(voinews.id)Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat angka konsumsi batu bara untuk sektor kelistrikan mengalami kenaikan sebesar 60 persen dalam enam tahun terakhir terhitung sejak 2015 sampai 2021.
"Sektor kelistrikan masih menjadi pengguna terbesar batu bara dalam negeri," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa. Pada 2015, sektor kelistrikan mengonsumsi 70,08 juta ton batu bara, 2016 sebanyak 75,4 juta ton, 2017 sebanyak 83 juta ton, 2018 sebanyak 91,14 juta ton, 2019 sebanyak 98,55 juta ton, 2020 sebanyak 104,83 juta ton, dan pada 2021 sebanyak 112,13 juta ton.
"Berdasarkan realisasi 2015-2021, konsumsi batu bara untuk kelistrikan mengalami kenaikan sebesar 60 persen. Sementara, konsumsi batu bara untuk industri di luar kelistrikan mengalami kenaikan 52 persen," kata Arifin.
Kementerian ESDM juga mencatat rencana kebutuhan batu bara sepanjang 2022 sampai 2025, dengan porsi konsumsi terbanyak masih dari sektor kelistrikan. Pada 2022, kebutuhan batu bara domestik sebesar 188,9 juta ton, 2023 sebesar 195,9 juta ton, 2024 tembus angka 209,9 juta ton, dan pada 2025 sebesar 197,9 juta ton.
Sementara itu, sektor kelistrikan membutuhkan batu bara sebanyak 119 juta ton pada 2022, lalu sebesar 126 juta ton pada 2023, kemudian meningkat menjadi 140 juta ton pada 2024, dan turun menjadi 128 juta ton pada 2025. Pada 2022, rencana volume kontrak baru bara untuk kelistrikan adalah sebesar 144,14 juta ton dengan volume alokasi 122,52 juta ton. Adapun realisasi pemenuhan batu bara untuk kelistrikan hingga Juli 2022 adalah sebesar 72,94 juta ton.
"Untuk industri non kelistrikan dari total rencana kebutuhan batu bara 2022 sebesar 69,9 juta ton, realisasi pemenuhan sampai dengan Juli 2022 adalah sebesar 30,94 juta ton," kata Arifin. Berdasarkan indeks yang dikeluarkan Platt's ataupun NEX pada Juli 2022, rata-rata harga batu bara global antara 194 dolar AS per ton sampai 403 dolar AS per ton.
Sedangkan, harga batu bara acuan (HBA) Indonesia adalah sebesar 319 dolar AS per ton.
antara