25
May

 

VOInews, Jayapura : Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menggandeng Ikatan Jurnalis Pelajar Nusantara (IJPN) menyosialisasikan partisipasi kalangan milenial pada Pemilihan Umum 2024 di Jayapura, Rabu (24/05/2023).

Pranata Muda Kementerian Informasi dan Komunikasi( Kominfo) Agus Tri Wuyono mengatakan sosialisasi ini menyasar generasi muda atau pemilih pemula karena persentase mereka pada pemilu mendatang yang begitu besar, selain juga milenial merupakan generasi penerus bangsa.

"Sebenarnya kalau bicara pemilih pemula itu bukan hanya anak muda, ada juga orang tua yang juga pemilih pemula karena tidak pernah memilih, tetapi sosialisasi ini sasarannya kepada kaum anak muda," katanya, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (25/05/2023).

Wuyono berharap komunitas Ikatan Jurnalis Pelajar Nusantara (IJPN) terus membantu pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan partisipasi generasi muda pada Pemilu 2024.

Sementara itu, Ketua Umum IJPN Roberthus Yewen mengatakan kegiatan sosialisasi ini untuk meningkatkan literasi politik para milenial yang terdiri atas para pelajar, mahasiswa dan juga anak muda.

"Sehingga ketika menyambut pemilu nanti mereka bisa memosisikan diri sebagai seorang anak muda cerdas dalam rangka mewujudkan pemilu yang damai, aman dan sukses," katanya.

Menurut Yewen, pemuda merupakan pemegang tongkat estafet bangsa yang artinya generasi muda ikut mendukung, mendorong dan juga berpartisipasi aktif membantu penyelenggara pemilu dalam mewujudkan pemilu yang damai, bersih dan jujur.

"Dengan demikian, pemimpin yang dihasilkan benar-benar dari rakyat, oleh rakyat dan melayani rakyat," ujarnya.

Dia mengatakan sosialisasi dengan sasaran pelajar dan mahasiswa ini karena pada era kemajuan teknologi saat ini mahasiswa atau pelajar rentan terhadap informasi yang tidak benar atau hoaks.

"Untuk itu, kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran mahasiswa, pemuda dan pelajar agar ke depan bisa turut menyukseskan Pemilu 2024," katanya lagi.(gus)

25
May

 

VOInews, Kuching : Banyak peluang kerjasama pembangunan energi terbarukan (renewable energy) di Borneo. Mengingat Borneo – terdiri dari wilayah Indonesia (Kalimantan), Sarawak, Sabah dan Brunei – merupakan salah satu wilayah terbesar memiliki keanekaragaman hayati/biodiversity baik flora dan fauna – memiliki jutaan hektar hutan bakau dan gambut serta banyaknya aliran sungai dengan arusnya deras yang kesemuanya dapat dialihkan menjadi energi yang ramah lingkungan (green energy).

 

Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri (Premier)Negara Bagian Malaysia Sarawak, Datuk Patinggi Tan Sri Abang Johari Tun Openg Abang Joe, saat menerima delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaysia, Hermono didampingi oleh Konjen RI Kuching, manajer Fairatmos, Korfung Ekonomi KJRI Kuching, Korfung Ekonomi KBRI Kuala Lumpur, dan pengusaha Sarawak terkait dengan pembangunan energi terbarukan di gedung parlemen Sarawak, Rabu (24/05/2023).

 

Mengutip keterangan pers KJRI Kuching yang diterima Voice of Indonesia, Kamis (25/05/2023), dalam pertemuan dengan rombongan Dubes RI itu, Premier Sarawak juga menjelaskan berbagai kebijakan pemerintah Sarawak untuk mendorong pengembangan industri dan teknologi green energy.

 

“Sebagai contoh, peresmian pembangunan tahap lanjut pabrik algae/lumut terbesar di dunia, Chitose Carbon Capture Central Sarawak di Kuching pada tanggal 10 Mei 2023”, jelasnya.

 

Premier juga menunjukkan kesiapan Sarawak dalam teknologi algae dengan menumpang penerbangan berbahan bakar algae dari Kuching ke Langkawi pada 22 Mei 2023. Juga digambarkan kesiapan Sarawak untuk penggunaan teknologi hydrogen.

 

“Di bidang pembangkit listrik tenaga air hydropower, perusahaan energi negara bagian Sarawak, Sarawak Energy Berhad, berpartisipasi dalam pembangunan PLTA Mentarang Induk di Kalimantan Utara dengan kapasitas sebesar 1.375 MW yang peletakkan batu pertama (ground breaking) dilakukan bersama antara Presiden Joko Widodo dan Premier Sarawak pada 1 Maret 2023. Sarawak juga siap untuk mengekspor listirk ke Singapura melalui pipa yang ditanam di laut”, tambahnya.

 

Datuk Patinggi Tan Sri Abang Johari Tun Openg Abang Joe memberikan perhatian positif atas tawaran Fairatmos – perusahaan berbasis platform yang menghubungkan dan memverifikasi para pemangku kepentingan terkait dengan carbon trading – untuk bekerjasama dengan pihak-pihak terkait di Sarawak dalam pengembangan sektor green energy dengan mendapat dukungan/insentif keuangan dari carbon trading.

 

Menurut Premier Sarawak, berbagai kritikan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait pembangunan di negara-negara berkembang yang tidak memperhatikan lingkungan hidup perlu dijawab dengan bukti nyata berupa penggunaan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kebijakan yang serius dan konsisten dalam pembangunan green energy.

 

Dubes RI untuk Malaysia, Hermono berharap strategi dan kebijakan Premier yang visioner dalam pembangunan green energy dapat disinergikan dengan kebijakan yang sama dari Indonesia. Menurut dia perpindahan ibukota Nusantara di Kalimantan akan memberikan dampak kuat untuk mempercepat potensi kerjasama antara Indonesia – Sarawak untuk Borneo yang ramah lingkungan.

 

“Kami juga berencana untuk dapat meninjau dampak green energy bagi masayarakat di desa (di Mukah) di mana sekitar 200 keluarga menggunakan listrik dari ampas kelapa sawit”, kata Hermono.(gus)

25
May

 

 

VOInews.id- Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan terdapat sejumlah aksi mitigasi pada sub sektor kelapa sawit yang dapat berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca, salah satunya penggunaan biofuel pada transportasi di industri kelapa sawit.

“Transportasi ini meski belum terlalu signifikan tapi cukup berpengaruh karena penggunaan transportasi yang masih menggunakan bahan bakar fosil tentunya akan menyebabkan kenaikan gas rumah kaca, beda dengan transportasi yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan,” kata Staf Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementan Dimas Nugraha dalam Webinar Kontribusi Sawit terhadap Net Zero Emission Indonesia, yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Meski belum memiliki data persentase penurunan emisi karbon dari penggunaan biosel pada transportasi di sektor sawit, Dimas menuturkan pengangkutan buah sawit dari kebun ke pabrik menempuh jarak yang tidak terlalu jauh, tetapi dengan penggantian bahan bakar ke biofuel maka kendaraan pengangkut memiliki potensi mitigasi. Selain mengganti bahan bakar transportasi di industri sawit, aksi lain yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor kelapa sawit adalah manajemen lahan.

Menurut dia, lahan perkebunan sawit yang dikonversi dari lahan yang memiliki stok karbon lebih rendah seperti tanah terlantar, rumput dan semak belukar, maka budi daya sawit dapat membantu meningkatkan serapan karbon. “Jika konversi dari tutupan hutan, maka justru menghasilkan emisi,” ucapnya.

Ia juga mengimbau agar Sarana Prasarana Kebakaran Lahan dan Kebun (Sarpras Karlabun) senantiasa memenuhi sarpras untuk menunjang kegiatan penanganan kebakaran lahan perkebunan berupa pompa, selang dan menara api sebagaimana tercantum pada Permentan Nomor 5 Tahun 2018.

“Ini penting karena kebakaran lahan khususnya kelapa sawit ini salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca. Kalau dapat kita tekan ini signifikan sekali untuk menekan gas rumah kaca,” tuturnya. Oleh karena itu, Kementan mendorong agar lahan gambut yang masih berupa hutan perlu dipertahankan agar tetap sebagai hutan. Termasuk juga melakukan rehabilisasi, reklamasi dan revitalisasi lahan gambut terlantar dan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan.

“Kebakaran gambut terutama terjadi pada bulan-bulan kering pada tahun El Nino di lahan semak belukar gambut dan lahan dalam transisi penggunaan, kebakaran hanya sedikit terjadi pada lahan pertanian eksisting,” katanya.

 

antara

25
May

 

VOInews.id- Industri pangan yang tergabung dalam SwissCham Indonesia atau Kamar dagang Swiss-Indonesia siap mendukung dan mewujudkan usaha pertanian bekelanjutan di Tanah Air sebagai salah satu upaya menghadapi perubahan iklim.

Perusahaan anggota SwissCham yakni Nestlé, Syngenta, dan Koltiva dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, menyatakan dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sebagai langkah kritis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan pihaknya dengan mitra petani bersama memajukan praktik pertanian regeneratif, sebagai jantung di sistem pangan kami.

"Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan," ujarnya.

 

antara