VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghadiri pertemuan Srategic Dialogue ke-8 antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Jepang. Pertemuan ini merupakan mekanisme bilateral tertinggi yang dilakukan secara reguler antara kedua negara.
Retno Marsudi mengatakan pertemuan ini terakhir dilakukan 3 tahun yang lalu di Jakarta dan tahun ini memiliki arti tersendiri karena bertepatan dengan perayaan 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang, 50 tahun hubungan ASEAN-Jepang, Keketuaan Indonesia di ASEAN dan Keketuaan Jepang di G7.
“Salah satu highlight pertemuan adalah kesepakatan untuk semakin memperkuat Kemitraan Strategis kedua negara agar cakupan kemitraan strategis kedua negara semakin luas dan menyeluruh,” kata Menlu Retno dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (6/3) di Jakarta.
Retno Marsudi mengatakan, di dalam pertemuan tersebut dirinya menggaris bawahi pentingnya penguatan kerja sama perdagangan dan investasi. Menurutnya, Jepang merupakan mitra dagang terbesar ke-3 Indonesia. Data menunjukkan pada tahun 2022, total perdagangan kedua negara melampaui angka sebelum pandemi dengan nilai mencapai USD 42 miliar. Namun menurut Retno, angka ini masih jauh dibandingkan dengan total nilai perdagangan dengan negara Asia Timur lainnya.
“Saya menekankan pentingnya kedua negara untuk segera menyelesaikan Protokol Amandemen dari Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), guna mengatasi hambatan perdagangan dan memperluas akses produk unggulan kedua negara,” katanya.
Retno Marsudi menekankan pentingnya fleksibilitas dalam perundingan. Dirinya pun mendorong perluasan komoditas ekspor buah tropis Indonesia ke Jepang.
Sementara terkait investasi, menurut Retno, selain masalah kualitas, investasi yang kompetitif juga akan sangat membantu upaya meningkatkan kerjasama investasi.
“Beberapa kerjasama potensial yang kita bahas, antara lain pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara, di mana Jepang dapat memberikan dukungan finansial, tenaga ahli, dan juga transfer teknologi,” katanya.
Hal lain yang juga dibahas oleh Indonesia dalam pertemuan Strategic Dialogue dengan Jepang adalah kerja sama pengembangan SDM. Menurut Menlu Retno, Jepang adalah negara yang memiliki keunggulan di bidang teknologi serta menawarkan banyak beasiswa dan pendidikan vokasi.
“Kedua negara dapat bekerja sama untuk mengoptimalkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia,” katanya.
Retno Marsudi menambahkan, kerja sama pengembangan SDM ini juga perlu diarahkan untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif dan digital, khususnya pada industri gaming dan pasar digital.
“Saya tekankan bahwa ekonomi digital harus dapat mentransformasi ekonomi dan memberdayakan masyarakat,” katanya.
Sementara terkait kerja sama hukum, pertahanan dan keamanan, menurut Retno, peningkatan Kemitraan Strategis harus disertai dengan kerja sama yang lebih intensif di bidang hukum, maritim, pertahanan, dan keamanan. Retno mengatakan, kedua negara telah memiliki fondasi kerja sama yang kokoh seperti partisipasi Jepang pada latihan bersama Garuda Shield dan implementasi perjanjian kerja sama transfer teknologi dan industri pertahanan. Menurutnya, kerja sama ini perlu terus dijalankan dan diperluas agar semakin intensif.
“Di bidang hukum saya tegaskan urgensi pembentukan perjanjian Mutual Legal Assistance untuk memfasilitasi kerja sama mengatasi kejahatan transnasional,” katanya.
Selain isu bilateral, Retno menambahkan, di dalam pertemuan Strategic Dialogue juga dibahas berbagai isu kawasan dan dunia yang menjadi perhatian, mulai dari Keketuaan Indonesia di ASEAN, isu Myanmar, dan isu yang terkait Afghanistan, kemitraan di Pasifik, serta saling dukung di forum-forum multilateral.