Friday, 23 March 2018 00:00

To'ok, Tradisi Orang Rote Hormati Ibu

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

Hari ini akan memperkenalkan “To'ok, Tradisi Orang Rote”. adat perkawinan di Indonesia banyak sekali ragamnya, setiap suku mempunyai adat perkawinan sesuai dengan agama dan tradisi upacara yang ada di daerah masing-masing. Adat perkawinan suku di Indonesia bertolak dari anggapan masyarakat bahwa perkawinan adalah suatu hal yang luhur, bukan sekedar ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi merupakan proses menyatukan dua keluarga.Salah satu unsur perkawinan adalah adanya pembayaran mas kawin atau mahar dan tiap kebudayaan memiliki cara untuk memaknai mas kawin itu sendiri. Demikian pula di Rote. Faktor mahar atau belis kerap menjadi penghalang bagi dua muda-mudi untuk mengikat hubungan kasih mereka dalam pernikahan. Tokoh penting dibalik penentuan belis ini adalah to’ok.

to’ok berasal dari kata benda to’o. Kata itu merupakan penyebutan pada saudara lelaki dari pihak ibunda. Kata To’o yang mendapatkan imbuhan (k) mengandung makna pemilikan atau “yang bertanggungjawab,” yang padanya melekat hak dan kewajiban tertentu. Ringkasnya, to’o berfungsi sebagai pelindung. Itulah sebabnya dalam tradisi orang Rote, to’o memiliki peran sentral.

Biasanya to’ok lah yang menentukan besar-kecil belis, juga jenisnya. Ia dapat meminta hewan, mamar (sebuah lahan perkebunan yang didalamnya ditanam kelapa, pisang, siri, pinang,dan lainnya), lahan kebun atau ladang, petak sawah, emas, uang, dan sebagainya. Jenis hewan yang diminta basa berupa kerbau, sapi, kuda atau babi. Jumlahnya pun tergantung kelihaian “negosiator,” yang diperankan oleh juru bicara dari calon pengantin pria.

Di masa lalu, banyak calon pasangan gagal berlanjut ke pelaminan hanya karena permintaan to’ok yang tak disanggupi. Dan ada pula pasangan yang kemudian melarikan diri dan menikah di tempat lain. Namun, dewasa ini hal itu tidak terjadi lagi.

selain peran pada peminangan, to’ok juga berperan saat ponakannya meninggal. Kebiasaanya, bila ada orang meninggal, yang akan ditanyakan adalah, “siapa to’ok-nya?” To’ok-lah yang menanggung upah pekerjaan menggali kubur.

Karena kematian juga merupakan bagian penting dari ritual adat, biasanya banyak hewan dipotong untuk memberi makan para pelayat. Jumlah hewan yang dipotong tergantung dari status adat, sosial-ekonomi dan senioritas dari almarhum. Bila banyak hewan yang akan dipotong, maka to’ok akan mendapatkan jatah hewan hidup.

to’ok adalah penyebutan pada saudara lelaki dari pihak ibu. Apabila pihak ibu tidak memiliki saudara laki-laki, maka to’ok dapat diberikan kepada saudara lelaki dari pihak keluarga jauh. Kalau dari saudara jauh ini juga tidak ada keturunan laki-laki, maka to’ok bisa juga diberikan kepada pihak lainnya, asalkan dari marga ibu. Kerap terjadi, to’ok juga diberikan kepada orang lain di luar yang dijelaskan di atas, apabila dalam sejarahnya orang itu pernah berperan sangat penting dalam kehidupan yang bersangkutan (orang yang meninggal atau yang akan menikah itu).

Read 3772 times Last modified on Sunday, 25 March 2018 20:45