Enam dari tujuh spesies penyu dapat ditemui di kawasan pantai maupun pesisir Indonesia. Keenam spesies penyu tersebut adalah penyu sisik, penyu hijau, penyu lekang, penyu tempayan, penyu belimbing, dan penyu pipih.
Namun data International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan, enam spesies penyu tersebut kini dalam kategori rentan, terancam punah, hingga sangat terancam punah. Penangkapan penyu, perdagangan cangkang dan telur penyu, adalah beberapa penyebab terancamnya satwa ini. Demikian dikatakan Rizya Ardiwijaya, coral reef specialist untuk Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dalam sesi Conservation Talks di "Fit Festival for Sea Turtle", Jakarta, Sabtu (7/12).
Rizya menambahkan, pembangunan yang tidak terkendali juga menyebabkan rusaknya pantai-pantai yang penting bagi penyu untuk bertelur. Demikian juga habitat tempat penyu mencari makan seperti terumbu karang dan hamparan lamun laut terus mengalami kerusakan akibat sedimentasi maupun kegiatan manusia.
Manurut Rizya Indonesia dikenal dengan keanekarahaman hayati atau biodiversity yang paling tinggi di seluruh dunia dalam hal terumbu karang. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika keberadaan terumbu-terumbu karangnya mampu menarik perhatian hewan-hewan laut, baik yang berukuran besar maupun yang kecil, semisal ikan karang dan penyu.
Rizya Ardiwijaya mengungkapkan, sebagai hewan herbivora, penyu selalu memakan tumbuhan di dalam air, seperti ganggang atau rumput laut dan hal itu dapat membantu perkembangan terumbu karang sebagai habitat bagi hewan laut lain. Penyu juga ada yang memakan ubur-ubur, jadi sebaiknya tidak membuang sampah plastik ke laut karena penyu bisa mengira plastik itu adalah ubur-ubur.
Acara yang dikemas dalam acara "Fit Festival for Sea Turtle" ini diselenggarakan oleh House of Metamorfit (HOM) bekerja sama dengan YKAN, serta didukung oleh Pasar Seni Ancol. Dalam kesempatan ini peserta diajak berolahraga bersama di alam terbuka.
Ryzya menegaskan, keberadaan penyu sangat penting bagi lingkungan laut sebagai pengendali ekosistem. Dengan menggelar kegiatan ini diharapankan tumbuh kesadaran lingkungan secara umum. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terhadap alam, kemudian ikut bersama-sama menjaganya dengan melakukan hal paling kecil yang bisa dilakukan, dimulai dari diri sendiri, dimulai dari rumah tangga, atau lingkungan tempat tinggal, semisal memilah sampah.