Thursday, 15 February 2018 00:00

Kuliner Bekamal

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

 

 

Hari ini kami ajak anda berwisata kuliner ke kota Banyuwangi. Banyuwangi merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur. Osing atau Using adalah penduduk asli kabupaten ini. Mereka merupakan penduduk mayoritas di beberapa kabupaten di Banyuwangi. Berwisata ke Banyuwangi, rasanya tak lengkap jika anda tidak berinteraksi langsung dengan kehidupan penduduk asli Banyuwangi ini. Mereka punya adat istiadat dan kesenian yang kaya serta unik. Ada Kesenian Gandrung Banyuwangi, Tari Barong, Kuntulan, Tradisi Tumpeng Sewu, Tradisi Jamuran dan lainnya. Selain itu, suku Osing juga punya kekayaan kuliner yang layak anda coba. Salah satunya yang masih lestari hingga kini adalah Bekamal.

Bekamal adalah makanan yang terbuat dari daging sapi, ayam atau kambing yang sudah diberi bumbu serta difermentasi selama beberapa hari. Untuk memasaknya, daging yang sudah difermentasi tersebut dicuci bersih.  Kemudian daging  ditumis dengan cabai, bawang merah dan bawang putih serta tomat. Setelah semua dicampur, daging harus ditaruh di tempat yang rendah oksigen atau tertutup rapat selama satu minggu untuk proses fermentasi, kemudian baru disimpan di lemari es. Hasilnya, daging mentah bekamal, bisa bertahan hingga 4 bulan. Dari proses fermentasinya, daging bekamal mengeluarkan aroma segar. Soal rasa daging bekamal cenderung asam bercampur asin.

untuk menikmatinya, daging ini kemudian diolah kembali untuk dikonsumsi sebagai lauk. Sebelum diolah kembali, untuk meminimalisir aroma yang khas, daging bekamal harus dicuci dengan air bersih lalu direndam semalaman dengan air perasan jeruk. Hal ini dilakukan ,selain mengurangi aroma khas, juga mengurangi rasa asin yang dominan pada bekamal. Oleh masyarakat Osing di Desa Gintangan, daging Bekamal menjadi isian lauk pada nasi bambu atau Sego Jajang. Untuk mencoba rasa Bekamal yang telah diolah, anda bisa mengunjungi rumah makan di desa Gintangan, Banyuwangi. Selain itu, bekamal juga dijual secara umum dalam bentuk kemasan.

kata Bekamal diambil dari bahasa Jawa dan Using, yang berarti supaya amalnya penuh.  Kuliner tradisional ini, diperkirakan sudah ada sejak abad 16 saat Agama Islam mulai masuk ke kerajaan Blambangan, karena saat itu, masyarakat sudah mengenal perayaan  Idul Adha, sehingga stok daging berlimpah saat kurban. Kerajaan ini merupakan pecahan kerajaan Majapahit terakhir di Pulau Jawa. Limpahan daging oleh masyarakat diawetkan dengan dibuat Bekamal. Dahulu oleh masyarakat setempat, setelah dibumbui, daging dimasukkan ke dalam kendil lalu ditutup rapat-ratap hingga minimal 10 hari. Nah setelah dianggap matang baru diambil sedikit-sedikit untuk dimasak tumis sebagai lauk.

Read 1329 times Last modified on Friday, 16 February 2018 10:27