Daniel

Daniel

27
April


Menangguk di air keruh adalah sebuah pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan mereka yang memanfaatkan kondisi dunia yang  sedang dilanda penyebaran virus corona, Covid- 19, untuk mencari keuntungan, termasuk di Indonesia.  Ada sekelompok orang, pedagang atau perusahaan, yang melakukan tindakan tidak terpuji untuk mengeruk keuntungan yang besar dengan mengabaikan kualitas dan harga layak produk.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Perdagangan RI telah berhasil menjaring 169 pedagang yang menjual alat kesehatan berkualitas rendah dan 143 pedagang yang menjual bahan pangan di atas harga eceran tertinggi.Mereka ini kemudian dikenai sanksi dengan menutup akunnya dan menghilangkan tautan dari toko daring atau lokapasar (marketplace)

Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Veri Anggrijono mengatakan,   mereka dikenai sanksi berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 dan bahkan Undang-Undang Perdagangan No 7 Tahun 2014.

Produk alat kesehatan yang terindikasi dijual dengan harga tinggi namun berkualitas rendah, adalah hand sanitizer, masker, dan produk kalung Virus Shut Out.

Sedangkan produk barang kebutuhan pokok yang terindikasi menjual di atas harga eceran tertinggi adalah gula kristal putih, minyak goreng, bawang putih, dan gula kristal rafinasi.

Pengawasan terkait dengan harga juga dilakukan terhadap produk makanan yang dikemas ulang (repacking) dan daging beku yang dijual melalui lokapasar dan media sosial.

Pengawasan dan perlindungan terhadap kepentingan konsumen terutama dalam kondisi saat ini tentu sangat penting. Untuk itu Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat di komplek parlemen Jakarta, Rabu minggu lalu (22/04) menegaskan pihaknya akan memberikan perlindungan terhadap konsumen dengan melakukan pengawasan secara intensif di semua platform lokapasar.

28
April

Menghadapi pandemi COVID-19, Kedutaan Besar Republik Indonesia ( KBRI)  Colombo fasilitasi repatriasi 335 Warga Negara Indonesia ( WNI)  dari Sri Lanka dan Maladewa kembali ke Indonesia (24/04/2020) Seperti dikutip laman kemlu.go.id (25/4)  para WNI sebagian besar merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di sektor pariwisata di Maladewa dan Sri Lanka

Repatriasi dilakukan dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia yang dicarter khusus atas biaya perusahaan/resor dan WNI secara mandiri melalui fasilitasi KBRI Colombo dan Hayleys Aviation selaku General Sales Agent Garuda Indonesia di Sri Lanka Selain itu /  pesawat yang dicarter tersebut  berangkat dari Colombo pukul 19.30 dengan membawa 42 PMI dari Sri Lanka menuju Male Airport untuk menjemput 293 PMI lainnya di Maladewa Para PMI  tiba di Denpasar keesokan harinya pukul 10.10 WIT Tanggal 24 April 2020 sekaligus menjadi hari yang bersejarah bagi Garuda Indonesia karena mendarat untuk pertama kalinya di Maladewa

Berhentinya operasi perusahaan dan resor-resor di Maladewa membuat repatriasi menjadi jalan terbaik untuk menghindari terlantarnya para PMI di bulan-bulan ke depan KBRI Colombo memanfaatkan momentum ketika cashflow perusahaan dan resor-resor masih cukup baik untuk membiayai kepulangan PMI ke Indonesia Sebagian besar PMI yang bekerja di sektor pariwisata ini tidak akan lagi menerima gaji secara penuh mulai bulan April dan selanjutnya

Sebanyak 80% dari PMI yang dipulangkan merupakan warga Bali, sedangkan sisanya berasal dari beragam daerah, antara lain Surabaya, Makassar dan Lombok Selain repatriasi ke Denpasar, KBRI Colombo juga akan merepatriasi ratusan PMI lainnya dengan tujuan Jakarta yang sementara ini dijadwalkan pada akhir April Komunikasi efektif dengan pihak perusahaan dan resor-resor menjadi sangat penting guna menjamin kelancaran proses repatriasi KBRI Colombo terus mengupayakan berbagai cara melalui koordinasi dengan berbagai pihak di Maladewa demi kemudahan para PMI untuk ikut dalam penerbangan khusus ini

Berdasarkan data imigrasi Maladewa, saat ini tercatat sebanyak 3.151 WNI menetap di Maladewa, yang sebagian besar diantaranya bekerja pada sektor pariwisata, konstruksi, perhotelan dan restoranSementara di Sri Lanka, terdapat sekitar 426 orang WNI yang tercatat oleh KBRI dan imigrasi Sri Lanka

27
April


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan kinerja ekspor komoditas sektor kelautan dan perikanan nasional menunjukkan angka yang menggembirakan di tengah terdampaknya ekonomi global akibat pandemi COVID-19. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Nilanto Perbowo, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, 23 April, mengatakan, nilai ekspor mengalami lonjakan yang besar dibanding periode yang sama 2019. Neraca perdagangan positif tumbuh 10,5 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik , nilai neraca perdagangan hasil perikanan Indonesia pada Maret 2020 mencapai 387,84 juta dolar Amerika. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 3,59 persen dibanding Februari 2020. Bahkan, neraca perdagangan hasil perikanan Maret 2020 meningkat 3,71 persen dibanding Maret 2019. Nilanto menjelaskan, lima negara tujuan utama selama Januari–Maret 2020 ditempati oleh Amerika Serikat , Tiongkok, negara-negara di ASEAN, Jepang serta Uni Eropa.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan, pandemi COVID-19 yang telah menyebar ke berbagai negara sebetulnya bisa menjadi momentum bagi pengusaha perikanan nasional untuk meningkatkan ekspor perikanan. Kebutuhan dunia tetap berjalan, terutama untuk pasar ritel. Yang berkurang adalah tujuan food service untuk hotel dan restoran. Jadi ini peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dengan adanya kebijakan lockdown di berbagai negara. Kendati sejumlah negara memiliki respons yang beragam untuk mencegah penyebaran virus corona, Edhy optimistis ekspor produk perikanan asal Indonesia akan terus terjadi.

Menurut Edhy Prabowo hal itu tak terlepas dari kebutuhan akan protein ikan yang tetap diburu oleh konsumen di manapun sehingga pelaku usaha perikanan diajak untuk mengisi peluang ekspor di tengah pandemi. Edhy Prabowo menambahkan, beberapa kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong ekspor terus diluncurkan, di antaranya meningkatkan  produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui pemberian bantuan benih, bibit, induk, pakan, revitalisasi tambak, sarana rantai dingin dan bakti nelayan kepada pelaku usaha perikanan terdampak COVID-19.

27
April

Tari Burung Enggang atau biasa disebut Tari Enggang adalah sebuah tarian Suku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Tarian ini wajib ditampilkan dalam setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah. Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung enggang. Menurut kepercayaan orang Dayak Kenyah, nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung Enggang. Oleh karena itu, masyarakat Dayak Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung Enggang. Selain menjadi tarian wajib pada upacara-upacara adat Dayak, Tarian Enggang pun kini sering dibawakan sebagai tari selamat datang untuk menyambut para tamu.

Tari Enggang ditarikan oleh wanita-wanita muda Suku Dayak Kenyah. Ketika menari, mereka mengenakan hiasan diatas kepala bermotif burung Enggang dan anting-anting besar. Selain itu, ketika menari, mereka juga memegang hiasan bulu burung Enggang. Mereka pun menari dengan iringan alat musik tradisional, yakni Sampe, Gendang, dan Gong. Sampe adalah alat musik petik khas Dayak.

Gerakan Tari Enggang menggunakan gerakan dasar dari Burung Enggang. Konsep gerakan dikelompokkan dalam 3 gerakan utama, yakni Nganjat, Ngasai dan Purak Barik. Nganjat adalah sebuah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang menyerupai burung enggang gading yang membuka menutup sayapnya. Ngasai adalah gerakan yang menyerupai burung enggang yang sedang terbang. Dan Purak Barik adalah sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan perpindahan tempat. Dalam perkembangannya, ada kreasi baru Tari Enggang, namun kreasi ini tidak terlepas dari makna serta filosofi yang terkadung dalam Tari Burung Enggang.