18
January

 

VOInews.id- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu memperingatkan masyarakat dunia untuk bersiap menghadapi Penyakit X atau penyakit tak dikenal. WHO juga menyatakan harapan bahwa negara-negara akan mencapai kesepakatan terkait pandemi pada Mei tahun ini untuk mengatasi “musuh bersama” itu. “Perjanjian pandemi dapat menyatukan seluruh pengalaman, tantangan yang sudah kita hadapi dan semua solusi menjadi satu,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. WHO memperkenalkan istilah Penyakit X pada 2018 untuk menggambarkan penyakit yang tidak diketahui. Tedros mengatakan ada kemungkinan hal-hal yang belum diketahui bisa terjadi di masa depan, dan hal itu "hanya soal waktu, bukan jika." “Kita tidak boleh menghadapi sesuatu yang seperti itu tanpa persiapan, kita juga harus bersiap menghadapi sesuatu yang tidak diketahui,” kata dia dalam diskusi panel bertajuk “Bersiap untuk Penyakit X.” Dia menekankan bahwa penelitian dan pengembangan, infrastruktur kesehatan, dan tenaga kerja sangat penting untuk bersiap menghadapi Penyakit X. Tedros juga menekankan pentingnya kesehatan primer, seperti yang telah ditunjukkan oleh pandemi COVID-19. “Bahkan masyarakat dapat bersiap-siap menghadapi Penyakit X,” kata dia, seraya menambahkan bahwa kesehatan masyarakat, pendidikan, dan komunikasi harus menjadi prioritas utama. Tedros kembali menekankan pentingnya perjanjian pandemi dan menegaskan bahwa kesepakatan itu dapat membantu dunia mempersiapkan masa depan dengan lebih baik.

 

“Karena ini adalah musuh bersama, dan tanpa respons bersama, yang dimulai dari kesiapsiagaan … kita akan menghadapi masalah yang sama seperti COVID-19,” katanya, menambahkan. Tedros berharap negara-negara akan mencapai kesepakatan perjanjian pandemi pada Mei 2024 sesuai batas waktu yang ditetapkan. Dia mengatakan bahwa jika generasi yang memiliki pengalaman langsung dengan pandemi COVID-19 tidak dapat mencapai kesepakatan perjanjian pandemi, maka dia tidak yakin apakah generasi berikutnya akan dapat melakukannya. “Demi anak cucu kita, … kita harus mempersiapkan dunia untuk masa depan,” kata Tedros.

 

Sumber: Anadolu

18
January

 

VOInews.id- Pemerintah Rusia pada Rabu mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan hubungan dengan Korea Utara di semua bidang, termasuk “bidang-bidang sensitif”. “Kami telah berulang kali mengatakan ... bahwa DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) adalah mitra kami yang sangat penting, (dan) kami bermaksud meningkatkan hubungan dalam semua bidang, termasuk yang sensitif,” kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin (pemerintah Rusia) dalam konferensi pers. Pernyataan itu muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui, yang sedang berkunjung ke Rusia, mengadakan pembicaraan dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Presiden Vladimir Putin di Moskow. Mengomentari pertemuan Putin dengan Choe, Peskov mengatakan bahwa topik utama dalam pertemuan tersebut adalah pengembangan hubungan bilateral antara Rusia dan Korut.

 

Selain membahas pengembangan hubungan bilateral, Putin dan Choe juga membahas situasi di Semenanjung Korea dan isu-isu global lainnya yang paling mendesak, ujar Peskov. Sedangkan dalam pertemuannya dengan Lavrov, Choe menyampaikan bahwa hubungan bilateral kedua negara semakin kuat, yang dibuktikan dengan seringnya pembicaraan dilakukan oleh kedua negara. Moskow telah meningkatkan hubungan dengan Pyongyang sejak perang Rusia-Ukraina meletus hampir dua tahun lalu. Korut juga disebut-sebut telah memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina sebagai balasan atas bantuan teknis Moskow dalam pengembangan senjata Pyongyang.

 

Sumber: Anadolu

18
January

 

VOInews.id- Media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan tentara untuk memeriksa setiap truk pembawa obat-obatan sebelum memasuki Jalur Gaza. "Netanyahu memerintahkan tentara Israel memeriksa truk pembawa obat-obatan yang akan memasuki Jalur Gaza, termasuk obat-obatan untuk tahanan Israel dan Palestina," demikian menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth. Perintah Netanyahu tersebut disampaikan setelah mendapat kritikan atas persetujuannya pada Rabu untuk mengizinkan truk pembawa obat-obatan memasuki kawasan tersebut tanpa pemeriksaan pihak Israel.

 

Radio milik Angkatan Darat Israel mengutip koordinator operasional di wilayah Palestina, Ghassan Alian yang mengatakan bahwa sebanyak lima truk yang bermuatan obat-obatan akan menjalani pemeriksaan keamanan di perbatasan Kerem Shalom, sebelum memasuki Gaza. Di Israel muncul kontroversi menyusul pernyataan Moussa Abu Marzouk anggota biro politik kelompok perlawanan Hamas melalui platform X bahwa di antara persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengirimkan obat-obatan kepada sandera Israel adalah larangan pemeriksaan pengiriman oleh tentara Israel. Abu Marzouk menyatakan bahwa pihak Palang Merah menyampaikan permintaan untuk menyediakan obat-obatan bagi tahanan perang Hamas, termasuk 140 jenis yang ada di dalamnya.

 

Menurut Abu Marzouk, Hamas telah menegaskan beberapa persyarakat untuk mencapai kesepakatan, termasuk mengirim lebih banyak bantuan dan makakan ke Jalur Gaza dan melarang pemeriksaan pengiriman obat-obatan oleh tentara Israel. "Prancis meminta pengiriman obat-obatan, tapi kami tolak karena kami tidak percaya kepada Pemerintah Prancis dan dukungannya terhadap pendudukan Israel. Kami meminta penyediaan obat-obatan kepada saudara kami di Qatar dan mereka setuju," kata Abu Marzouk. Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel yang beraliran ekstrim sayap kanan, kemudian mendesak Netanyahu agar tidak berusaha untuk menghindari tanggung jawab.

 

Majed Al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, pada Selasa mengumumkan keberhasilan mediasi Qatar bekerja sama dengan Prancis. Kesepakatan yang dicapai antara Israel dan Hamas mencakup masuknya obat-obatan dan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Jalur Gaza, khususnya di daerah yang paling terkena dampak, dengan imbalan memberikan obat-obatan yang diperlukan kepada sandera Israel di Jalur Gaza.

 

Israel menuduh Hamas telah menahan hampir 136 warga Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Sementara itu Hamas menuntut agar diadakan jeda kemanusiaan di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel, dengan imbalan pembebasan warga Israel yang disandera. Sejak 7 Oktober 2023, Israel secara membabi buta menyerang Gaza yang sampai Rabu (17/1) telah mengakibatkan 24.448 orang tewas dan 61.504 cedera. Menurut data resmi dari otoritas Palestina dan PBB, konflik tersebut juga telah mengakibatkan lebih dari 85 persen warga atau sekitar 1,9 juta orang dari populasi di Jalur Gaza menjadi pengungsi.

 

Antara

17
January

 

VOInews.id- Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui pada Selasa, kata Kremlin. Pertemuan tersebut dilakukan saat kedua negara semakin memperkuat hubungan militer mereka dan kunjungan tiga hari Choe ke Rusia dilakukan atas undangan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Choe dan Lavrov akan bertemu terlebih dahulu pada Selasa sebelum bertemu Putin untuk melaporkan hasil pembicaraan bilateral mereka, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Dalam pertemuan dengan Putin, kedua menteri luar negeri tersebut juga akan melaporkan kemajuan perjanjian yang telah disepakati dalam pertemuan puncak antara Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada September tahun lalu, kata Peskov. Dalam pembicaraan dengan Choe, Lavrov mengatakan kedua belah pihak akan membahas situasi terkini di Semenanjung Korea dan isu-isu lain yang tertunda, termasuk langkah-langkah untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara.

 

Saat mengkritik kebijakan Amerika Serikat dan sekutunya yang tidak membantu menyelesaikan masalah, Lavrov mengatakan Rusia akan terus mendesak AS dan sekutu untuk menghentikan segala tindakan yang meningkatkan ketegangan di kawasan. Lavrov juga mengapresiasi dukungan Pyongyang terhadap apa yang dia sebut sebagai “operasi militer khusus” Rusia di Ukraina. Choe mengatakan Korea Utara akan melakukan segala upaya untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian yang dibuat pada pertemuan puncak Kim-Putin. Kunjungan Menlu Korut itu terjadi saat ada spekulasi bahwa Korea Utara telah memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina, sebagai balasan atas bantuan teknis Moskow dalam pengembangan senjata Pyongyang.

 

Sumber: Yonhap-OANA

 

 

Page 37 of 1158