23 Juli diperingati di Indonesia sebagai Hari Anak Nasional (HAN) sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984. Peringatan HAN dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia. Diharapkan anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.
HAN dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian semua warga bangsa Indonesia, baik orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, media massa dan pemerintah terhadap pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak. Diharapkan anak Indonesia yang berjumlah 79,6 juta pada tahun 2018 dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas tinggi. Untuk itu, tema yang ditetapkan dalam Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2019 adalah pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak. Diharapkan momen Perayaan HAN 2019 ini diselenggarakan untuk menggugah semua kalangan akan pentingnya peran, tugas dan kewajiban masing-masing dalam memenuhi hak dan melindungi anak-anak.
HAN dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian semua warga bangsa Indonesia, baik orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, media massa dan pemerintah terhadap pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak. Diharapkan anak Indonesia yang berjumlah 79,6 juta pada tahun 2018 dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas tinggi. Untuk itu, tema yang ditetapkan dalam Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2019 adalah pentingnya kualitas keluarga dalam perlindungan anak. Diharapkan momen Perayaan HAN 2019 ini diselenggarakan untuk menggugah semua kalangan akan pentingnya peran, tugas dan kewajiban masing-masing dalam memenuhi hak dan melindungi anak-anak.
Ajang tahunan Solo Batik Carnival-SBC kembali dihelat di Solo, Jawa Tengah. Penyelenggaraan SBC ke XII tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Para peserta akan menunjukkan kemegahan kostum yang menggambarkan negara asal mereka. Ada 11 negara di Asia Tenggara yang dilibatkan dalam ajang yang diselenggarakan di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, pada 27 Juli 2019 mendatang. Ke-11 negara yang dilibatkan dalam ajang ini yaitu, Indonesia, Filipina, Malaysia, Myanmar, Brunei Darussalam, Laos, Vietnam, Kamboja, Timor Leste, Thailand dan Singapura.
SBC 2019 mengambil tema "Suvarna Bhumi the Golden of ASEAN". Suvarna Bhumi memiliki arti "Negara Emas". Menurut Susanto, Ketua Yayasan SBC, dengan mengangkat tema tersebut, SBC XII dapat diibaratkan sebagai 'emas' yang berharga dan dicari banyak orang. Selain menjadi daya tarik tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta Hasta Gunawan mengatakan, SBC termasuk top 100 event pariwisata nasional di Indonesia. Pihaknya berharap penyelenggaraan SBC mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Solo.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan Solo kepada dunia. Yang unik, masing-masing delegasi akan menampilkan karakter khas negaranya pada kostum yang mereka pakai. Tentunya kostum tersebut menggunakan motif dasar batik yang megah. Seperti delegasi Malaysia yang menampilkan menara kembar Petronas. Ataupun delegasi Thailand yang menampilkan karakter gajah pada kostumnya. Para peserta akan berjalan menyusuri Jalan Slamet Riyadi sepanjang empat kilometer.
Edisi kali ini, akan membahas sebuah lagu dari Glenn Fredly.
Glenn Fredly mulai terjun ke dunia musik Indonesia sejak tahun 1995 ini, masih aktif menghasilkan sebuah karya. Lagu terbarunya berjudul “Kembali Ke Awal” baru dirilis 18 Juli 2019 lalu. Lagu yang ditulis sendiri oleh Glenn ini dirilis sebagai salah satu soundtrack film layar lebar yang diangkat dari sebuah novel karya Ika Natassa, “Twivortiare”. Sebenarnya Glenn tidak menciptakan lagu “Kembali ke Awal” secara khusus untuk soundtrack film tersebut. Namun karena lirik dan mood lagu ini selaras dengan kisah romansa sepasang kekasih dalam film “Twivortiare”, lagu tersebut akhirnya menjadi sebuah soundtrack dalam film tersebut.
Lagu yang diproduseri oleh Ifa Fachir ini menceritakan tentang retrospektif sebuah hubungan dimana dalam sebuah hubungan kita harus memandang pada dua sisi. Introspeksi atas ego pribadi menjadi titik fokus penting untuk keluar dari sebuah permasalahan.
Festival Bumi Rafflesia merupakan satu dari Top 100 Calender of Event 2019 Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kegiatan ini digelar di Kawasan Sport Center Pantai Panjang Provinsi Bengkulu pada tanggal 18 hingga 22 Juli 2019. Selain menampilkan seni dan budaya, acara tahunan yang rutin digelar oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu ini juga menghadirkan atraksi musik dhol, Bengkulu Fashion Carnival, Lomba Lukis On the Spot, dan motocross atau Ngetrail Jelajah Bumi Rafflesia. Tak hanya dari dalam negeri, enam perwakilan negara sahabat turut hadir memeriahkan acara ini, yakni Korea, Singapura, Malaysia, India, Amerika dan Jepang.
Gubernur Provinsi Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, meskipun sudah menjadi agenda tahunan, namun ini merupakan pertama kalinya Festival Bumi Rafflesia masuk ke dalam event Wonderful Indonesia Kemenpar. Oleh karena itu, Rohidin berharap acara ini digarap serius. Ia juga berpesan untuk menggaungkan Bunga Rafflesia yang menjadi ikon provinsi Bengkulu kepada seluruh undangan.
Hal senada diungkapkan Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono. Menurutnya, tidak mudah untuk masuk Top 100 Calender of Event Wonderful Indonesia, karena harus melewati kurasi yang ketat. Karena, event itu harus benar-benar memukau.
Ketua Calender of Event 2019 Kemenpar Esthy Reeko Astuty memastikan, Festival Bumi Rafflesia tahun 2019 akan berjalan lebih baik dan meriah dibanding tahun sebelumnya. Menurut Esthy acara ini juga diramaikan dengan pameran produk UMKM Bengkulu, stand kuliner dan kopi, serta hiburan musik akustik. Esthy mengatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya pernah menyampaikan pada event Festival Tabut tahun 2018 lalu, bahwa Bengkulu sudah memiliki atraksi kelas dunia, yaitu Bunga Rafflesia. Untuk itu, Festival Bumi Rafflesia terpilih sebagai ikon daerah Provinsi Bengkulu.