Tuesday, 17 April 2018 00:00

Tradisi Ngaturan Buah dari Bali

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Edisi kali ini, akan memperkenalkan “Tradisi Ngaturan Buah atau tradisi persembahan durian di desa Sidatapa , Bali.

Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, merupakan salah satu desa yang kaya dengan produksi durian lokal. Pada musim panen tiba ada ritual unik yang dilakukan warganya.Ritual itu dilakukan dengan persembahan durian yang dihasilkan melalui sebuah upacara “Ngaturan Buah.”. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun. Kemungkinan sejak tahun 735 saka atau sekitar tahun 767 masehi. Upacara Ngaturan buah biasanya akan dilangsungkan selama tiga hari. Ritual itu dilangsungkan sebagai wujud ucapan syukur dan ungkapan terima kasih pada Dewa yang memelihara tumbuhan.

Ritual “Ngaturan Buah “ itu dilangsungkan sebagai wujud ucapan syukur dan ungkapan terima kasih pada Dewa yang memelihara tumbuhan. Ritual Ngaturan Buah dilakukan di Pura Bale Agung. Masing-masing warga membawa tiga butir buah durian. Para perempuan membawa durian dengan menempatkannya dalam besek. Sementara para pria membawanya dengan menggunakan kisa, atau sangkar ayam yang terbuat dari daun kelapa. Setelah upacara di Pura Bale Agung ini, baru dilanjutkan dengan upacara di kebun di rumah.

Pada hari pertama, warga desa wajib membawa tiga butir buah durian. Apabila ada yang memiliki buah-buahan lain, dipersilahkan mengumpulkan ke pura. Biasanya masyarakat yang memiliki buah manggis, akan membawa sedikitnya tiga kilogram manggis.

Sementara yang memiliki buah rambutan, membawa sedikitnya tiga ikat.Hari kedua, masyarakat kembali wajib membawa dua buah durian. Sedangkan pada hari ketiga, hanya satu buah durian yang wajib dibawa.Warga tidak berani melanggar dan mereka mengerti betul sehingga kalau kebetulan di kebun tidak ada buah, maka bisa membeli atau bahkan meminta ke kerabat atau tetangga.

Tradisi ritual diakhiri dengan sembahyang bersama. Habis sembahyang, warga desa dipersilakan pulang ke rumah masing-masing dengan membawa kembali buah yang sudah mereka haturkan. Berdasarkan kepercayaan kami, sebelum ada tradisi ngaturan buah dilakukan, warga tidak boleh menghaturkan buah hasil panennya di rumah ataupun di kebun. Persembahan pertama harus di Pura Desa, sebagai wujud syukur kepada Sanghyang Sangkara, dewa tumbuh-tumbuhan, dan juga leluhur yang berasal dari Gunung Raung.

salah satu tokoh warga Desa Sidatapa I Wayan Ariawan mengatakan ritual yang tidak ada di daerah lain ini layak untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Untuk itu, dia mencoba merintis agar setiap ada ritual ini , digelar juga festival. Selain untuk melestarikan tradisi, pengunjung bisa menikmati durian yang dihasilkan petani. Dampaknya akan memberikan keuntungan dari penjualan durian yang lebih banyak dari biasanya.

Read 1180 times