Thursday, 01 November 2018 14:05

Indonesia Sukses Selenggarakan OOC 2018

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Indonesia sukses menyelenggarakan Our Ocean Conference 2018 yang berlangsung pada 29-30 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali. Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua, Bali, menghasilkan  287 komitmen senilai USD10,7 miliar untuk menjawab tantangan pengelolaan lautan. Konferensi yang ditutup pada Selasa (30/10/2018) itu juga menghasilkan kawasan konservasi perairan (marine protected area/MPA) seluas 14 juta km persegi.

Sejumlah negara menyampaikan komitmennya dalam penyelamatan lingkungan selama OOC 2018. Mikronesia misalnya berkomitmen untuk mewujudkan transparansi 100% dalam bisnis perikanan tuna. Mereka juga mengajak negara-negara Pasifik lainnya untuk melakukan hal serupa.  Presiden Mikronesia Peter Christian mengatakan negaranya menargetkan akan mencapai komitmen itu pada 2023 melalui kombinasi pemantauan secara elektronik dan manual pada kapal penangkap ikan skala besar yang beroperasi di wilayah perairan mereka.

Uni Eropa kembali menegaskan 50 komitmen yang memiliki nilai lebih dari 550 juta Euro yang untuk program-program yang mendorong perlindungan laut, seperti penanganan sampah plastik, pembangunan Blue Economy yang lebih berkelanjutan serta untuk peningkatan kegiatan riset dan pengawasan laut.

Indonesia yang menjadi tuan rumah OOC 2018 juga memberi kejutan dengan menyampaikan 23 komitmen. Padahal pada penyelenggaraan OOC 2017 di Malta, Pemerintah Indonesia hanya menyampaikan 10 komitmen saja. Untuk OOC tahun ini, nilai komitmen yang disampaikan Indonesia untuk melakukan aksi perlindungan laut sebanyak sekitar 500 juta USD.

Selain komitmen pemerintah, sejumlah perusahaan global juga menyampaikan komitmen mereka dalam penyelamatan lautan. perusahaan multinasional, Coca-cola, turut memberikan komitmen tersebut. perusahaan itu meluncurkan komitmen global bernama World Without Waste, dengan target 50% kemasan produknya menggunakan bahan daur ulang pada 2025. Pada 2030, targetnya 100% kemasannya yang bisa didaur ulang. Komitmen ini akan dilakukan secara global di seluruh negara di mana badan usaha itu berada, termasuk di Indonesia.

Meskipun, tidak ada kesepakatan formal yang mengikat (binding agreement) bagi mereka untuk memenuhi komitmen tersebut. Namun, menurut Wakil Presiden Conservation Internasional (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra, komitmen tersebut tetap penting. CI Indonesia, misalnya, membuat komitmen pada OOC 2016 lalu untuk mewujudkan Blue Abadi Fund sebagai pendanaan berkelanjutan bagi konservasi kelautan. Sarjana mengklaim komitmen itu sudah tercapai dan dikelola oleh Yayasan Kehati. Dalam OOC 2018, CI Indonesia membuat komitmen lain bernama Blue Hello S. Komitmen tersebut adalah insentif dari industri perikanan untuk memberikan pendanaan bagi wilayah konservasi di zona inti konservasi yang dikelilingi wilayah perikanan.

Our Ocean Conference 2018 juga mencatat langkah maju dibandingkan dengan OOC sebelumnya. Pertama, dalam OOC Bali mulai ada mekanisme pemantauan terhadap komitmen para pihak (commitment tracking) untuk melihat sejauh mana kemajuan komitmen tersebut. Kedua, Indonesia telah memimpin proses keterbukaan data ikan melalui vessel monitoring system  untuk mengecek lokasi kapal pada waktu tertentu. Mulai tahun ini, Peru mulai mengikuti langkah Indonesia.

Tanpa  bermaksud untuk mengecilkan kesuksesan penyelenggaraan OOC 2018, ada catatan kritis terhadap komitmen OOC 2018 seperti dikemukakan oleh para pengamat, diantaranya, masih banyak komitmen palsu, seperti isu polusi laut. Disayangkan juga Negara-negara yang berkomitmen belum menunjukkan perubahan dari model bisnisnya.   Hal lainnya adalah komitmen mengarusutamakan produksi dan konsumsi berkelanjutan, tetapi, nyatanya mereka masih fokus didaur ulang. 

Read 981 times