Sasaran utamanya adalah pelaku industri rumahan dan UKM di wilayah Bogor dan Bandung.
Diharapkan dengan diadakannya workshop ini UKM di wilayah Bogor dan Bandung yang sangat terkenal dengan industri-industri makanannya dapat beralih ke teknologi Biopelet untuk menggantikan bahan bakar gas.
Pulau Dua terletak di Distrik Werbes, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Sebuah peninggalan sejarah kembali membawa pengalaman lain bagi wisatawan di pulau ini. Pulau Dua merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang pernah menjadi lokasi petilasan misionaris bernama Yonas Nandisa. Dia adalah seorang guru Injil yang mendarat pada 12 Agustus 1912 di Pulau Dua. Yonas adalah pembawa kabar Kristen pertama yang menginjakan kaki di Tambrauw.
Prasasti petilasan Kristen Injil di perkampungan Pulau Dua mencatat, Yonas merupakan salah satu penyebar agama Kristen di sana. Bisa dibilang, pengaruh Yonas dan para pengikutnyalah yang membuat 90 persen masyarakat Tambrauw menganut agama Kristen. Untuk mengenang petilasan Yonas, didirikan sebuah tugu. Dulu, di dekatnya ada sebuah gereja. Namun, bangunan gereja itu rusak, perkakasnya dicuri diduga oleh para awak kapal yang mendarat. Akhirnya, hanya ditemukan bekas bangunan gereja. Gereja mulai koyak pada Perang Dunia II.
Ketika itu, Pulau Dua menjadi salah satu lokasi petarungan para tentara. Pada masa itu, para warga diungsikan ke Bika. Karena tak bertuan, pencuri pun lelusa membawa perkakas gereja. Hingga kini, masyarakat Kristen di Tambrauw merayakan petilasan tersebut setiap Agustus. Untuk mencapai Pulau Dua wisatawan harus mengendarai speedboat dari Pelabuhan Sausapor, dengan waktu tempuh 15 menit. Selain melakukan wisata sejarah, wisatawan juga bisa menyelam kapal dan pesawat yang ditenggelamkan pada masa Perang Dunia II. Sementara untuk sampai ke Sausapor, wisatawan bisa menggunakan akses udara dengan Susi Air seharga Rp270.000, beroperasi tiap hari Selasa hingga Jumat.
Wisatawan yang datang ke Pulau Dua umumnya akan terkesima dengan keindahannya. Warna pasirnya bak kristal, begitu lembut. Bersama itu wisatawan juga bisa menikmati air laut yang bening dan bergradasi toska, biru tua dan biru muda. Tak kalah elok ada juga ikan warna-warni yang melintas di antaranya juga terdapat ikan yang bahkan belum pernah dilihat di tempat lain, tubuh ikan tersebut dipenuhi bercak berwarna hijau, biru, merah, dan kuning. Wilayah timur Indonesia memang selalu menyajikan pemandangan yang memuaskan hati dan menenangkan jiwa.