VOI KOMENTAR Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan hari 1 Oktober masih terus digaungkan walau masih terdapat sejumlah pertanyaan dan polemik seputar awal muasal kenapa tanggal tersebut disebut juga hari Kesaktian Pancasila. Terkait Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, bangsa Indonesia tidak lepas dari apa yang terjadi sehari sebelumnya yaitu 30 September. Karena 30 September 1965 adalah kejadian bersejarah dan momentum bangsa Indonesia menatap ke depan, namun tidak lupa untuk melihat apa yang terjadi di dalam konflik dalam negeri yang dimulai sejak masa perang kemerdekaan pada September 1948 dan September 1965.
30 September bagi bangsa Indonesia tidak lepas dengan kata ‘Komunis’. Terkait hal tersebut, Anggota DPR sekaligus penulis buku-buku sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Fadli Zon, dalam sebuah diskusi di salah satu TV swasta nasional mengatakan bahwa terdapat dua kali upaya Partai Komunis Indonesia -PKI melakukan kudeta pada 1948 dan 1965. Dalam masa tersebut, para petinggi TNI, Polisi, tokoh agama dan pemuka masyarakat serta para anggota organisasi keagamaan menjadi korban kekejaman para penganut faham komunis. Semua upaya itu tidak lain untuk menjadikan Indonesia berhaluan Komunis dalam bernegara menggantikan Pancasila.
Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyatakan, baik negara maupun PKI dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam tindak kekerasan terkait Gerakan 30 September 1965 dan setelahnya harus saling memaafkan. Dia juga menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah jalan terbaik untuk mengakhiri dan menyelesaikan persoalan kebangsaan terkait G-30 September.
Sejatinya, peristiwa pada tahun 1948 dan 1965 bagi para penganut paham komunis adalah sebuah gerakan untuk merubah Pancasila sebagai haluan dan dasar negara bangsa Indonesia.
Saat ini, isu PKI tidak lagi relevan untuk diangkat dalam dunia politik. Namun, perlu disadari bahwa paham komunis harus tetap diwaspadai bagi seluruh stakeholder bangsa Indonesia yang majemuk ini. Untuk itu, masyarakat Indonesia, khususnya kalangan milenial harus menjunjung tinggi dan menerapkan esensi yang terkandung dalam Pancasila yang telah dan akan terus menyatukan bangsa Indonesia. Tak kalah pentingnya, petinggi-petinggi negara dan tokoh-tokoh masyarakat harus menjadi panutan dalam menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat Hari Kesaktian Pancasila, semoga bangsa Indonesia tetap bersatu!