Wednesday, 09 May 2018 00:00

Tradisi Batu Pemali di Belu

Written by 
Rate this item
(4 votes)



Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tradisi dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Tradisi Batu Pemali. masyarakat Kabupaten Belu dan Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan Tradisi Batu Pemali setiap tahunnya di bulan Juli hingga November. Tradisi ini berupa sebuah ritual pemotongan hewan. Biasanya hewan yang dijadikan persembahan adalah kerbau dan ayam. Selain itu, dalam ritual ini juga mempersembahkan beberapa daun sirih dan pinang.

Tradisi Batu Pemali merupakan sebuah ritual persembahan yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada para leluhur dan Sang Pencipta. Persembahan ini dilakukan di tempat pemali, seperti Ksadan Lulik (batu pemali) yang berada di puncak Gunung Mandeu, Kecamatan Raimanuk, Desa Faturika. Lokasi ini dapat ditempuh selama dua jam dari Kota Atambua.

menurut kepercayaan masyarakat Belu, roh leluhur dan alam sangat kental hubungannya. Mereka yakin jika leluhur mendiami sebuah media di alam semesta ini. Salah satunya yaitu di Batu Pemali yang terdapat di hutan adat dan tempat-tempat pemali. Batu Pemali atau Ksadan Lulik ini berbentuk susunan batu yang ditata rapi dalam lingkaran bulat setinggi satu meter atau lebih. Dapat dikatakan jika Batu Pemali ini menyerupai punden berundak.

ritual ini diawali dengan mengucapkan sumpah atau janji adat. Setelah mengucap sumpah, peserta ritual diminta untuk tidak melanggar, sebab akan berdampak buruk bagi yang melanggar. Oleh karena itu, pengucapan sumpah ini harus mendapat kesepakatan terlebih dahulu dari para kepala adat.Dalam Tradisi Batu Pemali ini, Kepala Suku Belu beserta warganya wajib hadir sehingga semua dapat menyaksikan dan mendengar aturan yang disepakati. Setelah ritual sumpah, persembahan diletakkan di susunan batu yang menyerupai punden berundak. Tempat ini merupakan tempat utama untuk meletakkan persembahan. Kemudian setelah meletakkan persembahan, peserta ritual bergotong royong membersihkan makam leluhur.

Read 2812 times