Binarundak adalah salah satu jenis makanan khas di wilayah kelurahan Motoboi Besar, kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara. Untuk sebagian besar warga Sulawesi Utara menyebut Barundak ini dengan sebutan Nasi Jaha, atau di Gorontalo dikenal dengan sebutan Nasi Bulu. Di beberapa tempat di pulau Sumatra, Binarundak ini dikenal dengan sebutan Lemang.
di kelurahan Motoboi Besar, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara, Binarundak sudah menjadi Ikon. Di sini telah berdiri sebuah Tugu Binarundak dengan tinggi 18 meter, besar lingkaran bangunan 70 centimeter dan garis tengah alas seluas 1 ½ meter. Tugu yang diresmikan oleh Wali Kota Kotamobagu pada tanggal 2 Agustus 2014 ini berdiri tegak dan kokoh di tengah kampung.
Makan binarundak di kelurahan Motoboi Besar sudah menjadi tradisi tersendiri. Biasanya 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri warga setempat selalu menggelar perayaan Lebaran Binarundak. Tradisi Binarundak ini sengaja dibuat oleh warga yang pulang mudik dari rantau , seperti dari Jawa, Sumatra kalimantan dan daerah-daerah lainnya. Selain menjadi rangkaian perayaan Idul Fitri, tradisi ini juga merupakan ajang bermaaf-maafan sebelum pemudik kembali ke tempat perantauannya.Pada puncak perayaannya, berton-ton sabut kelapa dan bahan Binarundak disiapkan warga untuk pembuatan Binarundak. Pengolahan Binarundak ini terbilang unik. Bahan –bahan Binarundak yang terdiri dari beras ketan dicampur dengan racikan rempah dan bumbu seperti bawang merah, jahe, serai, dan santan. Kemudian campuran beras ketan dan bumbu tersebut dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang. Setelah itu bambu tersebut dibakar dengan menggunakan sabut kelapa bercampur tempurung. Sepanjang proses pembuatan Binarundak, masyarakat bergantian membakar ataupun membolak-balikkan makanan khas itu agar masaknya merata. Saat pembakaran Binarundak , asap tebal mengepul sepanjang jalan. Pada saat ini, di antara mereka yang belum sempat saling berkunjung pada saat lebaran Idul fitri, menggunakan kesempatan tersebut untuk saling bersilahturahmi.
menjelang sore, sebagian besar Binarundak yang telah matang diangkut oleh panitia yang bertugas untuk dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan. Di beberapa pos, sebagian Binarundak di sisihkan dan disajikan untuk langsung disantap bersama.
Ngawi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten yang berada di paling barat provinsi Jawa Timur ini bisa menjadi tujuan wisata anda ketika berkunjung ke Indonesia. Objek-objek wisatanya beragam, dari Air Terjun, Perkebunan Teh, Gunung, Sumber Air Panas hingga Situs Sejarah. Tak hanya objek wisatanya yang beragam, kuliner tradisionalnya pun cukup banyak yang bisa anda nikmati. Ada Tahu Tepo, Wedang Cemue, Sate Ayam Ngawi hingga Nasi Pecel Ngawi. Diantara beragam kuliner khasnya, Tahu Tepo menjadi kuliner yang banyak diburu wisatawan ketika berkunjung ke Ngawi. Asal Nama Kuliner Ngawi ini berasal dari bahasa Jawa. Dalam Bahasa Jawa, tepo berarti kerucut. Kerucut itu merujuk pada bentuk lontongnya. Lontong terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun pisang. Selain lontong, Tahuu Tepo terdiri dari telur goreng, tahu goreng, tauge, kol, dan bawang goreng. Semua bahan makanan ini dipotong-potong dan dicampur di dalam piring. Kemudian ditaburi kacang tanah goreng. Lalu bumbu kacang dan kuah gula merah disiram ke bahan-bahan tahu tepo. Menikmati tahu tepo juga akan terasa lengkap dengan sajian tahu yang digoreng dengan adonan telur dadar. Kerupuk juga bisa dipilih sebagai teman menyantap tahu tepo.
Saat dicicipi, rasa pedas dan manis kuah begitu terasa. Rasa asam juga sedikit terasa dari kuah tahu tepo yang berasal dari cuka. Kuah cair tahu tepo terbuat dari bahan-bahan seperti bawang putih, gula merah, garam, lengkuas, daun salam, dan laos. Semua bahan tersebut dididihkan dengan air, lalu disiram ke seporsi tahu tepo. Selain itu tekstur teponya yang lembut dipadukan dengan tahu telurnya yang gurih tentu memberikan sesasi tersendiri saat kita menyantapnya. Sensasi menyantap tahu tepo juga terasa lengkap dengan sajian tahu yang digoreng dengan adonan telur dadar. Kerupuk juga bisa dipilih sebagai teman menyantap tahu tepo.
Tahu Tepo merupakan kuliner khas Ngawi yang sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Kuliner ini biasanya dijajakan dari sore hinga malam hari. Harganya relatif murah, sekitar Rp. 12.000 per porsi. Tahu tepo juga sering hadir dalam acara-acara keluarga maupun pemerintahan di Ngawi. Selain itu, kuliner ini juga banyak diburu oleh masyarakat Ngawi maupun di luar Ngawi. Bahkan, tak jarang tahu tepo dibeli untuk oleh-oleh. Kuahnya bisa bertahan beberapa hari.
Keputusan Presiden nomor 39 tanggal 15 September 2014 menetapkan tanggal 29 Juni tiap tahunnya dirayakan sebagai Hari Keluarga Nasional. Peringatan Hari Keluarga Nasional untuk pertama kalinya dirayakan di propinsi Lampung. Tahun ini, puncak perayaan di kota Manado. Tepatnya di Area Pohon Kasih, Kawasan Megamas , dengan tema “Hari Keluarga : Hari Kita semua” dengan tagline “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”.Tema tersebut memiliki maksud pentingnya mencintai dalam keluarga dan pentingnya perencanaan dalam membangun keluarga. Hari Keluarga Nasional-Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Menurut Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah-Kalteng Kusnadi, Harganas mengingatkan keluarga-keluarga akan tugas mereka. Karena dari keluargalah dihasilkan manusia yang berkualitas .Penyelenggaraan peringatan Harganas setiap tahunnya bertujuan untuk meningkatkan peran serta pemerintah, pemerintah daerah, mitra kerja, dan swasta tentang pentingnya fungsi keluarga.Sebelum pelaksanaan acara puncak Harganas tersebut, akan diadakan sejumlah kegiatan. Diantaranya, bakti sosial berupa pelayanan KB, khitanan massal, dan donor darah. Ada juga pengobatan gratis, seminar eksekutif nasional, seminar kesehatan, gelar dagang dan kuliner, jalan sehat dan senam bersama, dan penyematan penghargaan.Kegiatan-kegiatan tersebut di helat di dua daerah, yaitu Minahasa dan Manado.Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Edwin Silangen pada puncak acara peringatan, rencananya Presiden RI Joko Widodo akan memberikan penghargaan Satya Lencana Pembangunan juga bantuan beasiswa. Selain itu, dalam rangkaian acara juga digelar "Taman Keluarga" yang diisi dengan sepeda santai, sarapan bersama, penyuluhan, ruang konsultasi keluarga dan kesehatan, ruang bermain anak, nikah massal, dialog interaktif dengan Presiden RI Joko Widodo, pameran, bazar, serta beragam hiburan kesenian.Peringatan Harganas ke-25 kali ini berbeda dari sebelumnya di mana porsi acara seremonial formal akan semakin sedikit. Sebaliknya, porsi acara kasual non-formal akan diperbesar. Harganas XXV di Bumi Nyiur Melambai ini akan mengutamakan keceriaan dan kebersamaan keluarga Indonesia.
Bagi anda penggemar makanan pedas dan menyegarkan, anda wajib mencoba kuliner bernama Rujak. Kuliner ini terbuat dari paduan buah-buahan manis dan menyegarkan, serta bumbu yang pedas. Rasanya yang nikmat dan segar dapat membantu mengembalikan semangat anda yang mulai pudar. Dengan memadukan aneka buah-buahan segar, kudapan ini juga sangat sehat untuk dikonsumsi. Mencoba Rujak di Indonesia, anda akan menemukan berbagai jenis Rujak dengan kekhasannya masing-masing di tiap daerah. Misalnya saja, jika berwisata kuliner ke Cirebon, Jawa Barat, anda akan menemukan jenis rujak yang khas bernama Rujak Donggala.
Konon nama donggala berasal dari perpaduan isian kedondong, mangga, dan pala. Namun, saat anda menyantap rujak Donggala, ternyata tidak ada buah pala dalam rujak tersebut. Rujak khas Cirebon ini merupakan perpaduan antara manisan buah dan asinan sayuran. Proses pembuatan Rujak Donggala cukup panjang, buah kedondong, mangga muda, bengkuang, dan pepaya muda terlebih dahulu dijadikan manisan. Buahnya direndam di air gula dan kapur sirih hingga semalaman. Untuk sayuran, seperti sawi asin dan mentimun dibuat asinan dengan dicuci dan dimasak di air garam. Asinan adalah makanan yang dibuat melalui pengasian dengan garam. Sayuran lainnya, seperti sawi dan kol direbus dengan air kelapa.
Setelah sayur dan buah siap, kemudian disatukan di atas mangkuk. Lalu ditambahkan tauge segar, kacang goreng, dan bubuk cabai jika perlu. Selanjutnya bagian yang sangat penting adalah mengguyur kuah gula ke atas mangkuk. Kuah gula terbuat dari gula merah asli, tanpa cuka. Kuah gula diklaim aman bagi anda yang rawan sakit tenggorokan, atau batuk. Ketika disantap, Rujak donggala ini terasa manis bercampur pedas tipis dan terasa menyegarkan. Sayur kol terasa asin saat di kunyah. Rasa dari buah pepaya dan kedondong mengimbangi rasa asin dengan manis.
selain enak dan menyegarkan, rujak Donggala kaya akan serat yang dapat melancarkan pencernaan. Bagi anda yang tertarik menikmati kuliner khas Cirebon ini, Anda bisa mendapatkan rujak donggala di beberapa pasar tradisional Cirebon, antara lain Pasar Pagi dan Pasar Kanoman. Satu porsinya Rp 8.000. Anda juga bisa membawa pulang kuliner ini sebagai oleh-oleh, karena Rujak Donggala awet hingga dua hari diluar kulkas. Jika disimpan di dalam kulkas, tentu Rujak Donggala akan bertahan lebih lama.