(voinews)26 Juli kemarin, sebuah festival bertajuk „Festival Kucur“ digelar di Taman Blambangan, Banyuwangi. Festival ini digelar untuk menyajikan aneka kue kucur, jajanan khas Kabupaten Banyuwangi. Dalam festival tersebut, para peserta berlomba menghidangkan kue kucur dengan tampilan dan rasa yang menarik. Menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Festival Kucur digelar untuk melihat kreasi masyarakat. Ternyata kue kucur dapat dibuat dengan konsep yang berbeda dan unik, sehingga daya saing dan nilai ekonomi kue tradisional ini juga naik.
Kue Kucur atau di daerah lain dikenal dengan nama kue Cucur terbuat dari tepung beras dan gula jawa atau gula aren yang digoreng. Kue Cucur memiliki bentuk yang cenderung tebal menggembung seperti gunung di bagian tengah dan tipis di bagian pinggirannya.Karena terbuat dari gula jawa, kue ini berwarna kecoklatan dengan cita rasa manis. Semua lapisan masyarakat mengenal dan menyukai jajanan tradisional itu. Kue kucur banyak disuguhkan saat acara hajatan dan mudah ditemui di berbagai tempat kuliner di Banyuwangi.
Dalam Festival Kucur kemarin, Kue kucur kreasi warga Banyuwangi ini terlihat beraneka. Ada kucur merah putih, kucur pandan wangi, squid ink (kucur dengan pewarna dari ikan cumi), dan kucur warna-warni yang disebut rainbow kucur. Ada juga kucur berbahan red velvet, hijau dari pandan, espresso, dan kucur dengan rasa kopi hingga kayu manis. Semua Pewarna yang digunakan berasal dari bahan dasar alam dan tidak berbahaya. Kue tradisional ini mudah dijumpai di daerah Banyuwangi dengan harga yang relatif terjangkau, sekitar 2 ribu hingga 5 ribu Rupiah per potong.
VOI PESONA INDONESIA Diapit oleh Selat Gaspar dan Karimata, di lepas pantai timur Sumatera, disitulah letak Pulau Belitung yang diberi anugerah banyak pantai memukau dan pemandangan yang luar biasa. Salah satu pantai yang memukau dan menjadi salah satu tujuan wisata menarik adalah Pantai Tanjung Kelayang, di bagian utara pulau, yang merupakan jantung dari kemegahan Pulau Belitung. Bermula dari sebuah pulau yang dihuni oleh beberapa kerajaan yang berkembang, pada tahun 2000, Pulau Belitung dan Pulau Bangka bersatu menjadi provinsi ke-31 di Indonesia dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebelumnya Pulau Bangka dan Belitung adalah bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Meski letaknya terpencil, destinasi Patai Kelayang ini berkembang menjadi resor terpadu yang luas mengikuti kebijakan pemerintah yang menetapkan kawasan tersebut sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan ditetapkan sebagai 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.
Jika Anda berlibur ke Tanjung Kelayang bersiaplah untuk terpesona berbagai spot wisata yang menakjubkan. Ada beberapa tempat yang dapat Anda kunjungi di sekitar Tanjung Kelayang seperti Pulau Lengkuas, Pulau Batu Berlayar, Pantai Tanjung Tinggi, dan Pulau Kepayang. Jarak antar pulau yang berdekatan memudahkan Anda untuk melakukan island hopping dalam satu perjalanan. Panorama pantai khas Tanjung Kelayang dengan pasir putih, batuan granit besar, dan jernihnya air laut berwarna hijau kebiruan siap memikat setiap mata yang berkunjung. Selain itu, Tanjung Kelayang juga memiliki Desa Nelayan Tanjung Binga. Bagi Anda yang ingin tahu seputar keseharian nelayan, memancing, dapat berinteraksi bersama penduduk lokal daerah tersebut.
Cara terbaik untuk mengenal suatu wilayah, salah satunya adalah melalui makanannya. Makanan yang wajib Anda cicipi ketika anda berada di Tanjung Kelayang adalah Gangan ikan dan ketam isi yang merupakan olahan daging kepiting yang diberi bumbu lalu dibalut kembali dengan cangkangnya. Selain makan di sana, kuliner khas Belitung seperti ketam isi dalam bentuk frozen, belacan ( terasi), sambal lingkung, sirup jeruk kunci, dodol, ikan asin jambal roti, kerupuk siput gonggong dan kopi juga bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Untuk mencapai Tanjung Kelayang, cara terbaik adalah pertama menuju Bandara Tanjung Pandang Belitung dan membutuhkan waktu 45 menit penerbangan dari Jakarta. Kemudian dari Bandara menuju Tanjung Kelayang membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit hingga satu jam perjalanan. Perjalanan Anda dijamin tidak akan bosan karena sepanjang jalan akan ditemani panorama yang indah.
VO PESONA INDONESIA Ronggamerupakansebuah suku kecil yang berada di pesisir pantai selatan Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, pulau Flores. Suku ini punya punya tarian khas bernama Vera. Tarian Vera memiliki gerakan yang unik dan berisi sejumlah nyayian puitik bernada magis, sebagai bentuk refleksi hubungan antara manusia dan arwah leluhur.Tarian Vera awalnya dipentaskan untuk memperingati arwah orang yang sudah meninggal. Tarian ini diadakan setelah hari kematian hingga acara penguburan. Namun, tidak semua orang meninggal yang dipestakan diperingati dengan tarian ini. Vera hanya berlaku bagi orang terhormat atau tetua adat yang berasal dari suku tertentu dan rumah adat tertentu. Namun, berjalannya waktu, tarian ini semakin berkembang, dan kini ada beberapa jenis tarian. Ada tarian Vera untuk kedukaan, ada juga yang untuk mengungkapkan rasa syukur. Tarian Vera juga dipentaskan sesuai konteks, misalnya saat perayaan Sakramen Krisma. Tarian ini kini bebas dipentaskan pada berbagai upacara, seperti upacara Kemerdekaan Republik Indonesia, festival budaya di Kabupaten Manggarai Timur dan Flores.
Peserta tarian Vera adalah kaum lelaki dan perempuan. Bila Vera dilakukan pada acara wela Kamba atau upacara kematian maka yang melakukan tarian ini hanya pihak keluarga inti suku yang bersangkutan dengan pasangannya masing-masing. Para penari Vera pada umumnya berpakaian putih, baik untuk kaum laki-laki maupun perempuan. Namun, kini pakaiannya sudah bervariasi yaitu pakaian berwarna putih untuk laki-laki dan baju berwarna pink bagi penari perempuan ditambahkan dengan selendang dan kain tradisional Songke.Selain itu, penari laki-laki memakai topi dan penari perempuan memakai ‘Neo Weti’ atau keranjang kecil yang terbuat dari daun lontar muda ditaruh di kepala.
Tarian Vera dipimpin oleh seorang yang disebut Noa Lako. Penari perempuan dan laki-laki menari searah dengan membentuk sebuah lingkaran. Peserta perempuan berdiri berjejer sambil menyilang tangannya kiri dan kanan memegang tangan peserta lain. Mereka menjalankan tarian ini secara bersamaan sambil menyilang kedua tangannya dan memegang erat peserta lainnya diiringi gerakan di tempat sambil sesekali berjingkrak ke arah kanan, mengelilingi Loka Vera atau lokasi tarian Vera sebanyak tujuh kali. Sementara peserta lelaki berada di belakang peserta perempuan mengikuti pergerakan perempuan dengan berjalan sambil menyanyikan sejumlah lirik Vera yang nantinya diikuti sahutan pihak perempuan. Biasanya dalam setiap Vera selalu diawali dengan nyanyian berupa syair yang menceritakan silsilah nenek moyang dan asal usulnya.
Bentang alam Gunungkidul terdiri dari dataran tinggi dan bergunung-gunung, didominasi pegunungan karst atau kapur yang membentang hingga ke arah selatan Pulau Jawa, serta terbagi kedalam 3 topografi wilayah. Zona Selatan di Gunung kidul didominasi oleh bukit kapur yang berbentuk mengerucut dengan ketinggian hingga 300 meter diatas permukaan laut. Sementara pada Zona Tengah, anda dapat menemukan air terjun yang menarik serta sejumlah objek wisata budaya. Dan terakhir, Zona Utara yang berada pada ketinggian antara 200 hingga 700 meter diatas permukaan laut. Berwisata ke Zona Tengah Gunung Kidul anda akan menemukan berbagai Air Terjun indah. Salah satunya Air Terjun Gedad.
Air Terjun Gedad atau kerap disebut ATG oleh masyarakat sekitar, merupakan salah satu wisata baru yang terletak di dusun Gedad, desa Banyusoco, kecamatan Playen, Gunung Kidul. Disebut Air Terjun Gedad, karena air terjun ini berlokasi di dusun Gedad. Ada pula yang menyebutnya air terjun Banyusoco atau Air Terjun Playen yang juga berdasarkan nama desa dan kecamatan dari lokasi air terjun tersebut. Air Terjun Gedad berada di balik tebing kapur, tepatnya setelah melewati jalan menurun di sebelah kiri air terjun tadi. Sesampainya di lokasi Air Terjun Gedad, Anda akan disuguhi panorama air terjun yang menawan. Air terjunnya jernih dan bersih dari perbukitan kapur. Aliran air terjunnya deras menghantam bebatuan yang besar.
Air Terjun Gedad punya keunikan tersendiri, meski ketinggiannya hanya 10 hingga 15 meter. Dindingnya lebar, serta bertingkat-tingkat sehingga air terjun turun seperti keluar dari dinding-dinding. Pesona alam ini menjadi pemandangan indah dan sangat keren jika menjadi latar atau background foto anda. Jembatan-jembatan dari kayu dan bambu serta pohon-pohon Kelapa yang tinggi menjulang, menambah eksotis lokasi air terjun tersebut. Di atas air terjun Gedad terdapat sebuah pesantren peninggalan kyai Dardak, sesepuh dusun tersebut. Selain berfoto, anda bisa menikmati kesegaran air terjun ini.
dari pusat kota Yogyakarta, letaknya sekitar 50 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 2 jam perjalanan. Untuk menikmati pesona alam Air Terjun Gedad, anda tidak perlu membayar tiket masuk, tetapi bila anda menggunakan kendaraan pribadi akan dikenakan biaya parkir sebesar Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 2.000 untuk motor.