Friday, 14 December 2018 13:40

Tantangan Internal Bagi Theresa May

Written by 
Rate this item
(0 votes)

                                                                            

Dengan upaya yang tidak kenal lelah, Theresa May, Perdana Menteri Inggris saat ini berusaha agar hasil referendum yang menetapkan Inggris keluar dari Uni Eropa dapat direalisasikan. Ada dua hal yang dilakukan May untuk segera dapat sampai pada akhir kesepakatan ini. Pertama mendekati para pemimpin Eropa beberapa waktu lalu, hingga akhirnya para pemimpin Uni Eropa setuju. Kini Theresa May mendekati lagi para pemimpin Uni Eropa untuk merevisi kesepakatan Brexit. Namun May mendapati upayanya ditolak. Para pemimpin Uni Eropa menyatakan kesepakatan Brexit tidak bisa dinegosiasi ulang.

Yang kedua adalah meyakinkan partainya sendiri agar mendukung langkahnya dalam persoalan Brexit. Dalam hal ini pun May menghadapi kesulitan. Perdana Menteri Inggris itu menghadapi tantangan dari kubunya sendiri, partai Konservatif. Sebenarnya hal ini merupakan kelanjutan dari keputusan May sendiri untuk menunda voting/pemungutan suara di Parlemen karena May merasa perlu melakukan lobi ke para pemimpin Uni Eropa lebih dulu.

Kepemimpinan May pun digoyang, karena Rabu lalu (12 Desember 201), para anggota parlemen dari kubu Konservatif sudah mencapai kuorum untuk melakukan proses mosi tidak percaya kepada May. Kuorum dicapai setelah setidaknya 48 orang anggota parlemen dari partai Konservatif mendukung mosi.

Mengapa May mengundurkan pemungutan suara? Tampaknya May merasa jika pemungutan suara itu dilakukan sebelumnya, kesepakatan Brexit akan ditolak dengan selisih suara yang signifikan. Alih-alih mendapatkan dukungan, pengunduran waktu pemungutan suara malah membuat May di ujung tanduk. Beberapa tokoh sudah masuk dalam antrian calon pengganti May; seperti Boris Johnson, Sajid Javid dan Amber Rudd.

Setelah dilakukan penghitungan hari Kamis, Perdana Menteri Inggris Theresa May lolos dari mosi tidak percaya dengan mendapat dukungan 200 suara melawan 117 suara menentang. Dengan demikian maka setidaknya May masih akan menjadi Perdana Menteri sampai setahun ke depan. Tugas May mengawal Brexit akan paripurna pada tanggal 29 Maret 2019. Setelah selesai Brexit, apa lagi yang akan dilakukan Theresa May? Dunia menantikan drama apa lagi yang akan terjadi di Inggris pasca Brexit.

Read 827 times