VOI WARNA WARNI Setelah Februari hingga April 2020 kemarin, Hari Tanpa Bayangan akan kembali lagi terjadi di Indonesia. Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami Hari Tanpa Bayangan dari bulan September hingga Oktober 2020. Hari tanpa bayangan atau kulminasi atau transit atau istiwa adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.Akibatnya, bayangan benda yang tegak akan menjadi hilang atau tidak terlihat, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Dalam keterangan tertulisnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bahwa hari tanpa bayangan ini terjadi karena bidang ekuatro bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Sehingga, posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 LU sampai dengan 23,5 LS, dan hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari. Posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, menyebabkan kulminasi utama di wialyah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa.
Indonesia secara geografis terletak di antara lintang 6º LU hingga lintang 11º LS. Dengan demikian, akan terjadi hari tanpa bayangan Matahari pada titik-titik tertentu di Indonesia manakala Matahari memiliki deklinasi +6º hingga deklinasi -11º dan sebaliknya. Wilayah yang akan mengalami hari tanpa bayangan adalah Kota Banda Aceh pada 7 September 2020, di mana waktu kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.36 WIB. Sedangkan, wilayah Kupang adalah daerah yang akan merasakan hari tanpa bayangan paling akhir periode ini, yaitu pada tanggal 18 Oktober 2020. Untuk kota Jakarta, fenomena ini terjadi 8 Oktober 2020, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB. (VOI)