Iran menggunakan isu nuklir sebagai upaya mengurangi tekanan dan sanksi dari Amerika Serikat. Teheran mengancam akan mengembalikkan program nuklirnya seperti semula, sebelum adanya kesepakatan nuklir tahun 2015.
Badan Energi Atom Iran mengancam akan membalikkan program nuklirnya jika Amerika Serikat dan Sekutunya tidak mampu mencari jalan keluar bagi dikuranginya tekanan dan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat. Juru bicara Badan energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi sebagaimana disiarkan kantor berita resmi Iran, IRNA, mnyatakan sikap tersebut diharapkan dapat mendorong langkag langkah diplomatic. Teheran memandang perlunya dilakukan langkah diplomasi untuk mengatasi ketegangan ketegangan hubungan khususnya dengan Amerika Serikat guna menghindari sanksi ekonomi.
Sebagaimana diketahui setelah tahun lalu Presiden Donald Trump menyatakan keluar dari kesepekatan Nuklir 2015, Washington telah menjatuhkan sanksi lebih berat kepada Iran. Jika ancaman Badan Atom Iran diwujudkan, maka negara itu secara bertahap akan memproduksi nuklir melebihi batas minimum yang disepakati 4 tahun lalu, yakni diatas 300 kilogram dari cadangan uraniumnya.
Ancaman Iran untuk kembali memproduksi nuklir sebagaimana dilakukan sebelum, kesepakatan 4 tahun lalu, muncul seiring adanya pernyataan Beijing yang mengecam kebijakan Washington.
Dalam pernyataan diplomatisnya di Beijing, Juru bicara kementerian Luar Negeri, Geng Shuang menuduh Amerika Serikat sebagai penyebab munculnya ancaman Iran. Kepada wartawan di Beijing, 8 Juli lalu, Geng Shuang mengatakan bahwa krisis nuklir Iran disebabkan tekanan yang dilakukan Amerika Serikat. Walaupun mengecam Amerika Serikat di sisi lain, Beijing juga menyesalkan sikap Teheran yang memutuskan untuk kembali pada produksi nuklir sebagaimana dilakukan sebelum perjanjian tahun 2015. China adalah salah satu negara yang ikut menandatangani kesepakatan Nuklir yang dilakukan pada masa pemerintahan Abarack Obama.
Pernyataan Iran untuk tidak lagi mematuhi kesepakatan 2015 juga disikapi negara negara Eropa. Menteri Luar Negeri negara negara Eropa secara khusus membahas krisis kesepakatan nuklir Iran dalam pertemuan mereka di Brussel 15 Juli lalu.
Pernyataan Pemerintah China dan reaksi negara negara Eropa, menunjukkan bahwa langkah Teheran memainkan isu nuklir guna meretas adanya langkah diplomatis, cukup berdampak walau Amerika Serikat sendiri belum menunjukkan sikap atas perkembangan terakhir ini.