ofra voi

ofra voi

27
January

Pelangi Nada edisi kali ini akan menyajikan lagu-lagu dari grup musik Yovie & Nuno. Sebagai pembuka Pelangi Nada edisi kali ini, kami hadirkan lagu berjudul "Dia Milikku"

demikianlah lagu berjudul "Dia Milikku" oleh Yovie & Nuno. Lagu ini menceritakan tentang dua orang sahabat yang tengah memperebutkan pujaan hati yang sama. Lagu yang dinyanyikan oleh dua vokalis ini pun saling menyatakan bahwa sang pujaan hati lebih cocok untuk salah satu dari mereka. Meski demikian, keduanya sadar bahwa penentunya adalah sang pujaan hati sendiri.

Yovie & Nuno adalah sebuah grup musik yang digawangi oleh Yovie Widianto, seorang musisi dan pencipta lagu yang sebelumya dikenal sebagai personil grup Kahitna. Dalam Yovie & Nuno, Yovie memainkan peran yang sama seperti yang dilakukannya bersama Kahitna, yaitu menjadi penulis lagu dan keyboardist. Yovie & Nuno terbentuk pada tanggal 29 Mei 2001 di Bandung. Hingga kini, Yovie & Nuno sudah beberapa kali ganti personil.

berikut kami sajikan kembali lagu dari Yovie & Nuno yang kini berjudul "Tak Setampan Romeo"..

Anda baru saja mendengarkan lagu berjudul "Tak Setampan Romeo" dibawakan oleh Yovie & Nuno. Sedikit mengutip kisah Romeo & Juliette karya Shakespeare, lagu “Tak Setampan Romeo” bercerita tentang seorang pria yang sedang jatuh cinta. Namun, sang pria merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk mendapatkan cinta sang gadis. Sang pria menganggap dirinya tidak setampan Romeo untuk mendapatkan cinta sang gadis yang lebih indah dari Juliette.

Setelah beberapa kali berganti personil, anggota Yovie & Nuno adalah Yovie Widianto (Keyboard), Dikta (vokal), Arya (vokal), dan Diat (gitaris). Hingga kini, Yovie & Nuno sudah merilis lima buah album dan beberapa single. Berkat apresiasi dari pendengar setianya, Yovie & Nuno pun sudah beberapa kali menyabet penghargaan musik Indonesia bertajuk AMI Awards.

demikianlah Pelangi Nada edisi kali ini tentang penyanyi bernama Yovie & Nuno. Sebelum berpisah, berikut kami hadirkan dua lagu berjudul "Ironi" dan "Tanpa Cinta". Selamat mendengarkan dan sampai jumpa di Pelangi Nada edisi berikutnya.

26
January

Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu dari daerah Maluku Utara.

setiap daerah di Indonesia memiliki lagu daerah masing-masing. Ada lagu yang menonjolkan musik khas daerahnya, atau lagu-lagu yang menggunakan bahasa daerah.  Diantara lagu daerah tersebut ada yang sudah populer tak hanya di dearah asalnya, namun juga di Indonesia, seperti lagu Hela Rotane yang baru saja kita dengarkan. Selain sering dibawakan dalam acara-acara ditingkat nasional, Hela Rotane bahkan juga dibawakan dalam acara-acara internasional. Iramanya yang ceria membuat lagu ini enak didengarkan.

Hela Rotane bercerita tentang sebuah permainan tradisional yaitu hela rotan. Di Daerah lain permainan ini disebut tarik tambang. Hela berarti tarik dan rotan adalah tanaman rotan yang digunakan sebagai alat lomba adu kekuatan. Jika di daerah lain menggunakan tali, masyarakat Maluku menggunakan rotan. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh sosial masyarakatnya pada masa lalu.

seperti judulnya, lagu ini bercerita tentang kota Ternate, sebuah kota di provinsi Maluku Utara. Lagu ini diantaranya juga menceritakan tentang alam dan pemandangan yang indah di Ternate, seperti gunung Gamalama, dan kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan.

Pendengar, dalam kesehariannya masyarakat Maluku Utara menggunakan bahasa Melayu Maluku Utara atau bahasa Melayu Ternate, yang tentunya juga digunakan dalam lagu-lagunya.  Di wilayah kepulauan Sula, masyarakatnya menggunakan bahasa Melayu Sula yang mirip dengan bahasa Melayu Ambon, namun strukturnya tetap mengikuti bahasa Maluku Utara. Seperti masyarakat Maluku pada umumnya, masyarakat Maluku Utara pun gemar menyanyi.   

Untuk mengakhiri Pelangi Nada kali ini, mari kita dengarkan 2 buah lagu daerah Maluku Utara berjudul “Halmahera” yang dibawakan oleh Soraya Kamarullah, dan lagu “Banau” yang dibawakan oleh Dewi Usman.// Wati

26
January

Hari ini kami ajak anda berwisata ke provinsi Sulawesi Utara. Jadi tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia.Manado merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota ini terletak di Teluk Manado dan dikelilingi oleh pegunungan. Beberapa tahun terakhir, kegiatan pariwisata di kota ini tumbuh dengan pesat serta menjadi salah satu andalan perekonomian kota Manado. Berbicara mengenai pariwisata, Ekowisata merupakan atraksi terbesar Manado. Selain Taman Nasional bunaken, objek wisata menarik lainnya, antara lain Danau Tondano, Taman Hutan Raya Gunung Tumpa, Gunung Lokon, dan Pulah Lembeh.

Edisi pesona indonesia kali ini, akan memperkenalkan kepada anda keindahan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Tumpa Hein Victor Worang (HV. Worang) merupakan kawasan konservasi hutan lindung yang berada di Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken. Untuk sampai ke tempat wisata ini, Anda harus menempuh jarak sekitar satu jam dari pusat kota Manado ke arah Kecamatan Bunaken melewati jalan raya Bailang - Tongkeina dengan menggunakan transportasi darat. Jarak tempuhnya sekitar 12 kilometer. Tiba di lokasi, untuk masuk kedalam kawasan hutan, anda diwajibkan untuk melapor terlebih dahulu ke pos penjagaan, kemudian menuliskan nama di buku tamu sambil menyumbang ala kadarnya.

Hutan raya yang berada di perbukitan Tongkaina ini memiliki luas 215 hektar dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Kawasan hutan ini terdiri dari hutan lindung dengan wilayah yang berbukit dan wilayah yang datar serta landai. Didalamnya banyak tumbuh hamparan semak, pohon perdu, pohon kelapa, dan lain sebagainya. Hewan melata yaitu ular dan soa-soa, babi hutan, monyet, tarsius spectrum, dan berbagai jenis burung juga menjadi penghuni hutan raya ini. Berjalan di Hutan Raya ini, keindahan pemandangan hutan lindung yang masih alami dan kesegaran udaranya bisa anda nikmati. Selain itu, anda juga bisa menikmati matahari terbit, bulan purnama, matahari tenggelam, melihat dan mengamati flora dan fauna, hiking dan tracking, serta paragliding.

Di kawasan Hutan Raya Gunung Tumpa juga terdapat taman HV. Worang yang merupakan Gubernur Sulawesi Utara ke 5 periode 1967 hingga 1978 dan juga Wali Kota Manado ke 13 dengan masa jabatan 31 Januari 1975  hingga 23 Agustus 1975. Di dalam taman tersebut, terdapat patung HV Worang dan lukisan di dinding yang menggambarkan perjuangan HV Worrang. Melewati taman HV. Worang ada beberapa bangunan yang disiapkan pemerintah dengan pemandangan luas laut Sulawesi dengan pulau-pulau yang sangat indah. Taman Hutan Raya Gunung Tumpa sendiri sudah dilengkapi dengan kios makanan, toilet dan lahan parker.demikianlah edisi Pesona Indonesia kali ini, dengan topik Taman Hutan Raya Gunung Tumpa.// Dora

25
January

Sebuah lagu berjudul “Jatuh Cinta” yang dinyanyikan oleh Euis Darliah. Lagu yang hits di tahun 1970-an ini diciptakan oleh penyanyi legendaris Titiek Puspa. Lagu ini juga sempat dinyanyikan oleh penyanyi papan atas Eddy Silitonga. Lagu “Jatuh Cinta” merupakan salah satu lagu hits dari Titiek Puspa yang masih dinikmati oleh penikmat musik di Indonesia hingga saat ini. Lagu yang memiliki irama musik gembira ini menggambarkan perasaan seseorang ketika sedang dimabuk asmara. Pendengar, sebelum kembali membahas dan mengupas lagu-lagu dari Euis Darliah, hadir kembali sebuah lagu berjudul “Angin Malam”.

sebelum menjadi penyanyi solo, Euis Darliah memulai kariernya dengan bergabung dalam sebuah grup band bernama Antique Clique pada tahun 1975. Grup ini terdiri atas Euis Darliah (vokal), Renny Asmara (drum), Ninik Kastanya (alto sax), Evy Martha (bass), dan Reza Anggoman (gitar, organ). Mereka mengikuti Festival Band Wanita se-Indonesia di tahun 1975 dan berhasil memikat hati penikmat musik Indonesia meski tidak menjuarai festival tersebut. Sempat show ke banyak kota, grup band ini tidak bertahan lama dan bubar. Setelah itu, Euis memilih untuk bersolo karier dan berduet dengan penyanyi kenamaan Hetty Koes Endang. Dalam kolaborasi bersama Hetty Koes Endang, ia membawakan lagu berjudul “Siksa”. Lagu ini berhasil menjadi juara Festival Lagu Populer Indonesia tahun 1981. Setahun kemudian, Euis ditangani oleh Titiek Puspa dan menghasilkan album bertajuk “Apanya Dong”. Album ini meledak di pasaran sekaligus mengangkat karier Euis ke puncak tertinggi blantika musik Indonesia. Pendengar, saya hadirkan kembali dua buah lagu dari Euis Darliah berjudul “Kisah Sedih Di Hari Minggu” dan “Simphoni Rindu”.