ofra voi

ofra voi

21
January

Pelangi Nada edisi kali ini, meghadirkan penyanyi pria berkebangsaan Indonesia, Petra Sihombing.

demikian sebuah lagu berjudul “Mine” yang dinyanyikan oleh Petra Sihombing. Bakat Petra berasal dari keluarga yang dekat dengan musik. Petra tidak hanya piawai dalam bernyanyi tetapi juga memainkan alat musik, seperti gitar dan piano.

Lagu “Mine” yang telah anda dengar sebelumnya, merupakan salah satu lagu hits dari Petra. Lagu ini terdapat dalam album kedua Petra bertajuk “Pilih Saja Aku” yang dirilis pada tahun 2012. bercerita tentang seorang lelaki yang begitu memuja kekasihnya dan ia menginginkan kekasihnya agar terus berada di samping dirinya, selamanya. Lagu “Mine” merupakan lagu yang melambungkan namanya. Kesuksesan lagu ini, membuat lagu ini dirilis dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Inggris. Pendengar, sebelum membahas Petra lebih lanjut, saya hadirkan sebuah lagu berjudul “Nirmala”.

demikian satu lagu dari Petra Sihombing berjudul “Nirmala”. Lagu ini dirilis oleh Petra pada bulan Mei 2017 lalu. Lagu ini menggambarkan sosok dua insan yang selama ini tidak pernah saling melihat kesalahan dan kekurangan pada pasangannya. Petra mengatakan bahwa arti dari ‘Nirmala' sendiri adalah tanpa cacat dan tanpa cela. Jadi Nirmala adalah tentang menerima apa adanya. Pendengar, menutup perjumpaan Pelangi Nada kali ini, saya hadirkan dua buah lagu dari album kedua Petra berjudul “Istimewa”, dan “Inilah Cintaku”. 

21
January

UGM Kembangkan Kacang Tanah Varietas Baru

VOI WARNA WARNI Edisi kali ini mengetengahkan topik mengenai UGM Kembangkan Kacang Tanah Varietas Baru. Peningkatan ketahanan pangan nasional merupakan salah satu misi yang relevan dengan peneliti Biologi di Indonesia. Beragam penelitian terus dikembangkan para peneliti  untuk peningkatan kualitas pangan sekaligus kesejahteraan masyarakat. Salah satunya penelitian untuk pengembangan kacang tanah atau Arachis Hypogaea. Kacang tanah termasuk  jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, setelah kacang kedelai. Selain enak, kacang tanah memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya membantu mengurangi gula darah, mengurangi depresi, sebagai sumber energi dan mencegah berbagai kanker. Di Indonesia, kacang tanah cukup banyak dibudidayakan di sejumlah daerah seperti daerah Aceh, Bali, Jawa Timur, Jambi, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat dan sejumlah daerah lainnya.

berdasarkan hal tersebut, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, mengembangkan penelitian kacang tanah varietas baru. Varietas kacang baru ini memiliki keunggulan antara lain mempunyai jumlah biji lebih banyak, ukuran lebih besar dan produktivitas lebih tinggi dibandingkan kacang tanah pada umumnya. Penelitian ini telah dimulai sejak Juli 2017 di Green House Ngombol, Purworejo bekerja sama dengan salah satu petani setempat.

Budi S Daryono, Dekan Fakultas Biologi UGM sekaligus Ketua Peneliti kacang tanah mengatakan, varietas kacang tanah baru ini memiliki karakter yang berbeda dengan jenis kacang tanah yang ada selama ini. Kacang ini memiliki biji dengan jumlah minimal tiga dan maksimal lima. Budi menjelaskan, biji dan polong yang ada memiliki ukuran lebih besar dibandingkan kacang tanah pada umumnya. Selain itu produktivitas pertanaman juga tergolong tinggi, kurang lebih 25 polong pertanaman. Menurutnya, kacang ini dikembangkan melalui teknik polipodisasi atau penggandaan kromosom tumbuhan. Dengan demikian, tanaman yang dihasilkan memiliki ukuran karakter fenotip (karakteristik seperti struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) seperti akar, batang, daun, bunga dan biji yang umumnya lebih besar dari tanaman aslinya.

selain itu, Budi S Daryano menilai kacang yang dikembangkan di bawah Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi UGM ini memiliki ciri yang unik. Bagian kulit biji kacang varietas baru ini memiliki corak lurik atau bercak-bercak garis berwarna ungu kecoklatan. Karena  adanya karakter unik berupa lurik pada kulitnya, maka Dr. Budi Daryono mengatakan akan mengajukan nama ilmiah baru khususnya pada tingkat varietas menjadi kacang tanah Arachis hypogaeavar. Lurikensis. Dia mengatakan pihaknya terus berupaya mengeksplorasi lebih jauh informasi ilmiah mengenai jenis kacang tanah ini. Bukan tidak mungkin kedepan Fakultas Biologi UGM akan berkontribusi nyata dalam perumusan nama ilmiah baru tingkat varietas menjadi kacang tanah (Arachis hypogaea var. Lurikensis).

Hal itu diperkuat oleh Ahli Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM, Dr. Purnomo yang mengatakan bahwa pengajuan nama varietas bukanlah suatu hal yang mustahil asal dilengkapi dengan beragam data pendukung guna mendapatkan deskripsi yang komprehensif.  Menurutnya  sampai saat ini belum ada klasifikasi intraspesifik formal untuk kacang tanah jenis ini.

21
January

KOPI KERTUP DARI GAYO, ACEH

VOI PESONA INDONESIA Hari ini akan mengajak anda mengunjungi Aceh yang merupakan ibukota provinsi Aceh, untuk mencicipi kopi khas Aceh. Aceh selain terkenal dengan Serambi Mekkah, juga popular dengan warung-warung kopinya. Di Aceh terdapat dua jenis kopi yang dibudidayakan, yaitu kopi Arabika  dan kopi Robusta. Untuk kopi jenis Arabika umumnya dibudidayakan  di wilayah dataran tinggi “Tanah Gayo, Aceh Tenggara dan Gayo Lues”, sedangkan di Kabupaten  Pidie terutama wilayah Tanse dan Geumpang  serta Aceh Barat lebih dominan  dikembangkan kopi jenis Robusta.

kopi Gayo memang terkenal dengan rasa pahit gurihnya dan aromanya yang tajam. Di dataran tinggi Gayo Aceh  ada cara minum kopi yang diwariskan   secara  turun temurun disebut Kopi Kartup.  Pada dasarnya, kopi kartup adalah minum kopi tubruk yang disajikan bersama dengan potongan gula aren. Gula aren atau gula merah ini menambah kaya rasa kopi di lidah.

kertup berasal dari bahasa Aceh yang berarti digigit. Cara menikmati kopi kertup ini yaitu dengan cara meminum kopi terlebih dulu kemudian memasukkan potongan gula aren ke dalam mulut. Kunyah pelan-pelan gula aren agar tercampur antara rasa kopi dengan gula aren. Rasakan sensasi campuran kopi cair dan lelehan gula aren, dan resapi rasa dari kafein yang bertemu  dengan gula aren di langit-langit mulut, rasanya unik sekali. Rasa manis yang dihasilkan oleh gula aren berbeda dengan rasa manis  dari gula pasir.saat ini kopi kertup dari Gayo  sedikit susah ditemukan. Hanya  pengelola dari keturunan Gayo lah yang melestarikan tradisi minum kopi ini. Bagi anda yang ingin mencoba minum kopi ala kopi kertup bisa melakukannya sendiri asalkan mengikuti cara-caranya.

Pilihlah kopi bubuk yang berasal dari Gayo yang sekarang sudah banyak dijual dan dikemas secara apik.   Mengapa kopi Gayo? Ini tak lain agar mendapatkan rasa yang tidak jauh berbeda Karena Kopi Kertup berasal dari Gayo, Aceh. Sebelumnya anda harus masak air hingga mendidih, kemudian  tuang air kurang lebih 100-120 cc untuk 1-2 sendok makan kopi. Jangan tuangkan air panas sekaligus, tapi bagi untuk dua kali tuang.  Pertama tuang sebanyak seperempat nya, biarkan  bubuk kopi larut terkena air, lalu aduk tanpa menggunakan sendok, caranya dengan memutar gelas. Setelah tercampur, tuang sisa air ke dalam gelas Diamkan beberapa saat agar aroma keluar.  Bubuk kopi yang kasar akan berada di atas permukaan Turunkan atau pinggirkan dengan menggunakan sendok. Tunggu beberapa saat, kopi sudah bisa dinikmati. Jangan lupa untuk menyiapkan gula arennya. Sensasi  unik segera anda rasakan.

menikmati kopi kertup  adalah cara lain  menikmati kopi tubruk. Hadirnya  gula merah atau gula aren di jamin menambah   kaya rasa kopi di lidah.

demikianlah edisi Pesona Indonesia kali ini, dengan topic  Kopi Kertup dari Gayo, Aceh. Kita akan berjumpa kembali esok dengan topik-topik menarik lainnya. 

 

22
January

Warna Warni edisi kali ini kami akan mengajak Anda untuk mengetahui cerita rumah informasi budaya kencana lepus di Lampung. Desa Sukadana, merupakan ibukota pemerintahan Kabupaten Lampung Timur. Kota kecil ini merupakan pemekaran wilayah administratif baru dari Lampung Tengah yang terus bergeliat melakukan pembangunan. Kota Sukadana berlokasi sekira 30 km sebelah Timur Kota Metro dan 80 Km dari Kota Bandar Lampung. Kota ini terkenal akan rumah informasi budaya kencana lepus.  

Rumah tradisional berukuran 24 x 20 meter ini dibangun pertengahan abad ke-17 (1650 M) pada masa kepemimpinan Minak Rio Kudu Islam. Saat awal dibangun, rumah ini terbuat dari kayu nangi tidak berpaku dengan beratapkan genteng yang didatangkan langsung dari Palembang. Pada masanya dipastikan inilah salah satu rumah tradisional paling mewah dan terbesar. Rumah Adat Lampung di Sukadana ini lokasinya ada di Jalan Diponegoro 56, Dusun Sukadana, Kelurahan Sukadana, Kecamatan Sukadana. Letaknya persis berada di depan Kantor Kelurahan Sukadana.

Kini rumah tersebut sudah mendapatkan beberapa perbaikan di berbagai sisi namun nuansa dan keasliannya tetap dipertahankan. Hj. Uzunuhir kini menjadi pewaris dan pemilik rumah tradisional tersebut. Ia merupakan istri dari Suttan Kencana (alm) dimana dengan arahannya rumah tradisional ini bertransformasi menjadi Rumah Informasi Budaya Lampung untuk kemudian dinamai Rumah Informasi Budaya Lampung Kencana Lepus.

Rumah Informasi Budaya Lampung “Kencana Lepus” merupakan suatu rumah yang menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda, replika dan informasi budaya masyarakat adat Lampung, termasuk nilai-nilai adat istiadat dan sejarah  sebagai sumber pengetahuan, pelestarian kebudayaan dan pengembangan pusat-pusat pariwisata. Koleksi benda karya budaya yang ditata rapi serta dipamerkan di Rumah Informasi ini. Selain itu, Rumah Informasi ini juga menyimpan dokumen tertulis mengenai sejarah kampung, serajarah rumah, dan silsilah keluarga.

Dokumen ini sangatlah penting karena ikut melengkapi informasi latar belakang benda, sejarah, identitas, dan hubungan-hubungan kekeluargaan antar masyarakat adat Lampung. Secara khusus tempat ini menjadi representasi pelestarian budaya adat Lampung Pepadun karena beragamnya koleksi benda bersejarah yang dimiliki maupun fungsi dan informasi kegunaannya. Baiklah pendengar, demikian informasi mengenai rumah informasi budaya kencana lepus, Lampung. Terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada Warna Warni edisi berikutnya.// Wati