Friday, 18 May 2018 06:53

Agar Pertemuan Kim Jong-Un-Trump Tidak Batal

Written by 
Rate this item
(0 votes)


Dunia sangat menantikan terlaksananya pertemuan antara Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un yang dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni mendatang. Namun, di tengah penantian terwujudnya moment bersejarah tersebut, Pyongyang pada Selasa (15/5) waktu setempat, tiba-tiba mengancam akan membatalkan pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut) Kim Kye Gwan mengungkapkan, negaranya  tidak lagi berminat pada perundingan dan akan mempertimbangkan kembali kehadiran dalam KTT 12 Juni.  Penyebabnya,  karena Amerika Serikat (AS) dianggap memprovokasi Pyongyang menjelang KTT dengan melontarkan “pernyataan-pernyataan konyol".  

Salah satu yang  membuat Korut marah adalah pernyataan politikus konservatif garis keras AS, John Bolton akhir pekan lalu. Ia  mengatakan Korea Utara dapat mengikuti model perlucutan senjata nuklir Libya. Yakni, menghentikan terlebih dahulu seluruh program persenjataannya, dan baru kemudian mendapatkan bantuan ekonomi.

Alasan lain yang membut Pyongyang tidak berminat dengan pertemuan 12 Juni mendatang, adalah tuntutan   AS soal denuklirisasi. Secara sepihak Amerika Serikat   menuntut Korea Utara menghentikan program persenjataan nuklirnya agar pertemuan 12 Juni antara Kim Jon Un – Trump terlaksana. 

Kesepakatan tentang pertemuan antara Kim Jong Un dan Trump merupakan sebuah terobosan besar yang diawali dengan pertemuan dua pemimpin Korea, Kim Jong-un dan presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Panmunjom, 27 April lalu. Dalam pertemuan itu Korea Utara mengatakan berkomitmen pada denuklirisasi semenanjung Korea.

Walaupun sudah menyatakan demikian, bukan berarti langkah-langkah ke arah denuklirisasi semenanjung Korea berjalan mulus. Perlu dipahami bahwa Korea Utara sudah menghabiskan waktu dan biaya begitu besar selama bertahun-tahun untuk membangun persenjataan nuklir. Semua  itu untuk menunjukan keberadaan mereka sebagai sebuah negara. Dengan demikian, tuntutan denuklirisasi sangat berat bagi Korut. Mungkin karena paham akan arti penting nuklir bagi Korut, sejak awal menteri  luar negeri Cina Wang Yi memperingatkan,  pembicaraan soal denuklirisasi di semenanjung Korea mungkin tidak berjalan mulus.   

Amerika Serikat dan sekutunya perlu bersabar serta hati-hati dalam mengambil langkah. Termasuk dalam mengeluarkan pernyataan, yang cenderung dapat mencederai komitmen yang dibangun sebelumnya. (BRG)

Read 1042 times