Suprapto

Suprapto

19
May

Budaya Bali memang selalu unik. Salah satunya yang selalu menarik perhatian wisatawan adalah tradisi Megibung Karangasem. Budaya ini menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Karangasem,bahkan menjadi salah satu wisata budaya yang popular di BaliTradisi Megibung Karangasem ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan berkumpul dan duduk bersama saling berbagi makanan. Atau bisa dikatakan sebagai tradisi makan bersama dalam satu wadah yang selalu dilakukan oleh masyarakat Karangasem Bali.

biasanya setelah upacara adat selesai, masyarakat secara berkelompok duduk bersila bersama dan membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran sudah terhadang nasi dan lauk pauknya yang diletakkan dalam nampan atau wadah lain yang dialasi dengan daun pisang. Mereka lalu makan sesuap demi sesuap nasi dengan tertib, sambil diselingi ngobrol-ngobrol ringanPada tradisi Megibung ini tidak ada perbedaan status sosial maupun kasta, semua membaur dan makan bersama. Sekarang megibung sering dijumpai saat prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan, upacara potong gigi , pernikahan hingga upacara ngaben

ketika Megibung digelar, semua orang ikut berpartisipasi, mulai dari anak-anak hingga dewasa untuk memasak aneka masakan tradisional. Masakan yang diolah terdiri dari berbagai jenis daging, ikan serta bermacam sayuran. Semua diolah menjadi masakan tradisional. Selain itu , ada juga lauk khusus yang biasa disajikan yakni sate. Sate khusus untuk megibung ini terdiri dari sembilan jenis sebagai perlambang sembilan arah mata angin.

Selain menyiapkan lauk dan sayurannya, juga dipersiapkan nasi putih untuk dimakan bersama. Setelah masakan matang warga meletakkan makanan di atas nampan yang sudah dialasi daun pisang. Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayurannya disebut karangan atau selaan

sebelum memulai makan, ada etika yang perlu diperhatikan seperti mencuci tangan terlebih dahulu, tidak boleh mengambil makanan yang ada disebelahnya, dan apabila sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya .

tradisi megibungyang    bertujuan mengikat kebersamaan warga ini masih secara turun temurun dilakukan. Selain menjadi pendidikan moral agar setiap bagian masyarakat selalu menjaga kebersamaan dan keakraban dalam lingkungan, tradisi ini juga sudah menjadi kebanggaan masyarakat Karangasem

16
May

Memasuki bulan Ramadhan, beragam kuliner menu berbuka puasa yang biasanya tak ada di hari biasa mulai bermunculan. Berbagai menu puasa ini ramai dijajakan para pedagang pada sore hari, menjelang waktu berbuka. Di Banyuwangi, tepatnya di Gesibu, ratusan pedagang menjajakan menu berbuka. Gesibu merupakan pusat perbelanjaan makanan takjil selama bulan Ramadan di Banyuwangi. Dari berbagai kuliner buka puasa, Kopyor Roti menjadi salah satu jajanan takjil yang banyak diburu warga Banyuwangi. Kuliner ini merupakan sajian khas menu berbuka masyarakat Bayuwangi.

Kopyor Roti terbuat dari bahan-bahan alami yakni roti, bihun, nangka, dan santan. Bungkusnya bukan plastik, melainkan menggunakan daun pisang. Proses pembuatannya pun dilakukan dengan cara sederhana yakni daun pisang yang dijadikan pembungkus diisi roti tawar, bihun, nangka dan santan yang dipanaskan lalu dikukus selama 15 menit. Ketika disantap, rasa kopyornya begitu nikmat. Manis dan gurih santannya terasa sangat pas. Para pedagang biasanya mencampur kopyornya dengan nangka, sehingga aromanya wangi dan rasa manisnya terasa legit.

karena terbuat dari bahan alami, seperti nangka, santan dan dibungkus daun pisang, kuliner ini tergolong menyehatkan. Rasanya yang manis dan tekstur kuenya yang lembut membuat makanan ini cocok sebagai santapan menu berbuka. Harganya pun cukup murah, sekitar Rp.2.000 hingga Rp.5.000 per bungkus. Karena merupakan menu berbuka puasa pavorit masyarakat Banyuwangi, tidak sulit menemukan kuliner ini. Di berbagai pasar atau Festival Ramadhan, pasti banyak pedagang menjajakan Kopyor Roti.

14
May

untuk meningkatkan keimanan umat melalui khatam Al Quran, juga untuk meningkatkan perekonomian umat berbasis masjid serta wisata religi, ISYEF (Indonesia Islamic Youth Economic Forum) bersama DMI (Dewan Masjid Indonesia)   menyelenggarakan Khatam Fest di bulan Ramadan ini.  Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sekaligus sebagai Wakil Ketua Umum DMI, Haji Syafruddin, melalui kegiatan itu diharapkan pemuda dan remaja masjid dapat meningkatkan kemampuan ilmu agama sekaligus mengembangkan jiwa wirausaha berbasis masjid.

Khatam Fest digelar di Lima Pulau di Indonesia yaitu Sumatera di Kota Aceh dan medan, Jawa di Kota Surabaya dan Bandung, Kalimantan di Kota Banjarmasin, Sulawesi di Kota Makassar, dan di Pulau Ambon. Khatam Fest akan digelar mulai tanggal 11 Mei hingga 25 Mei mendatang dan Bandung menjadi kota pertama. Selama festival ini berlangsung, ISYEF juga akan mengadakan beberapa pelatihan pemberdayaan ekonomi bagi marbot dan pemuda masjid. Penyelenggaraan Khatam Fest juga melibatkan melibatkan ustaz-ustaz DMI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

 

Indonesia Islamic Youth Economic Forum (ISYEF) adalah organisasi kepemudaan binaan Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang akan bertindak sebagai pelaksana dari kegiatan yang diagendakan pada 11 Mei hingga 25 Mei 2019 ini. Sedang Dewan Masjid Indonesia (DMI) adalah organisasi tingkat nasional dengan tujuan untuk mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan masyarakat dan persatuan umat. Pada tahun ini, ISYEF menargetkan setidaknya seribu orang akan hadir dan mengikuti kegiatan Khatam Fest.

 

14
May

Sikka merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Kabupaten Sikka terkenal sangat kuat adat dan budayanya. Salah satu tradisi masyarakat Sikka yang terus dilestarikan hingga kini adalah Huler Wair. Huler Wair merupakan tradisi menerima tamu yang datang berkunjung ke Sikka.Ritual Huler Wair ini dilakukan dalam acara apa pun di Kabupaten Sikka. Selain digelar untuk menyambut tamu, ritual ini juga digelar agar tamu yang datang terbebas dari bahaya selama berada di Sikka. Penyambutan ini biasanya berlangsung pada pagi hari.

Tamu yang datang ke Sikka, akan diterima dengan tarian penyambutan “Soka Papak”. Tarian ini sejak zaman kerajaan dulu digunakan untuk menyambut raja atau ratu yang datang mengunjungi daerah-daerah di wilayah Sikka. Upacara penyambutan tamu dilanjutkan ritual adat Huler Wair. Ritual ini menggunakan media Daun dan Air Kelapa. Saat tradisi akan dimulai, seorang Tetua adat yang berpakaian adat lengkap membacakan syair-syair dalam bahasa Sikka yang disebut Kleteng Latar. Setelah syair dibacakan kemudian dengan menggunakan 2 helai daun Huler yang masih muda dan air kelapa yang dipegang oleh satu orang perempuan,tetua adat akan menyirami tamu yang hadir..

Daun Huler merupakan nama satu jenis pohon yang ada di Sikka yang  pada musim panas atau hujan, daun pohon tersebut selalu tumbuh subur. Sedangkan air kelapa dianggap sebagai lambang kemurnian dan kesejukan karena air kelapa merupakan air yang steril tidak terkontaminasi oleh apa pun. Menurut Tetua adat setempat, Air kelapa itu betul-betul suci , berada di ketinggian dan belum dijamah oleh siapapun. Untuk mendapatkan air kelapa perlu perjuangan, buah kelapa dikupas kulit dan saputnya, kemudian membuka tempurungnya dengan menggunakan golok untuk mendapatkan airnya yang rasanya manis alami.