16
January

 

VOInews.id- Presiden Amerika Serikat Joe Biden kehilangan kesabaran dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait konflik di Gaza, demikian menurut sebuah laporan pada Minggu. Mengutip pejabat AS yang mengetahui hal itu, situs berita Axios melaporkan bahwa Biden dan pejabat senior Amerika lainnya merasa kecewa dengan Netanyahu dan penolakannya untuk mematuhi permintaan Pemerintah AS mengenai konflik di Gaza "Situasinya buruk dan kami terjebak. Kesabaran Presiden mulai habis," sebut Axios mengutip seorang pejabat AS. Laporan itu juga menyebutkan bahwa Biden tidak terlibat dalam percakapan dengan perdana menteri Israel itu selama 20 hari terakhir. Panggilan telepon terakhir antara kedua pria itu, yang berlangsung pada 23 Desember, dapat digambarkan "menegangkan". "Ada rasa frustrasi yang luar biasa," sebut pejabat lain AS kepada Axios.

 

Di antara permintaan AS kepada Netanyahu adalah pencairan pendapatan pajak Palestina yang ditahan oleh Israel, keengganan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, penolakan Netanyahu terhadap rencana AS agar Otoritas Palestina yang direformasi berperan di Gaza pasca-Hamas, dan pengurangan operasi Israel di Gaza. Senator Demokrat Chris Van Hollen, yang menurut Axios telah melakukan kontak erat dengan para pejabat Amerika mengenai konflik tersebut, mengatakan, "Pada setiap saat, Netanyahu telah memberikan isyarat penghinaan kepada Biden." “Mereka memohon kepada koalisi Netanyahu, namun ditolak berulang kali,” kata senator tersebut kepada Axios.

 

Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina yang diklaim Tel Aviv menewaskan 1.200 orang di Israel. Setidaknya 23.968 warga Palestina terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 60.582 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina. Menurut PBB, 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.

 

Sumber: Anadolu

15
January

 

VOInews.id- Presiden AS Joe Biden  mengatakan bahwa Washington tidak mendukung kemerdekaan Taiwan, saat kepulauan tersebut memilih William Lai Ching-te sebagai pemimpin selanjutnya, menurut laporan media. "Kami tidak mendukung kemerdekaan bagi Taiwan", kata Biden kepada wartawan setelah hasil pemilihan diumumkan di Taipei, yang menurut China "tidak dapat mewakili opini 'umum' di Taiwan." Komentar Biden muncul saat dia berangkat dari Gedung Putih menuju Camp David, menurut Politico.com. Lai memimpin Parti Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa meraih kemenangan ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Wakil pemimpin Lai, 64 tahun, memenangkan pemilihan dengan suara 40,1 persen. Namun DPP kehilangan kursi di Dewan Legislatif dan memperoleh 51 kursi. Oposisi utama Kuomintang, memenangkan 52 dan delapan kursi diperoleh Partai Rakyat Taiwan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya mengatakan: "Kami mengucapkan selamat kepada Dr. Lai Ching-te atas kemenangannya dalam pemilihan Taiwan. "Kami juga mengucapkan selamat kepada rakyat Taiwan yang berpartisipasi dalam pemilihan yang bebas dan adil serta menunjukkan kekuatan sistem demokrasi mereka." Namun Kementerian Luar Negeri China mengangkat "pertanyaan Taiwan" sebagai "urusan dalam negeri" negara tersebut.

 

"Prinsip satu China adalah landasan kokoh untuk perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Kami percaya bahwa komunitas internasional akan terus mematuhi prinsip satu China, dan memahami serta mendukung tujuan adil rakyat China dalam menentang aktivitas separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan upaya untuk mencapai reunifikasi nasional," katanya. China menganggap Taiwan sebagai "provinsi yang memisahkan diri" namun Taipei bersikeras mempertahankan kemerdekaannya sejak tahun 1949, dan menikmati hubungan diplomatik dengan 13 negara. Dalam pidatonya segera setelah kemenangan tersebut, Lai menyerukan "pertukaran dan kerja sama dengan China" atas dasar "martabat dan kesetaraan." Pemimpin terpilih tersebut berjanji untuk "mengganti konfrontasi dengan dialog."

 

Sumber: Anadolu

15
January

 

VOinews.id- Ratusan demonstran berkumpul di Amsterdam untuk menyatakan dukungan terhadap rakyat Palestina dan mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza. Seperti dikutip dari kantor berita Anadolu, Minggu, demonstran berkumpul di Museum Square di ibukota Belanda itu dan mendengarkan pidato yang mengecam dukungan AS Inggris dan negara Barat lainnya terhadap Israel yang menyerang Gaza. Sebagian demonstran mengibarkan spanduk bertuliskan "Palestina akan bebas dari sungai sampai laut", ""gencatan senjata sekarang", "Hentikan genosida" dan "Genosida terjadi di Palestina sekarang." Mereka juga mengenakan baju warna putih dengan tangan yang dicat merah untuk menarik perhatian dunia mengenai jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza.

 

Massa kemudian berjalan menuju Dam Square, lokasi akhir protes dan meletakkan ribuan pasang sepatu anak-anak yang bertuliskan nama dan usia masing-masing. Sejak serangan Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, pasukan Israel semakin meningkatkan operasi militer di Tepi Barat, menyerang kota, kamp pengungsian dan terakhir menimbulkan korban sebanyak 347 orang pada Sabtu. Secara keseluruhan, kehancuran akibat perang di Gaza sampai Sabtu telah merenggut 23.384 jiwa, 60.317 luka-luka, kerusakan total infrastruktur dan menimbulkan bencana kemanusiaan, demikian menurut keterangan PBB.

 

Sumber : Anadolu

12
January

 

VOInews.id- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu menyerukan agar lebih banyak bantuan masuk ke Gaza dan menuduh Israel menghalangi beberapa misi bantuan masuk ke wilayah kantong Palestina itu. Berbagai hambatan yang diberlakukan Israel menghalangi tim bantuan PBB untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan di Gaza, yang secara efektif memutus akses lima rumah sakit di wilayah utara terhadap "persediaan dan peralatan medis yang menyelamatkan nyawa," kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam sebuah pernyataan. "Permintaan telah ditolak lima kali sejak 26 Desember untuk menjangkau Central Drug Store di Gaza City dan Rumah Sakit Al-Awda di Jabalia, yang berada lebih jauh di wilayah utara," ungkap OCHA.

 

Meskipun Israel berjanji untuk mengurangi intensitas serangan, serangan Israel telah meningkat pada hari Rabu. Menurut Angkatan Pertahanan Israel (IDF), sekitar 150 lokasi diserang dalam sehari terakhir. Di Khan Younis, para tentara menemukan terowongan bawah tanah di mana Hamas menahan sandera dalam "kondisi yang tidak manusiawi," kata juru bicara IDF, Daniel Hagari, dalam konferensi pers. Menentang seruan internasional untuk gencatan senjata, Kepala Staf IDF Herzi Halevi, saat mengunjungi kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah, mengatakan bahwa pihak militer "harus melanjutkan upayanya dan menghancurkan infrastruktur teroris Hamas.

 

" Menteri Kabinet Masa Perang Benny Gantz mengungkapkan dalam sebuah pernyataan publik bahwa Hamas telah kehilangan kendali atas "sebagian besar wilayah kantong tersebut," seraya menambahkan bahwa Israel perlu melanjutkan pertempuran. "Jika kita berhenti sekarang, Hamas akan kembali memegang kendali," tuturnya. Saat malam tiba, Kabinet Masa Perang berkumpul untuk membahas usulan baru Qatar guna mencapai kesepakatan dengan Hamas, menurut seorang pejabat pemerintah kepada Xinhua. Usulan tersebut mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza, kepergian para pemimpin Hamas dari daerah kantong Palestina itu, serta pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Gaza.

 

Antara

Page 39 of 1158