ofra voi

ofra voi

25
August

VOI KOMENTAR Tak dapat dihindari, hampir setiap konflik atau perang di suatu negara berdampak kepada negara yang lain. Hal ini bisa dilihat setidaknya dari adanya pengungsi di berbagai tempat yang jumlahnya semakin meningkat. Konflik di beberapa negara Afrika, menyebabkan pengungsian. Kisruh Armenia Azerbaijan, juga demikian. Suriah yang selalu dilanda perang saudara, merepotkan negara negara lain termasuk di Eropa karena kebanjiran pengungsi. Pengungsi Rohingya adalah juga contoh nyata dari adanya kemelut dalam negeri Myanmar. Dan terakhir adalah Afghanistan.

Ribuan rakyat Afghanistan telah diangkut dengan pesawat ke luar negeri itu, sementara masih banyak lainnya membanjiri Bandara Internasional di Kabul. Berita di media massa internasional secara berulang-ulang menyiarkan keadaan di bandara Hamid Karzai, Kabul. Semuanya  memberikan gambaran betapa kalut dan menyedihkannya suasana di sana. Tergambar juga betapa menderitanya mereka yang berusaha melarikan diri dari tanah kelahirannya tersebut. Beberapa negara memang telah menyatakan kesediaannya menerima para pengungsi Afghanistan, termasuk Amerika Serikat. Diberitakan bahwa pengungsi Afghanistan ini tidak hanya membanjiri bandara di Kabul, tetapi juga merebak di perbatasan dengan negara negara lain, termasuk Pakistan, Uzbekistan dan lainnya. Berbeda dengan Amerika Serikat, Kanada serta beberapa negara  Eropa, kesiapan menerima pengungsi negara-negara tetangga itu terkendala karena kondisi negeri masing-masing.

Ketegangan di bandara internasional Kabul meningkat dengan adanya tenggat waktu penarikan pasukan Amerika Serikat, yaitu 31 Agustus 2021. Sementara pihak Taliban menyatakan pihaknya tidak menginginkan Amerika Serikat memperpanjang waktu tersebut. Nasib pengungsi Afghanistan pun nampaknya bakal lebih memprihatinkan karenanya.

Persoalan pengungsi akibat perang saudara atau konflik akhirnya menjadi persoalan negara negara lain. UNHCR, Badan PBB yang menangani pengungsi, berusaha ikut mengatasi masalah tersebut di berbagai negara, khususnya yang ada diperbatasan. UNHCR mendirikan tempat tempat penampungan serta bantuan bahan makanan.

Tentu tidak mudah untuk menyalahkan pihak pihak tertentu sebagai penyebab terjadinya ribuan bahkan jutaan pengungsi yang merlarikan diri dari negerinya. Karena memang situasinya sangat komplek. Namun yang sesungguhnya lebih penting adalah, bagaimana mengatasi jutaan manusia yang sudah terlanjur mengungsi dan mencegah agar tidak terjadi pengungsian lebih banyak lagi.

25
August




VOI PESONA INDONESIA Berjalan di pasir putih, memandang luasnya air berwarna biru dan duduk di bawah rindangnya pepohonan, mungkin salah satu impian Anda menghabiskan waktu luang. Tidak perlu bermimpi lagi karena Anda dapat melakukan hal tersebut di pantai Torohudan, Yogyakarta, Indonesia. Pantai Torohudan berada di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogjakarta. Pantai ini memang belum cukup dikenal. Tempatnya tersembunyi di balik ladang dan persawahan warga. Bisa dibilang, pantai ini adalah pantai baru yang berada di dekat Pantai Ngrenehan. Anda dapat mencapai pantai Torohudan dengan berjalan kaki melalui jalan yang terjal dan naik-turun selama kurang lebih 10 sampai 15 menit menuju pantai. Namun bagi para petualang sejati, jalur menuju pantai ini mampu memberikan kepuasan bertualang dengan hadiah luar biasa. Apakah Anda salah satu nya?

Pemandangan hijau dari pepohonan dan tanaman di ladang menemani perjalanan untuk sampai ke bibir pantai. Saat sudah memasuki area pantai, rerumputan dan pepohonan menghampar luas, berbatasan langsung dengan area berpasir Pantai Torohudan. Suasananya sejuk berkat pepohonan yang tumbuh disekitarnya. 
Disamping kanan kiri pantainya terdapat dua tebing yang mengapit pantai ini. Pasirnya putih meskipun tidak halus dan cenderung kasar. Ombak yang cukup besar membuat pantai ini tidak terlalu cocok untuk Anda yang ingin berenang. Anda hanya bisa bermain di pinggir pantai, memancing atau sekadar duduk-duduk menikmati keindahan Pantai Torohudan ini. Karena masih termasuk pantai baru yang belum tersentuh pemerintah, fasilitas di pantai ini belum dibangun.

Pantai Torohudan Gunungkidul buka setiap hari dan 24 jam, namun kami sarankan untuk berkunjung pada siang hari saja karena tidak ada lampu penerang di sekitar jalan menuju pantai ini. Melengkapi perbekalan sangat disarankan dan yang paling penting adalah jangan sampai lupa membawa air mineral yang cukup, karena perjalanan hingga sampai di pantai Torohudan akan sangat menguras tenaga. Anda juga perlu membayar tiket masuk pantai sebesar 5000 rupiah per orang. Biaya ini sudah termasuk biaya masuk ke deretan pantai Torohudan termasuk pantai Ngrenehan dan Ngobaran. Meskipun hanya ada Anda dan keluarga di pantai ini tapi ingat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan ya. Selamat berlibur.


24
August

VOI KOEMENTAR Hari ini, 24 Agustus menjadi hari bersejarah dalam perjalanan siaran televisi di Indonesia. Televisi Republik Indonesia –TVRI secara resmi menayangkan siaran perdananya pada 24 Agustus 1962. Siaran pertama TVRI ditandai dengan tayangan perdana Asian Games ke-4 di Stadion Utama Gelanggang Olahraga Bung Karno. Selama seperempat abad,  lembaga penyiaran yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No.20/SK/VII/61 menayangkan program televisi tanpa saingan.

Pada tahun 1987, stasiun  televisi swasta pertama, RCTI secara resmi mengudara. Disusul kemudian oleh SCTV yang mengudara pada tahun 1990. Kedua stasiun siaran komersil ini lahir pada tanggal yang sama 24 Agustus. Setelah itu, dunia siaran televisi di Indonesia semakin marak dengan hadirnya stasiun televisi dengan target penonton masing-masing. Mengutip siaran digital.kominfo.go.id, pada tahun  2021, jumlah stasiun televisi yang bersiaran secara analog di Indonesia mencapai 701. Diharapkan pada November 2022, Indonesia sepenuhnya akan menerapkan sistem penyiaran TV Digital.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan modernisasi siaran televisi Indonesia dengan beralih dari siaran analog menjadi digital.  Rencana semula, tahap awal Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran TV analog dimulai pada 17 Agustus 2021. Dengan beberapa pertimbangan, rencana itu diundur hingga April 2022. Pertimbangan yang mendasari  penundaan antara lain Indonesia  masih fokus pada penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi, serta tahapan persiapan lebih lanjut. Nantinya, masyarakat Indonesia bisa tetap menikmati siaran televisi digital gratis untuk mendapatkan kualitas gambar yang sangat jelas, suara jernih, dan teknologi canggih

Saat ini,  cara menonton program televisi, memang tidak lagi duduk di depan televisi. Dengan fasilitas siaran streaming  atau video on demand yang dipancarkan website resmi stasiun siaran televisi dan berbagai platform, program acara televisi Indonesia bisa dinikmati di mana dan kapan saja dengan sambungan internet. Ini juga menjadi tantangan bagi stasiun siaran televisi. Karena harus bersaing dengan tayangan kreasi individu atau kelompok yang memproduksi tayangan audio visual. Tetapi sekaligus menjadi kesempatan bagi penyelenggara siaran televisi Indonesia, untuk lebih  memancar-luaskan siarannya.

Dalam perjalanan hampir 60 tahun siaran televisi Indonesia, ada harapan program-program televisi Indonesia mengglobal. Indonesia punya kekuatan untuk itu. Keragaman seni, budaya, adat istiadat  dan pesona alam Indonesia bisa menjadi daya tarik program televisi bagi masyarakat dunia.  Jika hal itu terwujud, potensi sumber daya alam dan manusia, yang dipadu dengan teknologi digital, bukan tak mungkin, pada masanya, program televisi Indonesia yang disajikan dengan menarik akan dinikmati oleh masyarakat dunia.

24
August

VOI PESONA INDONESIA 16 Agustus kemarin, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR RI 2021. Menariknya, pada acara tersebut Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Suku Baduy Luar yang ada di provinsi Banten . Jokowi memang kerap memakai pakaian adat pada setiap pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI. Tahun lalu, ia memakai pakaian adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur. Dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019, Presiden mengenakan pakaian adat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat.  Pada sidang tahunan ini,  tampak Jokowi mengenakan pakaian berwarna serba hitam dengan ikat kepala atau telekung berwarna biru. Tidak hanya itu, Presiden pun mengenakan tas selempang yang terbuat dari anyaman kulit kayu dan sandal kulit berwarna hitam.

Kantor Staf Presiden (KSP) melalui akun Twitter-nya menjelaskan jika penyiapan baju adat ini dibantu langsung oleh Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes. Dalam akun Twitter Kantor Staff Presiden, dijelaskan pula bahwa Presiden memilih menggunakan pakaian adat suku Baduy sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada  keluhuran nilai-nilai adat dan budaya suku Baduy. Pakaian adat tersebut terdiri dari Telekung, Kutung, Beubeur dan Samping Aros. Telekung sendiri merupakan ikat kepala. Dalam tampilannya kemarin, Jokowi mengenakan telekung berwarna hitam bercorak gambar biru tua. Telekung ini kerap disebut sebagai Koncer atau Roma dan merupakan kain tenun asli dari masyarakat Badui. Selanjutnya Katung atau Jaman Sangsang, merupakan baju adat berwarna putih berlengan panjang, tanpa kerah. Jokowi memilih mengenakan katung warna hitam, senada dengan warna telekungnya yang juga didominasi warna gelap.
Melengkapi baju adat yang dikenakan olehPresiden Joko Widodo tampak dikenakan pula beubeur. Beubeur merupakan ikat pinggang yang disampirkan di pinggang, beubeur berasal dari kain. Selanjutnya, Jokowi juga menyempurnakan tampilannya dengan Samping Aros, sarung berwarna nila, bergaris putih yang dikenakan sebatas dengkul.

Sejarawan Asep Kambali mengatakan pakaian yang dipakai Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR itu adalah baju adat suku Baduy Luar. Sebab, baju yang dipakai berwarna hitam dan dijahit rapi mengenakan kancing. Dilansir dari dispar.bantenprov.go.id, warna serba hitam yang melekat pada pakaian adat Suku Baduy Luar melambangkan bahwa mereka tidak lagi murni. Sebab, berbeda dengan Suku Baduy Dalam, Suku Baduy Luar telah mengenal berbagai inovasi dan teknologi yang berasal dari dunia luar, yang tidak diperbolehkan suku Baduy Dalam.