Sunday, 04 March 2018 00:00

Upacara Adat Ngasa, Brebes, Jawa Tengah

Written by 
Rate this item
(2 votes)

 

 

Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Brebes terkenal dengan sebutannya sebagai kota bawang dan kota telor asin. Secara geografis desa Ciseureuh merupakan desa paling selatan dan salah satu dari tiga (3) desa di kecamatan Ketanggungan .   Walaupun kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah, tetapi bahasa yang dipakai masyarakat Desa Ciseureuh adalah bahasa Sunda, yaitu bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat di Jawa barat, tetapi dengan dialek Brebes.

Upacara adat Ngasa ini telah dilaksanakan oleh warga Jalawastu secara turun temurun sejak ratusan tahun silam. Upacara ini sebagai symbol tanda terimakasih kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang telah dikaruniakan. Di daerah pantai ada sedekah laut ada juga sedekah bumi dan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jalawastu adalah sedekah gunung. Upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon . Upacara adat Ngasa ini diadakan dalam kurun satu tahun sekali.

Pada hari Selasa Kliwon sejak jam 05.00 W.I.B puluhan ibu-ibu menggendong bakul dan tangan kanannya menjinjing rantang seng. Sampai di tempat yang menjadi pusat upacara adat Ngasa, beberapa lelaki menggelar tikar dan ibu-ibu menaruh makanan di atas tikar dan diatur sejajar. Ketua adat dan beberapa ketua lainnya berpakaian putih-putih dan menyusul   di belakang rombongan ibu-ibu pembawa makanan. Menurut ketua adat, masyarakat Jalawastu pantang makan nasi , lauk daging dan ikan . Makanan pokoknya adalah jagung yang ditumbuk halus serta umbi-umbian dan sebagai lauknya adalah lalapan dedaunan, pete, terong, sambal dan dedaunan terutama daun reundeu yang dipercaya hanya tumbuh di gunung Kumbang ini.

masyarakat Jalawastu juga tidak menggunakan piring , sendok dan rantang yang terbuat dari kaca . Piring, sendok dan rantang yang digunakan   terbuat dari seng, plastic atau dedaunan . Rumah mereka pun masih menggunakan dinding kayu dan atap seng, karena mereka pantang menggunakan semen. Rumah mereka juga tidak boleh menggunakan keramik. Selain itu mereka juga tidak boleh menanam kedelai serta memelihara kerbau, domba dan angsa; dan bila pantangan itu dilanggar, maka mereka percaya akan ada bencara yang menimpa. Yang paling unik, walaupun Brebes terkenal sebagai kota Bawang merah , tetapi mereka tidak boleh menanam tanaman khas tersebut , tanaman lain yang juga tidak boleh ditanam adalah kedelai.

Dalam upacara Ngasa juga ada beberapa kesenian lain yang menyertainya, seperti Perang centong yang merupakan peperangan yang menggambarkan keangkaramurkaan dan kebaikan, tari Nenandur yang menggambarkan aktivitas warga Jalawastu sebagai petani, tari Dendong yang menggambarkan para ibu yang sedang menumbuk padi di lesung serta tari rotan gila atau yang dikenal dalam bahasa sunda dengan sebutan tari Hoe Gelo, hoe berarti rotan dan gelo berarti gila. Tarian ini menunjukkan kegembiraan pemuda setelah panen serta mengasah kekuatan setelah makan hasil bumi. Tarian yang ditarikan oleh lima orang pemuda ini mengakhiri upacara adat Ngasa.

Upacara adat Ngasa ini merupakan bentuk puji syukur kepada Tuhan atas segala limpahan nikmat yang diberikan kepada masyarakat Jalawastu serta   memohon agar dilindungi dari segala marabahaya.

Read 5619 times Last modified on Monday, 05 March 2018 13:49