VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berharap agar Forum Walikota dan Gubernur ASEAN dapat mendukung pencapaian visi ASEAN Matters, Epicentrum of Growth yang dicanangkan oleh Indonesia selaku Ketua ASEAN.
"Banyak peran penting yang bisa dilakukan gubernur dan walikota untuk mendukung ASEAN Matters, Epicentrum of Growth," kata Menlu dalam sambutannya pada acara Forum Gubernur dan Walikota ASEAN, di Jakarta, Selasa (1/8).
Sejumlah isu yang mendapat perhatian dalam Forum ini diataranya isu kesehatan, ketahanan pangan dan transisi energi. Menlu Retno mengatakan, pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa penguatan arsitektur kesehatan sangat penting dalam menghadapi pandemi.
"Hal ini membutuhkan mobilisasi sumber daya yang memadai dan kolaborasi diantara semua pemangku kepentingan," katanya.
Selain itu, Menlu Retno juga mengatakan bahwa perang dan konflik telah menyebabkan kelangkaan pangan dan kenaikan harga bahan pokok. Menurutnya, dengan latar belakang ini, Keketuaan Indonesia di ASEAN juga akan memprakarsai inisiatif yang akan membangun mekanisme regional untuk memperkuat ketahanan pangan, rantai pasok kawasan, serta pertanian berkelanjutan.
"Pemerintah daerah dan pusat harus berperan untuk mendukung hal ini dengan memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan," katanya.
Lebih lanjut Retno Marsudi juga menyebut tentang masa depan kawasan terkait ekonomi hijau. Menurutnya, percepatan transisi energi merupakan kunci untuk mencapainya.
"Indonesia telah menetapkan target yang ambisius yaitu target bauran energi 23% dari energi terbarukan pada tahun 2025 dan emisi nett-zero pada 2060," katanya.
Sementara itu ASEAN, menurut Retno, juga berkomitmen untuk mencapai pangsa energi terbarukan sebesar 23% dalam pasokan energi pada 2025.
"Tidak saja untuk keberlanjutan transisi ini sangat penting untuk transformasi ekonomi ASEAN. Kunci transformasi ini adalah mengembangkan industri hilir termasuk memproduksi baterai EV," katanya.
VOInews, Jakarta: Alunan merdu musik gamelan Jawa Tengah menggema di Taman Kusminski, Kota Moskow. Alunan itu dibawakan oleh Grup Gamelan Dadali binaan KBRI Moskow, yang tampil dalam Eurasian Music Festival 2023, pada Minggu (30/7).
Meskipun panas terik, namun alunan merdu suara gamelan yang dimainkan mampu membuai ratusan orang yang hadir di festival yang dibuka oleh Wakil Kepala Sekretariat Jenderal Eurasian People’s Assambley, Elmira Scherbakova.
“Penampilan Gamelan Dadali KBRI Moskow di taman Kusminki ini merupakan penampilan atas undangan dari Eurasia Peoples’Assembly di acara Eurasian Music Festival 2023,” tulis KBRI Moskow dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (2/8).
Hadir juga Kepala Bagian Dukungan Proyek Internasional, Departemen Hubungan Ekonomi Eksternal dan Kerja Sama Internasional kota Moskow Sergey Bondarenko.
Selama 45 menit, para penonton dimanjakan dengan gending gamelan, diantaranya gending Roning Tawang, Lagu Aja Dipleroki, Lancaran Manyar Sewu, Lancaran Gugur Gunung, Lagu Gundul-Gundul Pacul serta penampilan tarian khas gaya Yogyakarta yaitu Tari Golek Kenya Tinembe oleh Natalya Moryleva dari sanggar Kirana Nusantara Dance KBRI Moskow.
“Anggota (Dadali) kebanyakan anak-anak muda Rusia dan Belarus,” tulis KBRI Moskow.
Grup Gamelan Dadali adalah satu-satunya grup gamelan di Rusia yang dibina langsung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow. Grup ini telah berdiri sejak tahun 2017 lalu dan telah banyak ikut mempromosikan budaya Indonesia di Rusia dan Belarus bersama KBRI Moskow.
Grup Gamelan Dadali dipimpin oleh Tri Koyo, yang memegang instrumen kendang sebagai leader. Pada instrumen demung dimainkan Ekaterina Makanina, bonang oleh Julia Ryzhaya, saron oleh Gleb Saharov, Anthoni Chicherin, Anastasia Khorina, Sofia Selikhova dan Vidya Intoyo, sedangkan instrumen slentem kenong dan gong dimainkan Daria Mikhaylova, Evgenia Potynskaya dan Ekaterina Mednikova.
Selain penampilan Gamelan Dadali KBRI Moskow, Eurasia Festival juga diikuti oleh penampilan negara lain seperti India, Tajikistan, Spanyol, Prancis serta dari negara atau bangsa di wilayah Kaukasus. Tidak ketinggalan juga penampilan dari grup folklore Rusia “Ladov Den” dari Kota Krasnoyarsk, grup musik tradisional Jepang “Koseki No Hana”, dan Solois Balalaika Mikhail Kandaurov.
Salah seorang penonton warga Rusia, Maria Mayakovskaya, memposting di media sosialnya kesan mendalam setelah menyaksikan pertunjukan gamelan.
“Sungguh hari yang luar biasa karena aku menyaksikan orchestra luar biasa bernama gamelan dari Indonesia,” katanya.
Pengakuan serupa juga datang dari Maria Omelchenko, salah seorang pengelola taman Kuzminki, berkomentar positif atas penampilan grup Dadali.
“Saya senang sekali menyaksikan penampilan gamelan untuk pertama kali. Musiknya luar biasa, sangat meditative," ujarnya.
VOInews, Jakarta: Indonesia dan Swiss berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama perdagangan kedua negara. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kerja sama perdagangan Indonesia dan Swiss berhasil bangkit di tahun 2022 sebesar USD 2,7 miliar, meningkat 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Untuk mempertahankan pertumbuhan perdagangan kami, kami mengidentifikasi beberapa inisiatif, termasuk dengan melibatkan semua pemangku kepentingan bisnis untuk memanfaatkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan negara-negara anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) atau Indonesia-EFTA CEPA,” katanya dalam keterangan bersama yang disampaikan usai bertemu Menteri Luar Negeri Swiss Ignazio Cassis, di Jakarta, Rabu (2/8).
Menlu Retno juga menggaris bawahi pentingnya ratifikasi Traktat Investasi Bilateral antara Indonesia dan Swiss. Menurutnya traktat ini akan memberikan kepastian bisnis dan perlindungan hukum kepada para investor.
“Swiss adalah investor Eropa terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2021,” katanya.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan keinginannya untuk berkolaborasi dengan Swiss dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), terutama di bidang-bidang seperti industri perhotelan dan pendidikan tinggi.
“Dalam kerja sama B-to-B, Kadin Indonesia juga berencana menyelenggarakan Indonesia-EFTA Business Roadshow tahun depan,” katanya.
Lebih lanjut, Menlu Retno mengatakan Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan, salah satunya dengan mempercepat transisi energi.
“Sehubungan dengan itu, saya mengapresiasi masuknya Indonesia sebagai Negara Prioritas Kerjasama Pembangunan Swiss 2021-2024, untuk keempat kalinya berturut-turut,” kata Menlu Retno.
Retno Marsudi menjelaskan, program ini telah mendanai 37 proyek kerja sama sektor publik-swasta, termasuk dalam inisiatif Pembangunan Keterampilan Energi Terbarukan dan inisiatif di bawah Nota Kesepahaman Lanskap Berkelanjutan.
“Kedepannya, saya berharap kita dapat menjajaki lebih banyak inisiatif melalui kerangka kerja sama ini untuk mengembangkan dan mendukung pembangunan hijau di Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut Menlu Retno Marsudi juga menyebut Swiss sebagai Mitra Dialog Sektoral ASEAN. Menurutnya, kedua pihak memiliki pandangan yangs ama tentang pentingnya memperkuat dialog sektoral, termasuk tentang pengembangan sumber daya manusia dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di kawasan.
“Saya juga berbagi tentang prioritas Keketuaan Indonesia di ASEAN,” katanya.
Retno menambahkan, menjelang peringatan ulang tahun ASEAN ke-56 pekan depan, dirinya menyampaikan komitmen ASEAN untuk terus memainkan peran dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengingatkan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Menurutnya, Indo-Pasifik memiliki potensi besar sebagai laut paling strategis dan rute pelayaran utama. Selain itu, Indo-Pasifik juga merupakan sumber penghidupan penting bagi jutaan orang di wilayah, termasuk kepentingan kekuatan besar.
“Kegagalan untuk mengelola ini dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kita harus menghindari wilayah kita berubah menjadi episentrum konflik,” katanya dalam Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) ke-11 di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/8).
Menlu Retno mengatakan, selama 5 dekade terakhir, ASEAN bekerja keras untuk menyangkal kemungkinan ini, termasuk melalui kepatuhan yang ketat terhadap hukum internasional dan arsitektur kawasan yang inklusif. Menurutnya, semua negara harus dapat merasa aman dan tenteram serta bebas dari ancaman kekuatan militer.
“Lingkup maritim kita harus berkontribusi untuk menjadikan kawasan ini sebagai episentrum pertumbuhan,” katanya.
Oleh karena itu, Menlu Retno mendorong semua pihak untuk mencari cara bersama untuk mengatur perilaku di kawasan maritim Indo-Pasifik. Dirinya mendorong agar kawasan maritim Indo-Pasifik dapat menjadi lautan yang damai dan aman.
“Lautan damai berarti tindakan kita tidak boleh menimbulkan rasa tidak aman bagi orang lain, termasuk proyeksi kekuatan yang tidak perlu dan membangun aliansi untuk menahan negara lain. Perairan kita tidak boleh digunakan sebagai medan pertempuran atau platform untuk melancarkan serangan terhadap orang lain,” katanya.
Selain itu dirinya juga mendorong penerapan hukum internasional secara konsisten, termasuk dengan berpegang teguh pada Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) dan aturan main lainnya di kawasan seperti Zone of Peace, Freedom and Neurality (ZOPFAN), Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC), dan kawasan bebas senjata nuklir (SEANWFZ).
Lebih lanjut, Menlu Retno Marsudi juga mendorong agar laut Indo-Pasifik dapat menjadi lautan kerja sama. Hal ini, menurutnya, berarti menggunakan kolaborasi sebagai katalisator untuk membangun kepercayaan dan perdamaian abadi.
“ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sangat penting untuk membangun kebiasaan kerja sama di bidang maritim. Kerja sama kita harus diarahkan untuk mengatasi perubahan iklim laut kita, polusi laut dan kejahatan IUU Fishing, mengembangkan ekonomi biru, mempromosikan keselamatan maritim dan mendukung penghidupan masyarakat pesisir,” katanya.
Ia pun mendorong Forum EAMF untuk dapat menjadi platform dialog kebijakan untuk mensinergikan kebijakan terhadap kerja sama tata kelola maritim di Indo-Pasifik. Menurutnya jalan menuju terciptanya perdamaian dan stabilitas masih panjang dan dibutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan di kawasan.
“Saya berharap pertemuan EAMF ini dapat menjadi titik awal dalam perjalanan kita,” tutupnya.