Korban tewas akibat ledakan besar yang mengguncang Beirut pada Selasa telah mencapai 100 orang dan ada lebih banyak korban lainnya berada di bawah puing-puing. Hal itu disampaikan oleh Kepala Palang Merah Lebanon George Kettaneh kepada stasiun televisi lokal LBCI pada Rabu.George Kettaneh mengatakan bahwa pihak Palang Merah sedang berkoordinasi dengan kementerian kesehatan untuk mengambil jenazah korban karena para petugas dari rumah sakit kewalahan menanganinya.
Sebelumnya, sebuah ledakan besar di dekat pusat Beirut menciptakan goncangan ke penjuru ibu kota Lebanon itu, menghancurkan kaca di rumah-rumah penduduk dan menyebabkan balkon apartemen runtuh. Kemudian Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan, lokasi terjadinya ledakan amat masif yang mengguncang Ibu Kota Beirut tersebut. Aoun menyebut penimbunan zat kimia bersifat eksplosif tersebut tidak dapat diterima, karena dilakukan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek keamanan. ANTARA
Penduduk Ibu Kota Beirut, Libanon, dikejutkan oleh sebuah ledakan dahsyat yang terjadi pada Selasa (4/8) tepat pukul 18.07 waktu setempat. Menurut kronologi yang dilansir CNN, Rabu (5/8), ledakan tersebut menyebabkan kebakaran besar di dekat pelabuhan kota. Setidaknya 78 orang dinyatakan meninggal dalam insiden tersebut. Sedangkan korban luka mencapai angka 4.000 orang. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan ledakan tersebut berasal dari gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat yang berdaya ledak tinggi. Bahan kimia itu disimpan di gudang selama enam tahun terakhir.
Kepala keamanan umum Libanon mengatakan bahan peledak tersebut merupakan barang sitaan bertahun-tahun lalu dari sebuah kapal. Hal ini diungkap setelah sebelumnya ada laporan berbeda terkait asal mula ledakan. Awalnya kebakaran dikira terjadi karena sebuah gedung dekat pelabuhan yang banyak menyimpan petasan. Kebakaran yang disebabkan dari ledakan tersebut termasuk dahsyat, hingga merusak bangunan berjarak 10 kilometer dari sumber ledakan. CNN INDONESIA
Ledakan di Lebanon memicu kerusakan pada Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman di Beirut. Dilaporkan ada staf Kedubes Jerman yang mengalami luka-luka akibat ledakan besar itu. Demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Jerman, seperti dilansir AFP, Rabu (5/8/2020). Tidak disebut jumlah pasti staf Kedubes Jerman yang luka-luka akibat ledakan ini. Belum diketahui juga apakah ada warga Jerman yang menjadi korban jiwa dalam ledakan ini. Sejauh ini, otoritas Lebanon mengumumkan 78 orang meninggal dan sekitar 4 ribu orang lainnya luka-luka akibat ledakan ini.
Diketahui Kedubes Jerman terletak tak jauh dari pelabuhan Beirut yang menjadi lokasi ledakan pada Selasa (4/8) waktu setempat. Kementerian Luar Negeri Jerman menyebut gedung kedutaan mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut. Secara terpisah, Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyatakan pemerintahannya 'hancur mengetahui laporan dan gambar' yang muncul dari Lebanon usai ledakan hebat terjadi. Merkel juga menjanjikan bantuan untuk Lebanon. DETIK
Kementerian Luar Negeri Tiongkok (MFA) mendesak Amerika Serikat menjelaskan aktivitas bio militernya secara global di tengah perhatian dunia internasional. Juru bicara MFA Wang Wenbin dalam pernyataan persnya, Selasa, menyebutkan, Amerika Serikat juga seharusnya memperhatikan Konvensi Senjata Biologi (BWC) di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak menghalangi negosiasi protokol konvensi tersebut.
Amerika Serikat harus bersikap transparan dan bertanggung jawab atas kegiatan militernya di seluruh dunia, kata Wang, ketika menanggapi laporan tentang pengerahan militer AS di kawasan Asia Timur yang dianggapnya melanggar BWC. Tindakan militer itu telah memicu protes yang menuntut penutupan laboratorium militer dan pembubaran pasukan. Menurut Wang, militer AS melakukan kegiatan biologi di berbagai negara sehingga memicu kecurigaan dan pertentangan yang meluas karena mereka tidak transparan, berbahaya, dan tidak rasional. Antara