Tuesday, 10 July 2018 13:49

Pancasila Sebagai Jalan Tengah Menanggulangi Krisis Peradaban

Written by 
Rate this item
(0 votes)


Indonesia kembali akan menggelar Forum Perdamaian Dunia pada 14 – 16 Agustus 2018. Pertemuan yang diselenggarakan untuk ketujuh kali ini mengangkat tema The Middle Path for the New World Civilization atau “Jalan Tengah Sebagai Solusi Terhadap Peradaban Dunia”. Peradaban dunia yang bersifat kerusakan yang akumulatif, dunia yang tak menentu, dunia yang mengalami kekacauan. Inilah semangat yang ingin ditanggulangi dengan suatu wawasan atau paradigma, yaitu paradigma jalan tengah, baik dari perspektif agama maupun ideologi nasional. Dalam pertemuan yang rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo itu, Indonesia akan mengusulkan Pancasila sebagai jalan tengah menanggulangi krisis peradaban.

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin, baru-baru ini menjelaskan, Indonesia ikut menanggulangi proses perdamaian. Ia menjelaskan, menurut penilaian, peradaban dunia ini terjebak pada ekstremitas, terutama liberalisme yang absolut, yang mengejawantah dalam berbagai aspek kehidupan, politik, budaya, ekonomi. Din Syamsudin menjelaskan, Indonesia punya Pancasila, revitalisasi Pancasila sebagai jalan tengah, termasuk UUD 1945. Din Syamsudin berharap Pancasila menjadi pertimbangan dari masyarakat internasional dalam menanggulangi krisis peradaban dewasa.

Seperti dikutip Kantor Berita Antara di Jakarta (03/7), Din Syamsudin menjelaskan, sebagai penyelenggara, bangsa Indonesia tentu ingin ikut terlibat dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan seputar peradaban dunia.

Pancasila sebagai jalan tengah untuk menanggulangi krisis peradaban, akan diangkat dalam sesi membahas jalan tengah dari perspekif idelogi negara-negara.

Ketua Panitia Forum Perdamaian Dunia ke 7, Muhammad Najib berharap, inisiatif Indonesia ini akan membuat dunia kedepan lebih aman, lebih damai, dan lebih makmur dengan menurunnya berbagai kekerasan yg ditimbulkan akibat meningkatnya ekstemisme.

Read 830 times