ofra voi

ofra voi

08
June

VOI WARNA WARNI Institut Teknologi Surabaya-ITS senantiasa berinovasi dengan robot RAISA yang melayani pasien penderita covid 19. Setelah melakukan beberapa kali pemuktahiran, kini RAISA dilengkapi dengan penyemprot desinfektan. Banyaknya material bekas pasien Covid-19 dan Alat Pelindung Diri tenaga medis yang sudah tak terpakai tidak bisa dibuang begitu saja, harus melalui sterilisasi terlebih dahulu. Berangkat dari hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali meluncurkan versi terbaru dari Robot Medical Assistant ITS – Airlangga (RAISA) yang dilengkapi alat penyemprot disinfektan di Gedung Pusat Robotika ITS. Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari memaparkan bahwa saat ini pada protokol rumah sakit penggunaan APD ada jangka waktunya, sehingga apabila keluar ruangan saja harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal ini agar bisa mengurangi tugas tenaga medis dan meminimalisasi terpaparnya virus yang menempel pada APD. 

Dengan dua robot sebelumnya yang sudah bekerja di RSUA, pemasangan alat disinfektan pada versi ketiga ini juga bisa digunakan untuk mensterilkan kamar pasien dan lorong-lorong rumah sakit. Salah satu tim peneliti RAISA, Rudy Dikairono ST MT mengungkapkan, masih dengan spesifikasi yang sama, robot ini yang sebelumnya basic service untuk melayani pasien, diganti dengan penambahan alat penyemprot disinfektan. Selain itu, RAISA sudah berbahan stainless steel yang dipastikan juga tahan air.

Rudy juga menerangkan, penyemprotan disinfektan oleh RAISA dapat dikendalikan jarak jauh melalui remote control. Tim juga sedang mengembangkan sistem semi autonomous. Dengan sistem ini akan bisa diterapkan apabila pada lantai diberikan sensor tertentu seperti lintasan yang ditempelkan ke lantai, sehingga robot dapat secara otomatis tahu ke kamar mana ia akan berjalan. Nantinya, robot ini akan bisa melayani setiap ruangan satu robot, dan dapat berpindah antara satu kamar ke kamar yang lainnya. Pengembangan RAISA ini dilakukan karena sesuai dengan permintaan kondisi yang ada di RSUA. Rumah sakit saat ini sudah bergerak cepat dan kebutuhan teknologi ada untuk mempermudah tugas para petugas medis.

 

08
June

VOI PESONA INDONESIA Pulau Labengki terletak di Desa Labengki, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jaraknya sekitar 70 kilometer dari pusat kota Kendari. Pulau ini terdiri dari beberapa gugusan pulau karang besar serta pulau karang kecil.

Dari pusat kota Kendari, Anda bisa langsung menuju ke Pelabuhan Kendari. Dari pelabuhan, Anda bisa menyewa sebuah kapal untuk menuju ke Pulau Labengki. Tarif sewanya berbeda-beda tergantung kesepakatan Anda dengan si pemilik kapal. Perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih 4 hingga 5 jam, tergantung kondisi cuaca.

Pulau Labengki dihuni oleh suku Bajo. Pulau ini memiliki panorama alam yang indah dengan hamparan pasir putih dan air laut yang jernih. Tidak hanya daratannya saja yang indah, Labengki juga menyimpan keindahan bawah laut. Disini banyak spot-spot menyelam yang indah. Anda akan melihat biota laut Labengki yang masih sangat alami.

Di perairan sekitar pulau bisa ditemui berbagai spesies kima atau kerang raksasa. Spesies Kima di pulau ini dikenal sebagai spesies Kima terbesar di dunia, sehingga kawasan pulau Labengki juga dijadikan tempat penelitian, konservasi dan penangkaran Kima.

selain menyelam, aktivitas lain yang bisa dilakukan di Labengki adalah memancing. Jenis ikan yang bisa ditangkap sangat variatif, di antaranya kerapu, barakuda, ikan layar, tuna sirip kuning, dan kakap merah. Hasil tangkapan ikanpun dapat langsung anda bakar dan menjadi menu santapan makan malam anda.

07
June

Indonesia terpilih sebagai salah satu negara yang mendapat penghargaan dari UNDP atau Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB). Penghargaan Equator Prize 2020 terkait inisiatif lingkungan hidup dari UNDP ini diberikan kepada Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) dan diumumkan pada 5 Juni bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Komunitas masyarakat adat tersebut terdiri dari 11 kelompok adat yang berada di area seluas 20.000 kilometer persegi di lingkungan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara, yang berbatasan langsung dengan wilayah Sabah, Malaysia. UNDP Indonesia dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta Jumat menulis, Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA)  berhasil mengadvokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia, di mana pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.

Equator Prize sendiri adalah penghargaan yang diberikan untuk 10 komunitas lokal dan masyarakat adat dari seluruh dunia yang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi masalah keanekaragaman hayati serta perubahan iklim. Komunitas adat lain yang memenangkan penghargaan itu berasal dari Kongo, Ekuador, Guatemala, Kenya, Madagaskar, Meksiko, Thailand, serta Kanada dan Myanmar untuk pertama kalinya.

Mereka terpilih dari total 583 nomine yang berasal dari 120 lebih negara. Seleksi dilakukan  oleh Komite Penasihat Teknis independen yang terdiri dari para pakar internasional. Para pemenang itu masing-masing mendapatkan dana sebesar 10.000 dolar AS (sekitar Rp140 juta) serta kesempatan untuk bergabung dalam serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB, juga Pekan Iklim Global pada akhir September mendatang.

Administrator UNDP, Achim Steiner, dikutip dari keterangan yang sama mengatakan ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali negaranya setelah pandemi COVID-19, cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim menjadi lebih penting daripada sebelumnya.



07
June

Sulawesi Tenggara menyimpan banyak wisata alam, salah satunya adalah Pulau Bokori. Pulau ini terletak di tengah lautan luas. Pulau kecil yang indah ini terletak di kecamatan Soropia dan di depan tanjung SoropiaDahulu pulau ini didiami oleh orang-orang suku Bajo. Suku Bajo yang kadang disebut juga suku Bajau merupakan suku laut, yang menggantungkan hidupnya dari laut dan memiliki kehidupan yang tak pernah jauh dari laut. Kemudian suku Bajo ini berpindah ke tempat lain. Pulau Bokori saat ini menjadi salah satu objek wisata unggulan Sulawesi Tenggara

pulau Bokori terkenal dengan pasir putihnya yang panjang dan juga memukau pengunjung Selain itu di pulau ini terdapat juga sebuah lapangan yang pada waktu air laut sedang pasang, maka lapangan tersebut akan terisi air laut sehingga akan tampak seperti danau di tengah laut Keindahan dan ketenangan yang di dapat serta birunya laut berpadu dengan putihnya pasir membuat pantai ini benar -benar menjadi unggulan obyek wisata ini

Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk sampai ke Pulau Bokori. Cara pertama adalah menggunakan transportasi laut dari pelabuhan Kendari langsung ke pulau ini. Sedangkan cara ke dua adalah menggunakan transportasi darat dari Kendari menuju perkampungan Suku Bajo Sedangkan dari pusat kota ke perkampungan Suku Bajo hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit Di sini banyak penduduk setempat menyediakan jasa antar ke Pulau Bokori. Tarifnya juga terbilang murah, dengan membayar kira-kira Rp. 30,000 per orang, anda sudah mendapatkan layanan antar jemput

Selain karena daya tarik pasirnya yang putih, Pulau Bokori juga menjadi tempat ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati, jika laut sedang dalam kondisi tenang dan gulungan ombaknya yang tidak terlalu tinggi. Tetapi jika ingin berenang lebih jauh ke tengah laut, sebaiknya berhati-hati agar tidak menginjak bulu babi. Bagi anda yang memiliki hobi memancing, anda bisa menyewa perahu nelayan dan memancing sekitar pulau, atau bisa juga hanya mendayung sambil mengitari pulauBagi anda yang suka fotografi, pulau ini juga cocok untuk objek pemotretan, apalagi dengan pemandangan matahari tenggelam yang cantik.