Salah satu hits lagu ARMADA BAND di album “MAJU TERUS PANTANG MUNDUR” berjudul ASAL KAU BAHAGIA baru saja anda dengarkan. Dirilis februari 2017, lagu ini bercerita tentang bagaimana suatu hubungan yang tidak membahagiakan, kemudian harus mengikhlaskan pasangan untuk bahagia dengan yang lain. ASAL KAU BAHAGIA diciptakan oleh personil ARMADA, yakni Radha, Mai dan Rizal. Menurut mereka, lagu ini terinspirasi dari kata-kata yang lumrah diucapkan dalam keseharian. Yakni, ‘ku rela kau dengannya asalkan kau bahagia’. Lirik tersebut membuat lagu ini mudah diingat. Selain itu, kekuatan lagu Asal Kau Bahagia terdengar di bagian musik. Armada tetap mengutamakan nuansa pop pada lagu ini. Namun di lagu ini diberi sedikit sentuhan string-nya agar lebih menyentuh. Dengan komposisi musik yang apik dan matang serta lirik lagu yang dalam, lagu ini pun sukses dan mendapat sambutan hangat dari para pecinta musik tanah air.
sebelum kembali mengupas lagu-lagu karya ARMADA, mari dengarkan lagu berjudul PULANG MALU TAK PULANG RINDU berikut ini.
PULANG MALU TAK PULANG RINDU bercerita tentang pengalaman nyata para personil Armada dan kebanyakan orang. Lagu ini tercipta berawal dari ide dari RADHA, serta Mai dan Rizal kemudian membuat liriknya yang mengangkat kisah pengalaman mereka sebelum menuju kesuksesan seperti sekarang.Di lagu ini Armada menceritakan betapa kerasnya perjuangan dalam proses hidup mereka. Jauh dari kampung halaman, ada kalanya rindu pulang kampung halaman, namun saat itu keadaan hidup mereka belum menentu. Kadang rasa malu pun timbul ketika keadaan dan nasib belum bisa menyesuaikan mimpi dan cita-cita mereka untuk menjadi orang yang sukses. Lagu ini mengangkat tema yang universal dan merakyat dengan komposisi lirik yang ringan tapi nyata. Musiknya sendiri cukup menarik, karena ada sentuhan reggae di tengah lagu, sehingga membuatnya makin enak didengar dan diulang-ulang kembali. Tak berbeda dari lagu sebelumnya, lagu PULANG MALU TAK PULANG RINDU ini juga berada di album MAJU TERUS PANTANG MUNDUR yang dirilis pertengahan 2017. Album ini bertemakan cinta yang universal. Didalamnya terdapat sebelas lagu. 2 lagu lainnya berjudul BERDOA UNTUK SEMUA dan ADAM DAN HAWA segera hadir ke ruang dengar anda.
Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Sekala Niskala Raih Penghargaan Film Terbaik di Berlinale 2018. Kabar membanggakan hadir kembali dari dunia film indonesia dimana film Indonesia kembali berprestasi di pentas sinema dunia. 24 Februari lalu, film “Sekala Niskala” (The Seen and Unseen) karya Sutradara Kamila Andini berhasil memenangkan Grand Prize kategorie Generation Kplus International Jury di festival film internasional Berlinale di Berlin Jerman. “Sekala Niskala” menjadi film panjang pertama dari Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar film terbaik di festival film Berlinale. Meraih penghargaan di kategori tersebut, film “Sekala Niskala” bersaing dengan beberapa film lain dari berbagai belahan dunia seperti Prancis, Nepal, dan Italia. Dalam penilaian juri, “Sekala Niskala” meraih Grand Prix atas kekuatan sinematik, puitik serta cakupan akan resiko, autentisitas dan mistis yang disajikan dengan ritmis film yang memukau penonton.
Film ‘Sekala Niskala’ berbahasa Bali dan diperankan oleh para seniman Bali seperti Ayu Laksmi dan I Ketut Rina. Film ini juga didukung oleh koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, serta bekerja sama dengan sanggar-sanggar tari di Bali dalam proses pembuatannya. Film yang akan tayang mulai tanggal 8 Maret 2018 di bioskop Indonesia ini berkisah tentang saudara kembar ‘buncing’ (perempuan dan laki-laki) yang sedang menghadapi kehilangan. Film ini tidak biasa, karena banyak menampilkan tarian dan nyanyian dalam mengungkapkan perasaan dan emosi. Penontonnya pun diajak masuk ke dunia anak-anak yang polos dan penuh imajinasi.
Penghargaan yang diraih film “Sekala Niskala” ini melengkapi sederet prestasi yang sudah diterimanya dari berbagai ajang seperti Toronto International Film Festival, Asia Pasific Screen Awards, Tokyo FILMeX 2017, dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Berlinale sendiri merupakan sebuah festival film kelas dunia yang sudah berlangsung sejak 1951, dan menjadi salah satu ajang yang prestisius dan paling berpengaruh di dunia. Setiap tahunnya Berlinale memutar tidak kurang dari 400 film dalam berbagai kategori, diantaranya, Competition, Generation, Panorama dan Berlinale Short. Sejak 2015, film – film asal Indonesia absen dari gelaran ini, namun di tahun 2018, Sekala Niskala kembali mengangkat nama Indonesia di panggung Berlinale.
Berwisata kuliner ke kota-kota di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta, anda akan menemukan beragam kuliner yang hampir sama. Sebut saja salah satunya kuliner bernama Pecel. Pecel atau Pecal merupakan makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka jenis sayuran. Biasanya sayuran yang dipakai berupa bayam, kangkung, ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang, polong, kacang panjang, kecipir, kecambah. Bahan pecel umumnya didapat di pekarangan, pinggir sawah, bahkan kadang tumbuh liar di tepi jalan.
Ketika akan disajikan, sayuran terlebih dahulu direbus, lalu disiram dengan sambel pecel. Sambel pecel terbuat dari campuran kencur, gula merah, garam, cabai, kecombrang, daun jeruk perut dan kacang tanah sangrai. Semua bumbu ini kemudian diulek. Sambel pecel memiliki cita rasa manis, asam, pedas, dan gurih. Sambel pecel kini berkembang di berbagai daerah. Ada yang bercita rasa daun jeruk purut, ada yang bercita rasa kencur, ada pula yang bercita rasa manis asam yang tinggi. Sambel pecel ini terbilang lebih praktis, karena disimpan dan disantap di lain waktu. Di berbagai daerah, kini sudah ada yang menjual sambel pecel dalam bentuk padat. Saat akan disantap, sambal ini tinggal ditambahkan air saja.
Pecel biasanya dijadikan sarapan dan makan siang. Bisa disantap pecelnya saja atau dengan tambahan nasi, serta lauk lainnya. Setiap daerah memiliki ciri khas pecel tersendiri. Misalnya di Yogyakarta dan sekitar, pecel disajikan dengan tempe dan tahu bacem. Di Solo dan Madiun, pecel disajikan dengan kerupuk karak. Harganya relatif murah, sekitar Rp.5000 hingga Rp.10.000 per porsi.
Menurut ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, Hidangan sayur rebus yang disiram sambel kacang ini tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Tengah dan sekitar. Menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal muasalnya dihidangkan di daerah Yogyakarta. Dipecel berarti daun-daunan yang direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas. Murdijati menambahkan Pecel juga menjadilambang kesederhanaan dan perjalanan. Salah satu buktinya pecel adalah hidangan yang paling sering ditemui di sepanjang perjalanan kereta api. Pecel disantap oleh berbagai kalangan masyarakat dan dijual oleh pedagang kaki lima sampai hotel bintang lima.
Tuhan menciptakan makhluk hidup secara berpasangan. Di era modern seperti saat ini, sudah banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk menemukan jodohnya, contohnya menggunakan berbagai sosial media. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat dan tradisi. Salah satu tradisi yang terdapat di daerah di Indonesia adalah tradisi yang menyangkut perjodohan.
Tradisi mencari jodoh dari daerah Wakatobi, Sulawesi Tenggara dinamakan tradisi Kabuenga, tradisi kawin colong yang masih dilestarikan oleh suku Osing (Using) di Banyuwangi, tradisi omed-omedan dari Bali, terutama di daerah Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, dan masyarakat Lakudo, kabupaten Buton Tengah, provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tradisi pencarian jodoh yang bernama Kamomose.
Kamomose berasal dari kata “Komomo” yang berarti bunga yang sedang kuncup atau hampir mekar, dan kata “Poose ose” yang artinya berjejer secara teratur. Jadi secara harafiah, Kamomose adalah sebuah tradisi dimana para gadis yang menginjak usia remaja duduk berjajar untuk kemudian dikenalkan kepada pemuda desa. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah masyarakat setempat merayakan hari raya Lebaran.
diawal prosesi tradisi ini, para gadis desa dipingit selama 6 hari 6 malam oleh para orang tua atau tetua desa yang diberi kepercayaan untuk mengasuh mereka. Setelah itu, para gadis akan dirias seperti seorang pengantin dengan baju adat khas Buton. Kemudian, mereka keluar dari rumah dan berjajar dengan gadis lainnya dengan cara berhadap-hadapan sambil membawa wadah seperti baskom.
Prosesi ini merupakan pertemuan antara gadis dan pemuda desa. Jika pemuda tertarik dengan seorang gadis, ia akan melemparkan kacang ke dalam wadah yang dibawa oleh gadis tersebut. Selain kacang, pemuda juga dapat meletakkan uang atau benda berhaga lainnya.
prosesi berikutnya adalah anak gadis berunding dengan keluarganya untuk memilih dan meminta persetujuan dari keluarganya. Jika sudah sepakat, maka acara akan dilanjutkan dengan tahap perkenalan, dan kemudian kejenjang yang lebih serius, seperti lamaran atau bahkan menikah. Tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat lokal.