ofra voi

ofra voi

30
January

Film dokumenter karya anak SD Pangudi Luhur Yogyakarta meraih penghargaan Premio Giovani dalam Cortocircuito-Savigliano Film Festival di Italia, akhir tahun lalu. Siswi kelas 5 yang bernama Anindyah Cintya Laksita, sukses meraih penghargaan dalam karyanya yang berjudul “Jamilah’s Friend”. Film tersebut menceritakan tentang seorang dokter hewan yang sangat mencintai kucing-kucing yang terlantar. Film tersebut terinspirasi dari Santo Fransiskus Asisi, ia adalah pelindung semua makhluk hidup. Film dokumenter berdurasi 12 menit diproduksi Orca Films Yogyakarta dan dibuat Cintya dengan didampingi mahasiswa perfilman Oktovianus Patintingan sebagai kamerawan.

Penghargaan di Italia tersebut bukan pertama kali diraih film Jamilah’s Friend. Sutradara cilik Indonesia, Andyah Cintya Laksita meraih penghargaan Special Award Viva Film Festival 2018 di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina pada September lalu. Cintya merupakan sutradara termuda dalam festival ini dan karyanya menjadi satu-satunya film Indonesia yang masuk nominasi. Dokumenter berjudul Jamilah's Friends karya Cintya bersaing dengan 1.550 karya lain dari 110 negara. Festival film dokumenter internasional ini menjadi istimewa karena salah seorang perintisnya adalah Al Gore pejuang lingkungan dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat. Al Gore menjabat sebagai Presiden Kehormatan Festival. Selain Viva Film Festival 2018, Jamilah's Friends juga telah terpilih sebagai karya unggulan dalam Saratov International Film Festival of Documentary Drama pada 27-30 September 2018 di Saratov, Rusia dan Festival Cine Animal Bogota yang digelar 4 Oktober-1 November 2018 di Bogota, Kolombia.

Film Cintya mengisahkan seekor kucing terlantar bernama Jamilah yang berkeliaran di celah-celah pasar Kota Yogyakarta. Tanpa tuan yang berbagi pakan kucing-kucing itu bertahan hidup dari sisa-sisa makanan dan sampah. Mereka bisa saja kenyang tapi dengan selalu menyantap panganan asal-asalan maka cacing dan bakteri akan melekat dalam tubuh. Seorang dokter hewan bernama Andre Lisnawan ternyata punya agenda reguler memberikan makanan layak untuk Jamilah dan kucing-kucing gelandangan lainnya. Di tengah malam yang beku Andre berkeliling sudut-sudut pasar menemui satu demi satu kucing, memastikan semuanya makan. Kegiatan kemanusiaan Andre, direkam oleh Cintya, siswa berusia 11 tahun yang bersekolah di SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

 

29
January

Saya akan putarkan lagu Sri Langkat. Lagu ini memiliki Alunan khas Melayu yang kental menjadi ciri khas lagu bertempo sedang ini. Sri Langkat merupakan nama sebuah Kerajaan Melayu di Riau dengan Kuala Tungkal sebagai salah satu perlabuhan utama. Lagu ini diciptakan untuk memberi informasi mengenai unsur tradisional pada Masa kejayaan Tanah Melayu dan menunjukkan Kekuasaan Kerajaan Melayu saat itu. Allahyarham Dato' Sudirman bin Haji Arshad dan Zaleha Hamid adalah penyanyi yang mempopulerkan lagu tersebut. Pantun-pantun Melayu yang berisi nasihat dan peringatan bagi manusia menjadi lirik lagu ini. Pendengar, inilah Sri Langkat dinyanyikan oleh Jamal Abdillah dan Amelina

29
January

Kementrian Pariwisata Indonesia mulai mengembangkan homestay desa wisata. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementrian Pariwisata bekerjasama dengan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) dalam menentukan lokasi bersama lembaga dan institusi daerah.

Homestay dan desa wisata itu menjadi salah satu fokus Kemenpar lantaran, Pertama, Indonesia adalah negara besar, area yang sangat luas, kepulauan dan terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kedua, membangun hotel yang fix, membutuhkan waktu yang sangat panjang bisa 4-5 tahun baru jadi. Sementara dengan target 20 juta wisatawan mancanegara di 2019, maka Indonesia harus menyiapkan akomodasi yang cepat dan tetap memiliki daya tarik. Karena itu solusi terbaik adalah dengan mengembangkan rumah penduduk sebagai tempat akomodasi, yang bisa bersentuhan langsung dengan budaya dan adat istiadatnya.

Ketiga, dengan mengembangkan homestay dan desa wisata, itu semakin memperkuat bahwa dampak ekonomi di sektor pariwisata itu menetes sampai ke bawah. Tentu, Kemenpar akan berkolaborasi dengan Kemendes yang memiliki budget untuk pengembangan kawasan pedesaan. Mentri Pariwisata, Arief Yahya juga meminta UNWTO (UN-World Tourism Organization) untuk mendampingi, dan sekaligus memberikan masukan tentang apa yang harus dilakukan oleh Indonesia dalam mengembangkan homestay dan desa wisata itu. Kemenpar bersama Kemendes menargetkan 2000 desa wisata di Tahun 2019 dimana tahun 2018, baru 1.734 desa.

Tahun 2019 ini mentargetkan 10.000 homestay di 10 destinasi prioritas. Selama 2017-2018, sudah menyentuh di 2.938 homestay. Diantaranya, mengubah menjadi homestay 2640 unit, merenovasi 203 unit, dan membangun baru 95 unit. Tahun 2017 ditargetkan 20.000 homestay, tahun 2018 ditambah 30.000 lagi, dan tahun 2019 dibangun 50.000 unit, sehingga total keseluruhan berjumlah 100.000 homestay. Homestay Desa Wisata bakal menjadi portofolio industri baru dalam pengembangan amenitas pariwisata. Indonesia akan menjadi negara dengan homestay terbesar, terbanyak, dan terbaik di dunia.

Program homestay desa wisata yang dilaksanakan mulai tahun 2017 merupakan kontribusi Kemenpar terhadap program satu juta rumah terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dibuat Kementerian PUPR. Pembangunan homestay mempunyai nilai strategis, terutama untuk memperkuat unsur amenitas dalam teori 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas). Indonesia memiliki 74.745 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Dari jumlah desa yang ada tersebut, sebanyak 1.902 berpotensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata sebagai daya tarik wisata.

29
January

Bintan merupakan salah satu pulau di provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini punya daya tarik wisata bahari yang memukau. Pantai-pantainya indah dengan pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan dan alam bawah laut yang cantik. Di Bintan juga terdapat hamparan pasir putih dan telaga-telaga air berwarna biru. Namanya Gurun Pasir Telaga Biru yang kini menjadi salah satu objek wisata favorit para turis.

Gurun Pasir Telaga Biru berlokasi di Dusun Busung, Kecamatan Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Letaknya sekitar 45 menit perjalanan darat dari bandara RHF Tanjung Pinang maupun dari pelabuhan Tanjung Pinang. Jika dari pelabuhan Tanjun Uban hanya sekitar 15 menit. Objek wisata ini buka setiap hari. Anda tidak perlu bayar tiket masuk. Anda hanya akan dikenakan tarif parkir kendaraan.

di objek wisata ini, anda bisa menikmati keindahan telaga biru yang dikelilingi padang pasir seluas 6.000 hektar. Terdapat beragam properti untuk menambah keunikan hasil foto, seperti ayunan, boneka unta, hiasan bambu dan arena memanah. Bagi anda yang ingin mengunjungi kawasan wisata ini, disarankan untuk membawa kacamata, topi atau pelindung kepala dan kaki karena terik matahari sangat menyengat saat siang hari.

Gurun Pasir Telaga Biru dulunya adalah area penambangan pasir bauksit yang kini sudah mengeras seperti karang. Selama puluhan tahun kawasan ini terbengkalai, cekungan-cekungan bekas galian terisi air hujan yang lama kelamaan berubah menjadi telaga air berwarna biru. Oleh masyarakat, kawasan ini kemudian dikelola menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.