VOI KOMENTAR Pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat 20 Januari mendatang, akan mendapat pengawalan dan pengamanan ketat. Ini berbeda dengan peristiwa yang sama di masa-masa sebelumnya. Kerusuhan di gedung wakil rakyat, Capitol Hill, Washington, baru-baru ini diperkirakan akan berdampak pada pelantikan Presiden Amerika Serikat. Biro Investigasi Federal (FBI) mendapatkan informasi adanya kemungkinan terjadi protes pada acara pelantikan, yang sesungguhnya merupakan peristiwa penting dan sakral. FBI telah memperingatkan kemungkinan adanya protes lebih keras dari pendukung Donald Trump. Seperti diberitakan, sebagian dari mereka telah berbuat rusuh ketika Kongres bersidang untuk menetapkan hasil pemilu Amerika Serikat.
Peristiwa yang merupakan aib bagi negara yang dianggap penjunjung utama demokrasi itu, memberikan citra sangat buruk bagi Donald Trump yang kalah dalam pemilu. Selain mendapat kecaman luas, Doland Trump juga terancam diberhentikan sebelum habis masa jabatannya melalui pemakzulan yang diinisiasi kalangan legislator dari Partai Demokrat. Jika usulan itu berlanjut, maka Donald Trump merupakan satu satunya Presiden Amerika Serikat yang mengalami pemakzulan dua kali.
Upaya pemberhentian Donald Trump sebagai Presiden, hanya beberapa hari jelang pelantikan Presiden baru dianggap perlu, baik oleh kalangan internal pemerintah, anggota senat dan kongres khususnya dari Partai Demokrat. Dikawatirkan, Donald Trump akan menggunakan kekuatannya untuk mengacaukan pelantikan presiden. Dalam pernyataan melalui twitter pribadinya, Donald Trump menegaskan tidak akan hadir dalam acara pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris. Walaupun memang tidak diatur dalam perundangan bahwa mantan Presiden harus hadir, ketidak hadiran Donald Trump akan menjadi catatan sejarah. Sebelumnya mantan Presiden dan Wakil Presiden selalu hadir dalam acara pelantikan penggantinya, yang merupakan peristiwa sakral bagi bangsa Amerika.
Donald Trump akhirnya memang mempunyai reputasi sangat buruk sebagai Presiden Amerika Serikat, di ujung masa pemerintahannya. Tidak adanya pidato pengakuan atas kemenangan Joe Bidden, kontroversi yang ditimbulkannya mengenai hasil pemilu serta seruannya secara terbuka yang mendorong pendukungnya mendatangi Capitol Hill, tidak hanya berdampak bagi dirinya sendiri. Citra buruk AS sebagai negara demokrasi terbesar dan suasana tidak kondusif jelang alih kekuasaan kepada Presiden terpiliih, akan menjadi beban tambahan bagi Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Joe Bidden dan Kamala Harris harus mampu menyatukan kembali rakyat Amerika Serikat yang masih terbelah. Pemerintahan yang baru inipun masih harus berkonsentrasi melawan pandemi Covid 19 yang semakin parah mendera, serta memulihkan kepercayaan luar negeri. Baik yang selama ini menjadi mitra maupun lawan.