Wednesday, 02 May 2018 00:00

Tradisi Nyangku Di Desa Panjalu

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tradisi dari Provinsi Jawa Barat, yaitu tradisi Nyangku di Desa Panjalu.

upacara adat Nyangku merupakan upacara adat yang telah ada sejak zaman Kerajaan Panjalu. Hingga saat ini, upacara adat tersebut masih rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat Panjalu. Upacara adat Nyangku dilakukan pada Hari Senin atau Kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal). Tujuannya untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad s.a.w yang jatuh pada bulan Rabiul Awal. Selain itu, upacara adat Nyangku dilaksanakan untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan seorang Raja Panjalu yang memeluk dan menyebarkan agama Islam di Panjalu.

 Nyangku berasal dari Bahasa Arab, ‘yanko’, yang berarti membersihkan. Namun, masyarakat Sunda melafalkan kata ‘yanko’ menjadi ‘Nyangku’. Inti dari upacara adat ini yaitu pembersihan benda-benda pusaka yang dimiliki Kerajaan Panjalu.

pada zaman dahulu, keluarga keturunan Panjalu mempersiapkan bahan untuk upacara Nyangku. Seperti menyediakan beras merah yang harus dikupas dengan tangan. Beras merah ini digunakan sebagai bahan untuk membuat tumpeng dan sesajen. Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Maulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan upacara.

ritual Nyangku diawali dengan berziarah ke makam raja di Situ Lengkong, Panjalu. Upacara biasanya dimulai sekitar pukul 07.30 pagi dengan mengeluarkan benda-benda pusaka dari tempat bernama Bumi Alit. Setelah itu benda-benda pusaka itu dibawa dengan cara digendong oleh keturunan raja Panjalu menuju Nusa Gede. Setibanya di Situ Lengkong, rombongan pembawa benda-benda pusaka yang mengenakan pakaian muslim dan pakaian adat Sunda, menyeberang dengan menggunakan perahu menuju Nusa Larang. Kemudian, benda-benda pusaka itu diarak menuju bangunan kecil yang ada di Nusa Larang.

pembawa benda-benda pusaka diiringi dengan lantunan musik rebana, dan membacakan shalawat menuju panggung utama tempat digelarnya membersihkan benda pusaka. Kemudian, benda-benda pusaka itu diletakan di atas alas kasur khusus. Selanjutnya, benda-benda pusaka itu satu persatu mulai dibuka dari kain putih pembungkusnya.

Setelah itu benda-benda pusaka segera dibersihkan dengan air yang berasal dari tujuh mata air ditambah jeruk nipis. Pencucian dimulai dengan pedang pusaka Prabu Sanghyang Borosngora. Setelahnya dilanjutkan dengan pusaka-pusaka yang lain.

Setelah selesai dicuci, benda-benda pusaka tersebut lalu diolesi dengan minyak kelapa yang dibuat khusus. Selanjutnya dibungkus kembali dengan cara melilitkan janur lalu dibungkus lagi dengan tujuh lapis kain putih dan diikat dengan memakai tali dari benang boeh. Setelah itu baru kemudian dikeringkan dengan asap kemenyan lalu diarak untuk disimpan kembali di Pasucian Bumi Alit.

Read 1208 times