Monday, 05 March 2018 00:00

Kamomose, tradisi orang Buton untuk menemukan jodoh

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

 

 

Tuhan menciptakan makhluk hidup secara berpasangan. Di era modern seperti saat ini, sudah banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk menemukan jodohnya, contohnya menggunakan berbagai sosial media. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat dan tradisi. Salah satu tradisi yang terdapat di daerah di Indonesia adalah tradisi yang menyangkut perjodohan.

Tradisi mencari jodoh dari daerah Wakatobi, Sulawesi Tenggara dinamakan tradisi Kabuenga, tradisi kawin colong yang masih dilestarikan oleh suku Osing (Using) di Banyuwangi, tradisi omed-omedan dari Bali, terutama di daerah Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, dan masyarakat Lakudo, kabupaten Buton Tengah, provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tradisi pencarian jodoh yang bernama Kamomose.

Kamomose berasal dari kata “Komomo” yang berarti bunga yang sedang kuncup atau hampir mekar, dan kata “Poose ose” yang artinya berjejer secara teratur. Jadi secara harafiah, Kamomose adalah sebuah tradisi dimana para gadis yang menginjak usia remaja duduk berjajar untuk kemudian dikenalkan kepada pemuda desa. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah masyarakat setempat merayakan hari raya Lebaran.

diawal prosesi tradisi ini, para gadis desa dipingit selama 6 hari 6 malam oleh para orang tua atau tetua desa yang diberi kepercayaan untuk mengasuh mereka. Setelah itu, para gadis akan dirias seperti seorang pengantin dengan baju adat khas Buton. Kemudian, mereka keluar dari rumah dan berjajar dengan gadis lainnya dengan cara berhadap-hadapan sambil membawa wadah seperti baskom.

Prosesi ini merupakan pertemuan antara gadis dan pemuda desa. Jika pemuda tertarik dengan seorang gadis, ia akan melemparkan kacang ke dalam wadah yang dibawa oleh gadis tersebut. Selain kacang, pemuda juga dapat meletakkan uang atau benda berhaga lainnya.

prosesi berikutnya adalah anak gadis berunding dengan keluarganya untuk memilih dan meminta persetujuan dari keluarganya. Jika sudah sepakat, maka acara akan dilanjutkan dengan tahap perkenalan, dan kemudian kejenjang yang lebih serius, seperti lamaran atau bahkan menikah. Tradisi ini hingga sekarang masih dilakukan oleh masyarakat lokal.

Read 3198 times Last modified on Monday, 05 March 2018 13:53