Pemerintah Afghanistan membebaskan hampir 200 anggota Taliban yang mereka tahan. Pejabat pemerintah mengatakan langkah itu dilakukan agar negosiasi perdamaian yang lama tertunda dapat segera terlaksana. Hal itu dikatakan pejabat pemerintah Afghanistan yang menolak namanya disebutkan, Rabu (2/9). Pemerintah Afghanistan mengambil 200 dari 400 tahanan 'garis keras' Taliban yang nasibnya menahan proses negosiasi, salah satu langkah untuk mengakhiri perang selama dua dekade di negara itu. Para tahanan dibebaskan dari penjara utama di ibu kota Kabul pada Senin (31/8) dan Selasa (1/9) sore. Pejabat tersebut mengatakan di saat yang sama Taliban membebaskan enam anggota pasukan khusus Afghanistan. Tahanan yang berjumlah 400 orang adalah sisa dari 5.000 tahanan Taliban yang pemerintah Afghanistan bebaskan untuk memenuhi perjanjian antara Amerika Serikat (AS) dan kelompok pemberontak itu pada bulan Februari lalu.REPUBLIKA
Rusia sedang mengembangkan drone baru yang berfungsi sebagai wingman otonom bagi pilot. Rusia juga membuat beberapa desain pesawat udara tak berawak atau drone baru, termasuk Grom dan Helios, oleh perusahaan Koronstadt Group yang dipresentasikan pada pameran senjata Army 2020 di Moskow. Perancang umum di Kronstadt Group, Nikolai Dolzhnekovm mengatakan kepada Sputnik News bahwa Grom dirancang untuk memberikan dukungan bagi jet tempur Sukhoi Su-35 dan Su-57. Grom memiliki berat sekitar tujuh ton dan memiliki muatan hingga 500 kilogram. Hal itu dikatakan seorang analis di Center for a New American Security, Samuel Bendett, dilansir EurAsian Times, Rabu (2/9). Drone lain yang sedang dikembangkan adalah Helios. Sementara itu Amerika Serikat (AS) juga tak mau kalah dengan Rusia. Negeri Paman Sam itu sedang mengembangkan drone yang berfungsi sebagai rekan tim otonom untuk pesawat berawak dengan nama American Valkyrie.REPUBLIKA
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengkhianati dunia Islam dan Palestina karena mencapai kesepakatan menormalkan hubungan dengan Israel. Otoritas Iran dengan keras mengkritik kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) itu. Hal itu dikatakan Khamenei dilansir Aljazirah, Rabu (2/9). Beberapa pejabat Iran memperingatkan bahwa normalisasi hubungan antara UEA dan Israel dapat berisiko menimbulkan kekacauan di Timur Tengah. Palestina dengan keras menentang normalisasi karena melemahnya penolakan tradisional Arab untuk mendukung pembentukan negara Palestina merdeka. Dukungan Arab masa lalu itu adalah salah satu dari sedikit keuntungan Palestina dalam pembicaraan damai yang hampir mati dengan Israel. Seorang pejabat UEA menolak berkomentar terkait pernyataan dan kritik tajam dari Khamenei. Namun seorang pejabat Kementerian Luar Negeri UEA, Jamal al-Musharakh, mengatakan jalan menuju perdamaian tidak harus dengan ujaran kebencian.REPUBLIKA