Banda Aceh merupakan salah satu kabupaten di provinsi Aceh. Lokasinya di ujung pulau Sumatera. Secara geografis, kabupaten ini berbatasan langsung di sebelah barat, timur dan utara dengan Samudera Indonesia, Teluk Bengala dan Selat Malaka. Karenanya tak heran jika kabupaten ini dianugerahi pantai-pantai yang indah. Bagi anda pencinta wisata bahari, kami rekomendasikan anda mengunjungi pantai-pantai di Aceh Besar. Salah satunya yang bisa anda kunjungi adalah Pantai Kuala Leupung.
Pantai Kuala Leupung terletak di pinggir jalan lintas Nasional Meulaboh-Banda Aceh. Beberapa waktu terakhir ini, pantai Kuala Leupung menjadi primadona banyak wisatawan, karena selain menawarkan keindahan alamnya, pantai ini juga mempercantik diri dengan berbagai ornamen indah dan romantis di sekitar pantai. Olehkarena itu di pantai ini Anda dapat menemukan banyak spot berswafoto indah. Bagi anda yang tertarik berkunjung ke Kuala Leupung, pantai ini mudah di akses dari kota Banda Aceh. Anda harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari Kota Banda Aceh. Untuk memasuki wilayah Pantai Kuala Leupung ini, Anda harus membayar tiket sebesar Rp20 ribu per orang. Biaya tersebut sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
Tiba di pantai Kuala Leupung, anda akan merasakan sejuknya udara pantai. Pemandangan air lautnya yang biru dan pasir pantainya yang bersih. Selain itu, di pantai ini anda akan menikmati pemandangan payung bewarna-warni yang digantung. Spot ini menjadi lokasi berswafoto yang unik bagi para pengunjung. Bukan hanya itu, pantai ini juga menawarkan tempat duduk dari sofa di bibir pantai yang menghadap ke lautan bebas. Ada pula ayunan yang dimodifikasi layaknya sangkar burung, dan ayunan yang menghadap persis pada matahari tenggelam, serta bingkai berbentuk ‘love’ dan pernak pernik lainnya. Semua ornamen tersebut menjadi spot foto menarik bagi wisatawan.
selain berfoto di spot-spot fotonya yang unik, di pantai ini tentunya anda bisa merasakan pula kesegaran air lautnya dengan berenang. Anda pun bisa bermain atau bersantai di sepanjang bibir pantai. Pantai Kuala Leupung sudah dilengkapi fasilitas yang cukup lengkap, seperti kamar mandi, lapangan parkir, tempat beristirahat dan rumah makan.
Pelangi Nada kali ini akan hadirkan lagu-lagu dari grup musik Efek Rumah Kaca. Sebagai pembuka, saya putarkan lagu berjudul "Cinta Melulu".
demikianlah lagu berjudul "Cinta Melulu" oleh grup band Efek Rumah Kaca. “Cinta Melulu” termasuk salah satu lagu andalan Efek Rumah Kaca. Liriknya mengkritisi kurang beragamnya industri musik Indonesia karena didominasi oleh lagu-lagu percintaan daripada tema-tema lainnya. Selain “Cinta Melulu”, beberapa judul lain dari Efek Rumah Kaca juga penuh dengan kritisi terhadap isu sosial dan politik.
Kritisi melalui musik pop sederhana memanglah tema utama yang disajikan oleh band yang telah dibentuk Jakarta sejak 2001 silam. Meski kritik dan aransemennya selalu dinanti, perlu enam tahun bagi Efek Rumah Kaca untuk bisa tampil mandiri. Setelah menumpang dalam dua album kompilasi dengan berbagai band lainnya, Efek Rumah Kaca akhirnya merilis album pertama pada tahun 2006 dan menerima banyak respon positif dari dunia nyata maupun dunia maya.
demikianlah lagu"Menjadi Indonesia” oleh Efek Rumah Kaca. Sejak 2015, karena salah satu personilnya sibuk melanjutkan studi di Amerika Serikat, Efek Rumah Kaca mengurangi frekuensi penampilannya di atas panggung. Namun, Efek Rumah Kaca tetap menyempatkan waktu untuk memuaskan para penggemarnya melalui pertunjukkan bertajuk “Tiba-Tiba Suddenly Konser” (2016) dan “Tiba-Tiba Suddenly Konser Again” (2017).
Efek Rumah Kaca akan menjadi wakil Indonesia dalam festival South by Southwest (SXSW) di Texas, Amerika Serikat pada tanggal 9-13 Maret 2018. Agar bisa sukses tampil di SXSW, Efek Rumah Kaca melakukan penggalangan dana melalui sebuah konser. Meski sudah menjadi band besar, Efek Rumah Kaca tidak gengsi untuk menyatakan kekurangan dana untuk ikut festival kepada penggemarnya.
Festival Pesona Bau Nyale 2018 kembali digelar. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebagai tuan rumah telah menetapkan b ahwapuncak acara akan berlangsung pada tanggal 6 sampai 7 Maret 2018. Festival ini diselenggarakan di pantai Seger, kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah Nusa tenggara Barat-NTB.
Pada tahun 2018, kegiatan Bau Nyale masuk dalam Calender 100 Wonderful Event Kementrian Pariwisata RI, bersama dengan tiga even lainnya yang ada di NTB, yakni Festival Pesona Tambora, Bulan Pesona Lombok Sumbawa dan Festival Pesona Moyo.
Menurut Esthy Reko Astuti, Staf Ahli Kemenpar RI bidang Multikultural, terpilihnya Festival Pesona Bau Nyale telah mengalami kurasi dari beberapa kurator yang menilai kelayakan dari sebuah even yang diajukan daerah kepada kementrian. Ada beberapa kriteria sebuah even untuk dapat masuk dalam Calender 100 Wonderful Event.
Diantaranya, kontinu atau berkelanjutan, direct impact atau daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara, indirect impact atau keterlibatan masyarakat luas terutama dampak perekonomian. Selain itu, kegiatan yang terpilih harus mendapat dukungan penuh dari Pemerintah daerah dimana kegiatan tersebut diselenggarakan.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Putria menjelaskan, Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Lombok berburu cacing laut jenis Wawo, atau menurut bahasa setempat disebut Nyale, yang muncul satu kali dalam setahun. Bau dalam bahasa Lombok berari berburu atau menangkap. Tradisi berburu nyale secara masal ini erat kaitannya dengan legenda si Cantik Putri Mandalika dari kerajaan Tunjung Beru, Lombok Tengah. Putri Mandalika menjadi perebutan para pangeran yang ingin mempersuntingnya.
Untuk memperoleh pemenang, Raja Sed, ayah Putri Mandalika menggelar sayembara. Para pangeran harus bertarung dan adu kesaktian. Pemenangnya berhak mempersunting Putri mandalika. Hanya saja, tak seorang pangeran pun yang dapat mempersunting Mandalika. Karena, Mandalika mencintai perdamaian dan tak menginginkan perkelahian antar pangeran. Akhirnya, ia menceburkan dirinya ke laut. Dan menurut kepercayaan masyarakat setempat, Nyale merupakan penjelmaan dari Puri Mandalika yang telah berjanji akan hadir setiap tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak. Pada tahun 2018, berdasarkan musyawarah Sangkep Warige atau ketua suku adat, Bau Nyale jatuh pada 6 sampai 7 Februari 2018.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) NTB, Lalu Moh Faozal menyebutkan, ada delapan rangkaian agenda telah dipersiapkan untuk festival ini. Di antaranya; Volleyball Competition (diikuti 15 negara), Mandalika Vlog Competition, Mandalika Surfing Contest, Mandalika Ethno Perfomance, Mandalika World Music Festival, Parade Budaya, Kampung Kuliner, serta Pemilihan Putri Mandalika.
Rangkaian Festival Pesona Bau Nyale dimulai sejak tanggal 20 Februari 2018, sedangkan puncak acaranya tanggal 6 sampai 7 Maret 2018, bertempat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.//
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Tak heran jika Indonesia kaya akan seni dan budaya. Namun tak sedikit kesenian yang hampir punah. Oleh karena itu, agar tetap lestari, berbagai upaya dilakukan. Seperti di daerah Pamekasan, Madura, Jawa Timur, yang melestarikan salah satu kesenian unggulan daerahnya. Nama kesenian tersebut adalah Tari Topeng Gethak.
tari topeng gethak merupakan salah satu tari tradisional yang menjadi bagian dari seni pertunjukan Ludruk Sandur. Seni pertunjukan Ludruk Sandur atau kesenian Sandur merupakan jenis kesenian rakyat yang paling banyak digemari di Pamekasan, Madura. Kesenian Sandur selalu hadir dalam setiap acara seperti pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain. Maka tak heran semua masyarakat di wilayah Pamekasan mengenal kesenian ini. Dalam pertunjukan Ludruk Sandur, tari topeng gethak hadir sebagai pembuka pertunjukan kesenian tersebut.
Tari Topeng Gethak awalnya dikenal dengan nama Tari Klonoan. Setiap gerakan dari Tari Klonoan selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang menjadikan tari tradisional ini dinamakan Tari Topeng Gethak. Hingga saat ini, nama Klonoan sudah tidak lagi digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.
Seni tari tradisional ini menggambarkan sosok seorang tokoh bernama Prabu Baladewa dalam pertunjukan Topeng Dhalang Madura. Tokoh tersebut merupakan tokoh yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Madura. Baladewa merupakan tokoh dengan karakter yang kuat, kaku, berpikiran terbuka dan lurus dalam mengungkap setiap masalah. Karakter tersebut dianggap menggambarkan karakter orang Madura pada umumnya.
pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan telah menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas Unggulan Kabupaten Pamekasan. Sejak tahun 2010, tari topeng gethak mulai diajarkan kepada siswa sebagai kegiatan kurikuler. Hal ini dinilai cukup efektif untuk menjaga kelestarian tari tradisional tersebut.
demikian edisi Pesona Indonesia kali ini dengan topik Tari Topeng Gethak dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Besok kita akan berjumpa kembali pada edisi Pesona Indonesia berikutnya dengan topik menarik lainnya.