VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dalam pertemuan Trilateral Indonesia-Australia-India, di Jakarta, Rabu (12/7).
“Senang bertemu lagi dengan anda sejak pertemuan Trilateral pertama kita di New York, September tahun lalu,” kata Menlu Retno.
Retno Marsudi mengatakan India, Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan. Menurutnya, ketiga negara merupakan negara demokratis dan menjadi kekuatan positif dalam menghormati hukum internasional dan menjaga stabilitas.
“Saya sangat menghargai dukungan anda terhadap sentralitas ASEAN dan implementasi AOIP,” katanya.
Menlu Retno juga menyatakan dirinya menantikan partisipasi aktif Australia dan India didalam Forum Infrastruktur Indo-Pasifik ASEAN yang akan diadakan di sela KT ASEAN ke-43 pada bulan September.
“Australia adalah anggota Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan kita bertiga adalah anggota Asosiasi Lingkar Samudera Hindia (IORA),” katanya.
Retno mengatakan Indonesia sebagai Ketua ASEAN telah mendapat dukungan dari seluruh negara anggota untuk membentuk kerja sama antara kawasan. Dalam hal ini menurutnya, ASEAN akan menjalin kerja sama antar sekretariat, yaitu Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat PIF dan Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat IORA.
“Ini adalah kontribusi Indonesia untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai dan sejahtera, serta melibatkan negara mitra secara inklusif.
Retno pun menyampaikan harapan agar pertemuan Trilateral Indonesia-Australia dan India dapat mengindentifikasi ide-ide konkret untuk meningkatkan kerja sama praktis di sejumlah bidang, termasuk di bidang ekonomi, maritim, dan ketahanan pangan.
VOInews, Jakarta: Indonesia membuka diri untuk komunikasi dan diskusi dengan negara mitra, sambil berharap dapat berkontribusi untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di dunia.
“Dalam semua dialog, Indonesia selalu konsisten dalam menegakkan hukum internasional dan semua nilai dan prinsip Piagam PBB,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan trilateral dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Direktur Kantor Partai Komunis China Komisi Pusat Luar Negeri Wang Yi, di Jakarta, Rabu (12/7).
Didalam kesempatan itu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun mendorong pentingnya dialog dan kolaborasi, terutama pada saat dunia menghadapi tantangan saat ini.
“Tentu saja saya akan memanfaatkan kesempatan pertemuan hari ini untuk membahas terutama apa yang bisa kita lakukan bersama untuk perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas dunia,” katanya.
Pertemuan Trilateral Indonesia-Rusia-Tiongkok juga dimanfaatkan oleh Menlu RI untuk mendiskusikan sejumlah isu yang terkait dengan ASEAN.
“Saya menantikan untuk mendengar dan berdikusi dengan anda,” tutupnya.
Foto : Kemlu
VOInews.id, Jakarta: Pada hari kedua Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56 atau ASEAN Ministerial Meeting (AMM) sesi retreat secara resmi dibuka oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi di Jakarta, Rabu (12/07/2023).
Dalam sambutannya, Menlu Retno menyampaikan sesi retret membahas isu-isu penting yang menjadi perhatian bersama seluruh peserta, salah satunya terkait upaya-upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam membantu Myanmar keluar dari konflik.
Menlu Retno mengatakan, pada April 2021, para Kepala Negara ASEAN telah menyepakati Konsensus 5 Poin (5PC) sebagai landasan penyelesaian konflik Myanmar. Oleh karena itu menurutnya, implementasi 5PC harus terus menjadi fokus ASEAN.
“5PC adalah konsensus yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN sebagai pendekatan dalam menyelesaikan konflik Myanmar, yang terdiri dari mendorong dialog yang konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan dan pengiriman utusan khusus ke Myanmar”, jelas Retno Marsudi.
Selama hampir 7 bulan, Indonesia telah membangun banyak komunikasi secara intensif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk memfasilitasi pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar yang menderita akibat konflik. Menlu Retno mengatakan, Indonesia telah menjalin lebih dari 110 komunikasi yang tidak mudah dengan berbagai pihak.
Namun menurutnya, upaya yang dilakukan Indonesia tidak akan berarti jika para pihak yang berkepentingan tidak saling membangun komunikasi. Retno mengatakan, dengan adanya komunikasi dan dialog, maka Myanmar akan memiliki jalan untuk menciptakan solusi politik yang diharapkan dapat berujung pada perdamaian jangka Panjang.
“Indonesia mengutuk keras penggunaan kekuatan dan kekerasan. Kami sangat mendesak semua pemangku kepentingan untuk mengecam kekerasan karena ini sangat penting untuk membangun kepercayaan, dan ini juga penting untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan dialog”, tegas Retno.
Lebih lanjut Menlu Retno juga berharap agar AHA Center dapat diberikan akses untuk dapat menjangkau rakyat yang membutuhkan bantuan, terutama di wilayah Magway dan Sagaing. Sementara itu dalam hal Sentralitas ASEAN, dirinya kembali mengingatkan pentingnya ASEAN menjadi navigator dalam menghadapi tantangan geopolitik saat ini dan masa depan termasuk melalui East Asia Summit (EAS) dan ASEAN Regional Forum (ARF). Ia mengatakan, EAS dan ARF merupakan platform inklusif yang penting yang dapat memfasilitasi seluruh pihak di kawasan untuk berdialog.
Ia menambahkan, pada tahun ini, ARF menandai 30 tahun kelahirannya. Ia pun mendorong ARF untuk dapat memfokuskan upaya diplomasi pencegahan sambil tetap melakukan upaya-upaya menjaga kepercayaan diri ASEAN.
VOInews, Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, Selasa (11/07) di Jakarta menyampaikan penyelenggaraan event sangat penting untuk perputaran ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru. Menurutnya, tahun ini Indonesia memiliki 3000 event yang berpotensi menghasilkan Rp. 165 Triliun Rupiah. Dengan potensi ini, Sandiaga Uno menyatakan penting bagi Indonesia untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas dengan menjaga transparansi komunikasi yang efektif, menjaga kualitas penyelenggaraan atau fasilitas event, memastikan keamanan, menyederhanakan proses perizinan, menyiapkan paket-paket pariwisata tambahan serta menjalin kerjasama dengan beberapa stakeholder lainnya.
“Sehingga penting kita menjaga kepercayaan dan menjaga kredibilitas Indonesia, reputasi Indonesia ini harus kita jaga dan sampai saat ini reputasi kita masih, kita bisa pertahankan dengan menjaga transparansi komunikasi yang efektif, dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan atau fasilitas event termasuk juga infrastrukturnya, dengan penyerderhanaan proses bisnis perizinan, dengan memastikan keamanan dan stabilitas dan juga menyiapkan paket paket pariwisata tambahan seperti keindahan alam budaya dan jaringan dan kerjasama dengan beberapa stakeholders lainnya”, ujar Sandiaga.
Sandiaga Uno lebih lanjut menyampaikan untuk memastikan pelaksaan event yang baik, pemerintah harus menyelesaikan berbagai panduan event. Selain itu, menurut Sandi, pemerintah juga sedang menyelesaikan berbagai tantangan penyelenggaraan event, salah satunya menghadirkan solusi digitalisasi untuk proses pengurusan perizinan event.
Mengenai batalnya Indonesia menjadi tuan rumah sejumlah event olahraga seperti World Beach Games, U20, dan World Superbike, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berupaya mengambil langkah strategis dalam memulihkan dan menjaga citra, kepercayaan, dan kredibilitas Indonesia sebagai destinasi event kelas dunia . Ia juga menyampaikan batalnya event-event tersebut, memberikan potensi kerugian dari segi total penonton di seluruh dunia melalui broadcasting, tenaga kerja, exposure internasional, sebagai tuan rumah event bertaraf internasional khususnya di negara yang memiliki hak siar masing-masing event yang berpengaruh terhadap citra Indonesia.
Ia menjelaskan adanya potensi kerugian, di antaranya 6.900 wisatawan mancanegara dari ANOC World Beach Games yang merupakan atlet; official crew dari 69 negara peserta dengan kehilangan potensi devisa senilai 13,15 juta dolar AS atau Rp198,17 miliar.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, mengatakan pihaknya belum mengetahui secara detail hal-hal yang menjadi kendala pada pembatalan event olahraga yang diselenggarakan di Bali seperti World Beach Games.
“Kami menyadari bahwa ada kendala teknis, kendala seperti apa, panitia pusat yang mengetahui hal itu. Tapi yang jelas Bali siap dari sisi venue, pantai-pantainya siap, termasuk hotel-hotel,” kata Tjok Bagus.
Tjok Bagus berharap akan ada penyelenggaraan event-event besar di Bali.
“Bali tetap siap apapun eventnya diadakan di Bali, termasuk kami berharap ada event-event yang besar lagi lainnya, tidak hanya sport tourism tapi juga ada MICE-nya,” ujarnya.