Penyanyi bernama lengkap Rien Indrianti Djamain mencapai era keemasannya pada tahun 1970-an. Ia terkenal sebagai penyanyi jazz wanita Indonesia. Meski telah menjadi penyanyi professional, ia tidak pernah mengikuti kursus bernyanyi. Ia hanya bernyanyi secara otodidak dan mencoba belajar dari saudarinya Ida Djamain yang popular sebagai Djamain Sisters. Mengawali kariernya dengan bernyanyi jazz saat mengikuti acara di TVRI pada tahun 1970-an. Setelah itu, tahun 1976 ia merampungkan rekaman album pertamanya bersama Jack Lesmana, seorang tokoh musik jazz di Indonesia, dengan judul “Api Asmara”. Lagu andalan dalam album ini berjudul sama yaitu “Api Asmara”. Lagu yang diciptakan oleh Yahya ini cukup sukses di pasaran kala itu. Lagu ini bercerita tentang seorang wanita yang baru merajut hubungan asmara dan menginginkan sang kekasih untuk membantunya menghapus semua kenangan buruk saat ia bersama mantan kekasihnya.
Kesuksesan album Rien Djamain “Api Asmara”, tak lepas dari musik jazz yang dikemas dengan apik hingga terdengar bersahabat di telinga orang awam dengan tidak kehilangan ciri khas dan nuansa dari musik jazz itu sendiri. Meski “Api Asmara” terbilang cukses, hal itu tak lantas membuat Rien Djamain berpuas diri. Terbukti, pada tahun 1978, ia kembali merekam album kedua bertajuk “Air Mata” disusul dengan album ketiga bertajuk “Tuan dan Kami” di tahun 1979. Pada album ketiganya, ia memasukkan unsur bossanova bersama musisi lainnya seperti Jopie Item Combo dan Abadi Soesman Big Band. Pendengar, saya hadirkan kembali dua buah lagu dari Rien Djamain berjudul “Senja Di Batas Kota” dan “Tiada Seindah hari Ini”.
Setelah 17 Januari 2018 kemarin, Indonesia meraih penghargaan di bidang inovasi wisata internasional dari United Nation World Tourism Organization ( UNWTO/Organisasi Pariwisata Dunia PBB), kini kabar membanggakan datang kembali dari dunia pariwisata Indonesia, dimana Indonesia meraih tiga dari enam pengarhagaan di ASEANTA Awards 2018, di Chiang Mai, Thailand, 26 Januari kemarin. ASEANTA merupakan penghargaan di bidang pariwisata untuk kawasan Asia Tenggara. Ketiga penghargaan yang diraih ini membuktikan dominasi pariwisata Indonesia di tingkat Asia Tenggara.Penyerahan penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya saat penutupaan ASEAN Tourism Forum (ATF) 2018 di Chiang Mai, Thailand.
Kategori penghargaan yang diraih oleh Indonesia dalam ASEANTA di antaranya adalah Best ASEAN New Tourism Attraction (atraksi pariwisata terbaik yang paling baru di Asia Tenggara) diraih oleh Lintang Buana Tourism Services untuk aktivitas berselancar di Gumuk Pasir, Bantul, Yogyakarta. Best ASEAN Tourism Photo (foto pariwisata terbaik Asia Tenggara) diraih oleh Agung Parameswara untuk foto Upacara Melasti, dan Best ASEAN Airlines Program (program maskapai terbaik di Asia Tenggara) yang diraih oleh Garuda Indonesia dari program Ayo Liburan. Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, penghargaan ini memiliki 3 makna, yang sering disebut sebagai 3C. Yakni menaikkan confidence sebagai bangsa, mengangkat credibility sebagai negara, dan berfungsi sebagai calibration untuk memotret seberapa hebat Wonderful Indonesia.
Selain 3 penghargaan tersebut, Indonesia juga mendapat 15 penghargaan lain di ASEAN Tourism Awards. Di kategori ASEAN Green Hotel Standard Award, ada Hyatt Regency Yogyakarta, Prime Plaza Hotel, The Dharmawangsa Jakarta, Melia Purosani Yogyakarta dan Turi Beach Resort Batam yang naik ke podium mewakili Indonesia. Kategori ASEAN MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) Venue Standard Award, Indonesia diwakili Bali Nusa Dua Hotel, Raffles Jakarta, Four Season Hotel Jakarta, The Trans Resort Bali dan Ayana Midplaza Jakarta. Sementara kategori ASEAN Clean Tourist City Standard Award, Indonesia diwakili, Bandung, Surabaya dan Banyuwangi. Dua gelar lainnya diraih oleh Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta dan The Nusa Dua, Bali untuk kategori ASEAN Sustainable Tourism Award. Dora
Hari ini kami ajak anda berwisata kuliner ke Sumatera Barat.Maninjau adalah salah satu danau di Sumatera Barat yang terbentuk dari letusan Gunung Sitinjau. Kedalamannya yang mencapai 495 meter dengan ketinggian 461,5 meter dengan luas hampir 99,5 km persegi mengukuhkan namanya sebagai danau terbesar ke-2 di Sumatera Barat. Sedang Lokasinya berada di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, sekitar 40 kilometer sebelah utara kota Padang, ibukota Sumatera Barat. Danau ini memiliki pemandangan yang indah, tak heran jika Danau Maninjau menjadi salah satu objek wisata favorit wisatawan ketika berkunjung ke Sumatera Barat. Berkunjung ke Danau Maninjau, berbagai macam aktivitas liburan dapat anda nikmati, seperti memancing, melihat area perternakan ikan air tawar dan menikmati indahnya Danau Maninjau dengan menggunakan perahu. Selain itu anda juga dapat berkeliling danau dengan sepeda, menikmati keindahan danau dari puncak tertinggi yang dinamakan puncak lawang. Di sana anda juga bisa menikmati beragam kuliner khas masyarakat sekitar.
berwisata ke Danau Maninjau, jangan lupa mencicipi kuliner khasnya. Salah satunya Palai Rinuak. Dalam bahasa setempat, Palai berarti pepes. Pepes adalah cara mengolah makanan (biasanya untuk ikan) beserta bumbunya yang dibungkus dengan daun pisang. Sedang Rinuak sendiri adalah ikan endemik khas Danau Maninjau. Ikannya berwarna kekuningan berukuran sebesar batang korek api dengan panjang sekitar 2 centimeter. Rinuak dapat diolah menjadi berbagai macam jenis masakan seperti di Rinuak Goreng, rinuak Gulai, keripik, namun yang paling terkenal diolah menjadi Palai Rinuak atau pepes rinuak.
untuk membuat Palai Rinuak, ikan Rinuak dicampur dengan parutan kelapa berbumbu, seperti kunyit, cabai dan bawang merah, kemudian dibungkus daun pisang, lalu dibakar. Setelah matang, aroma palai rinuak langsung tercium dari balik daun pisang. Rasanya begitu lezat dan gurih. Palai Rinuak begitu nikmat disantap bersama nasi putih yang panas. Kuliner ini bisa dengan mudah anda temui di warung-warung makan sepanjang Danau Maninjau. Harganya relatif murah, sekitar Rp.3.000 hingga Rp.5.000 per bungkus.
Selain lezat, Palai Rinuak ternyata kaya manfaat. Ikan Rinuak merupakan salah satu jenis dari keluarga ikan anchovy. Ikan anchovy adalah salah satu makanan yang baik bagi para penderita diabetes, karena ikan ini merupakan sumber protein dengan tingkat lemak jenuh yang rendah dan tidak mengandung karbohidrat. Karena rendah lemak jenuh dan tidak mengandung karbohidrat, maka ikan anchovy tidak akan memengaruhi kadar gula darah penderita diabetes. Kandungan kalsiumnya yang tinggi membuat ikan jenis ini sangat baik untuk mencegah pengeroposan tulang atau osteoporosis. Dora
Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan pasar sangat lah penting. Hal ini karena, jika terdapat kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan sendiri, maka kebutuhan tersebut dapat diperoleh di pasar. Para konsumen atau pembeli datang ke pasar untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhannya dengan membawa sejumlah uang guna membayar harga barang yang dibelinya. Selain uang, umumnya para pedagang di pasar juga menggunakan kantong plastik untuk membungkus barang dagangan yang dijajakan atau yang telah dibeli konsumen. Hal-hal tersebut tidak ditemukan di pasar Papringan, Temanggung, Jawa Tengah.
Pasar yang berada di bawah rerimbunan bambu ini, terletak Dusun Ngadiprono Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memiliki luas sekitar 1.500 meter persegi. Sesuai namanya, “papringan” (bahasa Jawa) artinya kebun bambu. Pasar yang hanya buka pada Minggu Pond an Minggu Wage menurut penanggalan Jawa atau setiap 35 hari sekali, menjual makanan dan minuman tradisional yang kini sudah banyak dilupakan orang. Seperti gablok pecel, ndas borok, aneka keripik, grontol jagung. Semua makanan yang dijajakan di pasar ini tidak menggunakan MSG (Monosodium Glutamat) atau yang dikenal dengan sebutan Vetsin serta bahan-bahan kimia lainnya.
Tempat pedagang menjajakan makanannya ditata sedemikian rupa di antara pokok-pokok bambu satu dengan lainnya. Pasar Papringan juga menyuguhkan aneka permainan tradisional. Alat pembayarannya merupakan potongan bambu yang disebut koin pring. Bentuknya mirip koin, namun terbuat dari kayu dan bambu berbentuk bulat atau kotak.
Nilai yang tertera pada koin pring itu ada empat, yaitu "1", "5", "10", dan "50". Nilai "1" itu sama dengan Rp 1.000, nilai "5" sama dengan Rp 5.000, nilai "10" sama dengan Rp 10.000, dan nilai "50" sama dengan Rp 50.000. Sebelum bertransaksi, pengunjung harus menukar terlebih dulu uang dengan koin pring ini.
Menurut Fransisca Callista, Manajer Proyek Pasar Papringan yang juga salah seorang Pengurus Komunitas Spedagi (Sepeda Pagi), tujuan utama penyelenggaraan Pasar Papringan bukanlah bermotif ekonomi melainkan untuk konservasi tanaman bambu. Karena, melakukan konservasi pohon bambu dinilai penting. Sebab pohon bambu merupakan penghasil oksigen tertinggi, memberikan kesejukan bagi orang yang di dekatnya. Memiliki nilai visual yang indah. Siklus panennya lebih cepat dibandingkan pohon kayu, serta merupakan material bangunan masa depan sebagai pengganti fungsi kayu atau besi.
Jika kegiatan pasar papringan berdampak keuntungan ekonomi warga, diharapkan dapat memberikan motivasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan pohon bambu.