Daniel

Daniel

29
April

 

Tim mahasiswa UGM berhasil memperoleh gelar juara pertama “Diamond Award” kategori B2 Higher Institution Student pada kompetisi International Invention & Innovative Competition (InIIC) yang diadakan oleh MNNF Network Malaysia. Kompetisi InIIC sendiri sedianya diadakan di Penang, Malaysia pada tanggal 17-20 April 2020, namun kemudian diadakan secara daring di tengah wabah pandemi COVID-19, dengan hasil kompetisi diumumkan melalui laman resmi InIIC pada Sabtu (18/4) lalu. Kelima mahasiswa Teknik Geodesi yang tergabung dalam tim ini, Akram Sripandam, Yofita Indah Saputri, Vincent Tandy, Agan Aul Rizki, dan Salsabila Ramadhani Prasetya, mengusung karya bernama CulturIS-3D atau 3D Cultural Heritage Information System. CulturIS-3D merupakan platform berbentuk Website dan Android Apps untuk memberikan sudut pandang baru bagi pengguna yaitu menampilkan situs warisan budaya secara 3 dimensi.

Para mahasiswa mengembangkan inovasi ini karena menilai pengetahuan generasi milenial terhadap situs warisan budaya mulai pudar. Untuk itu, mereka berupaya membuat suatu gebrakan demi mengembalikan nilai-nilai kebudayaan tersebut.

Tim ini mempresentasikan karya mereka secara jarak jauh melalui video. Menurut tim, belum pernah sebelumnya, terutama di Indonesia, terdapat penggunaan model tiga dimensi sebagai informasi utama pada sistem informasi kebudayaan. Oleh sebab itu mereka tertarik mengangkat karya ini pada kompetisi tersebut.

Sebelum mengikuti kompetisi di Malaysia, karya ini telah berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi nasional yang diadakan oleh Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada November 2019. Akram, sebagai pendiri, engineer, sekaligus web developer pada tim ini mengungkapkan bahwa pembuatan sistem tersebut tidak mudah, karena tim harus melakukan survei lapangan dan pemotretan pada terik matahari agar mendapat pencahayaan yang terbaik serta mengurus berbagai perizinan. Ia berharap agar nantinya proyek yang mereka buat ini terus berkembang sehingga dapat menjadi salah satu dorongan bagi kaum muda untuk tidak meninggalkan sejarah milik bangsa.

27
April

Pandemi Covid 19 menyebabkan kesulitan pemenuhan alat pelindung diri bagi petugas medis, salah satunya masker N-95. Oleh sebab itu, Tim Laboratorium Energi Terbarukan, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung yang diketuai Dr. Yuli Setyo Indartono mengembangkan Kabin Sterilisasi untuk masker N-95. Kabin Sterilisasi tersebut diharapkan mampu menyeterilkan masker N95 yang telah digunakan oleh tenaga medis. Alat tersebut memiliki spesifikasi yaitu menggunakan teknologi ionisasi udara, penurun kelembapan udara dan rak sterilisasi masker N-95.

Dr. Yuli menjelaskan, Kabin Sterilisasi dibuat dengan tujuan untuk penggunaan kembali masker N-95 karena dengan jumlah pasien COVID-19 yang saat ini semakin bertambah, kebutuhan masker N-95 pun semakin meningkat bagi tenaga kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas. Di sisi lain, ketersediaan masker N95 bagi tenaga kesehatan, semakin sedikit. Ia melanjutkan, berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, sterilisasi masker bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama disimpan di kantong kertas dan dibiarkan selama 3-4 hari dengan prinsip kalau ada virus akan rusak karena tidak ada media untuk berkembang biak. Rekomendasi kedua adalah, bisa dipanaskan sampai 70oC di dalam oven, dan ketiga diberi uap panas. Metode yang tidak direkomendasikan untuk sterilisasi masker adalah dengan menggunakan sinar UV karena bisa merusak lapisan masker N-95. Dari berbagai cara tersebut, ia melihat perlu ada metode sterilisasi berbasis pengujian yang bisa menghancurkan bakteri dan virus, namun tidak menimbulkan kerusakan pada masker N95. Maka pihaknya tidak menggunakan sinar UV, dan tidak menggunakan pemanasan karena khawatir menyebabkan penurunan kualitas masker N95.

Supaya tidak merusak masker, maka proses sterilisasinya dilakukan di temperatur kamar, maka digunakanlah ionisasi udara. Dari berbagai penelitian ilmiah, ion negatif bisa merusak struktur bakteri dan virus. Alat ini juga menggunakan dehumidifier untuk menurunkan kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, maka udara akan menyerap air dari masker dan idak perlu memanaskan masker. Kabin Sterilisasi tersebut kedap udara. Di dalamnya terdapat tiga komponen utama yaitu alat yang menghasilkan ion udara, kipas/fan kecil, dan alat untuk menurunkan kelembapan udara. Kabin tersebut juga dipasang timer untuk mengatur waktu sterilisasi. Pada spesifikasi alat, selain menghasilkan ion, alat tersebut juga menghasilkan hidrogen peroksida. Proses sterilisasinya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Kemampuan alat ini mendekontaminasi bakteri telah diuji di Laboratorium Mikrobiologi di Sekolah Farmasi ITB. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kabin ini mampu mendekontaminasi koloni bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli pada permukaan kasa sebanyak 90% selama 90 menit

26
April

 

Presiden Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat-AS Donald Trump membahas kerja sama untuk mengatasi kekurangan alat kesehatan (Alkes) dan alat pelindung diri (APD) untuk menghadapi pandemi global virus corona baru atau COVID-19. Kebutuhan alat yang dibahas itu, seperti alat bantu pernafasan (ventilator) dan juga masker. Indonesia adalah negara penting bagi Amerika Serikat. Hal itu dikatakan Presiden Trump kepada Presiden Jokowi, seperti keterangan resmi dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Presiden Joko Widodo melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Presiden Donald Trump pada Jumat malam pukul 20.00 WIB dari Istana Kepresidenan Bogor. Mengenai ventilator, Trump menjelaskan AS telah memproduksi ventilator dan akan mengirimkannya ke Indonesia, jika sudah siap. Kerja sama ini akan ditindaklanjuti oleh tim yang ditunjuk oleh masing-masing negara. Antara

26
April

 

Banyak tenaga medis yang menjadi korban pandemi virus corona (COVID-19). Sedikitnya 150 dokter di Italia meninggal dunia setelah terinfeksi virus Corona. Seperti dilansir CNN, Sabtu (25/4/2020), Asosiasi Dokter Italia menyebut sekitar 10 persen dari total kasus virus Corona di Italia adalah para profesional medis. Data terbaru dari Johns Hopkins University (JHU) menyebut lebih dari 192 ribu kasus terkonfirmasi di Italia, dengan lebih dari 25 ribu kematian.

 

Asosiasi Dokter Italia dalam pernyataan pada Jumat (24/4) waktu setempat, menyebut sedikitnya 150 dokter meninggal usai terinfeksi virus Corona. Tidak disebutkan lebih lanjut di wilayah mana saja para dokter yang meninggal akibat virus Corona ini.Laporan kantor berita ANSA menyebut bahwa dokter yang meninggal termasuk para dokter yang sudah pensiun namun kembali bertugas untuk membantu perang melawan virus Corona. Detik