Minyak goreng bekas pakai atau jelantah biasanya akan dibuang begitu saja. Namun tidak demikian dengan Yomi Windri Asni dan komunitas bank sampahnya di Yogyakarta. Limbah rumah tangga itu diubah menjadi sabun. Sabun ini diklaim mampu membersihkan noda membandel pada pakaian dan dapat digunakan untuk mencuci kain batik dengan pewarna alami serta tidak memudarkan warnanya. Yomi mengatakan selain cepat membersihkan noda, sabun ini juga aman bagi tangan yang sensitif, karena tidak menggunakan deterjen.
Sabun dari minyak jelantah yang dikembangkan Yomi ini bernaung di bawah label Sabun Langis ini juga tidak menggunakan pemutih, sehingga lebih aman bagi lingkungan. Minyak jelantah mengandung cukup banyak asam lemak, Yomi yang berlatar belakang pendidikan ilmu kimia itu tidak menyarankan penggunaan sabun Langis untuk tubuh.
Mulanya Yomi aktif dalam gerakan komunitas bank sampah. Pada November 2018 mereka mulai mengolah minyak jelantah, karena limbah minyak jelantah cukup banyak. Dalam satu bulan, bank sampah bisa mengumpulkan sampai 40 liter. Yomi berfikir upaya yang bisa dilakukan agar limbah ini tidak mencemari lingkungan dan bernilai ekonomis. Dibutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk memformulasikan minyak jelantah menjadi sabun.
Kenapa sabun? Yomi mengatakan, sebenarnya minyak jelantah adalah bagian dari lemak yang menjadi bahan baku sabun. Proses produksi sabun ini memakan waktu dua minggu sampai satu bulan. Kini Sabun langis tersedia dalam bentuk batang dan cair.
Sabun Langis dibandrol Rp 15.000 per batangnya dan sabun cair Rp 25.000 perbotol. Produk ini kini juga dapat diperoleh pada salah satu e-commerse di Indonesia. Selain Yogyakarta, Sabun Langis banyak pasarkan di Jakarta dan Surabaya. Dalam waktu dekat Yomi berencana mengeluarkan produk sabun bubuk karena menilai potensi pasarnya yang besar.