Dieng Culture Festival telah berlangsung 2 hingga 4 Agustus kemarin. Selain punya acara unggulan, yakni Jazz Diatas Awan dan ritual adat pencukuran rambut gembel, Dieng Culture Festival juga menampilkan beragam agenda menarik lainnya, diantaranya Java coffee festival, sky lantern festival (pesta lampion), sarasehan budaya, festival artistik dan pentas seni kebudayaan Dieng. Menariknya, pada 3 Agustus kemarin, pada pentas seni kebudayaan Dieng ditampilkan kesenian Kubro Siswo. Dalam pertunjukan kesenian ini, seringkali baik penari maupun penonton mengalami kesurupan (trans)
Kubro Siswo adalah tarian magis yang menceritakan perjuangan Kiai Kolodete saat membuka tanah di Dieng. Ada beberapa karakter antagonis seperti Buto, Macan, Banteng dari mahluk penunggu Dieng. Dalam pertunjukan tarian ini, diceritakan bagaimana perjuangan Kiai kolodete berhasil mengalahkan para mahluk halus yang mendiami daerah Dieng. Kesenian Kubro Siswo sebenarnya berasal dari Magelang. Namun kesenian itu berkembang dengan menyesuaikan dengan budaya yang ada di Dieng. Saat pertunjukan, para penari didandani dengan berbagai macam karakter tokoh. Ada yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang mengenakan kostum kerbau, leak, dan juga rangda. Awalnya, Mereka menari diiringi oleh musik gamelan tradisional dan angklung. Kemudian keseruan pertunjukan ini dimulai, ketika para penari mulai kesurupan.
pentas kesenian Kubro Siswo tidak sembarangan. Penampilan ini melibatkan ritual untuk mendatangkan makhluk ghaib yang akan merasuki penari yang sedang tampil. Saat kesurupan, mereka akan bertingkah aneh, salah satunya mengaum seperti harimau.
Saat penari kesurupan, mereka akan terlebih dahulu diberi sesaji seperti air kelapa atau minuman air kembang. Setelah itu, mereka akan menari sambil mengikuti alunan musik gamelan. Gerakan penari yang kesurupan akan berbeda dari penari lainnya. Namun, keseruan penampilan Kubro Siswo tidak hanya terbatas pada penampil saja. Ternyata penonton pun bisa kesurupan. Setelah kesurupan, biasanya penari dan penonton akan dinetralkan kembali. Proses penetralan pun dilakukan dengan beragam cara. Ada orang yang dicambuki, ada pula yang meminta untuk dinyanyikan satu lagu jawa dengan diiringi gamelan.